Kamis 18 Ramadhan 1445 - 28 Maret 2024
Indonesian

Bagaimana Kita Menambah Kecintaan Kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam Di Hati Kami

Pertanyaan

Bagaimana seorang muslim menumbuhkan dalam dirinya kecintaan kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam lebih banyak dibandingkan segala sesuatu di dunia?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Kecintaan kepada Rasullah sallallahu alaihi wa sallam kuatnya mengikuti keimanan seorang muslim. Kalau imannya bertambah, maka kecintaan kepadanya juga bertambah. Kecintaan kepadanya sallallahu alaihi wa sallam termasuk ketaatan dan pendekatan (kepada Allah). Syariat menjadikan kecintaan kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam termasuk dari kewajiban.

Dari Anas berkata, Nabi sallallahu aliahi wa sallam bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (رواه البخاري، رقم 15  ومسلم، رقم 44)

“Belum sempurna keimanan salah seorang diantara kamu sampai saya lebih dicintainya dibandingkan orang tua, anak dan seluruh manusia.” (HR. Bukhori, no. 15 dan Muslim, no. 44).

Untuk menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dapat  dilakukan dengan memahami berikut ini:

Pertama:

Bahwa beliau diutus oleh Tuhannya, dipilih dari seluruh alam untuk menyampaikan agama Allah kepada manusia. Bahwa Allah memilihnya karena cinta dan ridha kepadanya. Jika Allah tidak rela kepadanya, maka tidak akan dipilihnya. Maka kita harus mencintai orang yang Allah cintai, dan kita ridha kepada orang yang Allah ridhai. Kita harus mengetahui bahwa beliau adalah kekasih (Khalil) Allah. Sifat Kholil adalah derajat tertinggi di antara derajat kecintaan.

Dari Jundub dia berkata, aku mendengar Nabi sallallahu alaihi wa sallam lima hari sebelum wafatnya bersabda,

إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ، فَإِنَّ اللهِ تَعَالَى قَدِ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا، كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا (رواه مسلم، رقم 532.)

“Aku berlepas diri kepada Allah, dari menjadikan salah seorang dari kalian sebagai  Khalil (kekasih). Karena Allah Ta’ala telah menjadikan diriku khalil (kekasih paling dekat), sebagaimana  Dia menjadikan Ibrohim sebagai kholil. Jika aku boleh menjadikan dari umatku sebagai khalil, maka aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai khalil.” (HR. Muslim, no. 532).

Kedua:

Kita mengetahui kedudukannya yang Allah pilihkan untuknya. Bahwa beliau adalah manusia terbaik. Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ، وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ (رواه مسلم، رقم 2278)

“Saya adalah terbaik dari anak Adam pada hari kiamat. Pertama kali dikeluarkan dari kubur. Dan pertama kali orang yang memberi syafaat dan yang diberi syafaat.” (HR. Muslim, no. 2278).

Ketiga:

Kita mengetahui bahwa beliau mendapatkan cobaan dan kesulitan demi menyampaikan agama kepada kita. Kita harus mengetahui bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam disakiti, dipukul, dicerca, dihina. Bahkan orang terdekat dengan beliau berlepas diri darinya dan menuduh gila, bohong, dan sihir. Bahwa beliau memerangi orang untuk menjaga agama agar sampai kepada kita. Sehingga mereka memerangi dan mengeluarkannya dari keluarga, harta dan tempat tinggalnya. Dan disiapkan para tentara.

Keempat:

Mencontoh dan mengikuti para shahabatnya dalam kecintaan yang sangat kepada beliau. Dahulu mereka mencintainya melebihi dari harta dan anak. Bahkan melebihi dari dirinya. Ini beberapa contoh untuk anda:

Dari Anas berkata:

لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْحَلَّاقُ يَحْلِقُهُ، وَأَطَافَ بِهِ أَصْحَابُهُ، فَمَا يُرِيدُونَ أَنْ تَقَعَ شَعْرَةٌ إِلَّا فِي يَدِ رَجُلٍ (رواه مسلم، رقم 2325)

“Sungguh aku melihat Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersama tukang cukur yang mencukur rambutnya sementara para shahabatnya mengelilinginya, mereka tidak ingin rambut beliau sehelaipun  jatuh kecuali ditangkap tangan salah seorang (dari mereka). “ (HR. Muslim, no. 2325)

Dari Anas radhiallahu anhu berkata:

لَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ، انْهَزَمَ النَّاسُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبُو طَلْحَةَ بَيْنَ يَدَيِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُجَوِّبٌ عَلَيْهِ بِحَجْفَةٍ لَهُ، وَكَانَ أَبُو طَلْحَةَ رَجُلا رَامِيًا شَدِيدَ النَّزْعِ، كَسَرَ يَوْمَئِذٍ قَوْسَيْنِ أَوْ ثَلاثًا، وَكَانَ الرَّجُلُ يَمُرُّ مَعَهُ بِجَعْبَةٍ مِنَ النَّبْلِ، فَيَقُولُ: انْثُرْهَا لأَبِي طَلْحَةَ.فَأَشْرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْظُرُ إِلَى الْقَوْمِ، فَيَقُولُ أَبُو طَلْحَةَ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، لَا تُشْرِفْ يُصِيبُكَ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ الْقَوْمِ، نَحْرِي دُونَ نَحْرِكَ  (رواه البخاري، رقم 3600، ومسلم، رقم 1811)

"Orang-orang kabur dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika perang Uhud, sedangkan Abu Thalhah tetap bertahan di dekat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk melindungi beliau dengan perisainya. Abu Thalhah adalah seorang pemanah yang handal. Pada perang itu, dia telah mematahkan dua atau tiga anak panah karena sangat kerasnya bidikan. Ketika seorang laki-laki lewat di hadapannya sambil membawa sarung anak panah, beliau bersabda: "Berikan ini kepada Abu Thalhah." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu mendongakkan kepala melihat keberadaan musuh, Abu Thalhah berkata, "Wahai Nabiyullah, demi ayah ibuku sebagai tebusannya, janganlah tuan mendongakkan kepala, sebab panah musuh akan mengenai anda. Cukup aku saja sebagai taruhannya."HR. Bukhori, (3600) dan Muslim, (1811).

Kata ‘Hijfah’ adalah tameng. Dikatakan ‘Jaubah’ artinya adalah bahwa Abu Tolhah dengan tameng untuk melindungi Nabi sallallahu alaihi wa sallam dengannya.

Kata ‘Al-Qid’ adalah senarnya panah. Maksudnya bahwa beliau kuat memanahnya.

Kelima:

Diikuti sunahnya baik perkataan atau perbuatan. Dan menjadikan sunahnya sebagai manhaj (pedoman) yang diikuti dalam kehidupan anda semua. Mendahulukan perkataannya atas semua perkataan lainnnya. Mengedepankan perintahnya dari semua perintah. Kemudian mengikuti aqidah para shahabatnya yang mulia. Kemudian aqidah generasi setelahnya dari kalangan tabiin. Kemudian aqidah orang yang mengikuti manhajnya sampai hari ini dari kalangan ahlu sunah wal jamaah bukan pengikut bid’ah apalagi Rofidoh (syiah). Karena hati mereka marah kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, mereka lebih mengedepankan para imamnya dan lebih mencintainya dari pada mencintai (Nabi).

Kita memohon kepada Allah agar diberi rezki kecintaan kepada Rasul-Nya sallallahu alaihi wa sallam dan menjadian beliau lebih kita cintai daripada anak, ayah, keluarga dan diri kita.

Wallahu a’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam