Kamis 18 Ramadhan 1445 - 28 Maret 2024
Indonesian

Apakah Menulis Doa-doa dan Menyebarkannya Bertentangan Dengan Firman Allah: ( ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً )“Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut” ?

199979

Tanggal Tayang : 06-01-2016

Penampilan-penampilan : 11420

Pertanyaan

Tertera di dalam al Qur’an firman Allah yang menyatakan:
ادعوا ربكم تضرعا وخفية
“Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut” (QS. Al A’raf: 55)
Kata Khufyah telah ditafsiri dengan waktu yang sembunyi-sembunyi.
Apakah hal tersebut bertentangan dengan apa yang dikerjakan oleh banyak orang sekarang ini dengan menuliskan doa-doa pada whatsapp ataupun sarana lain atau dengan gambar yang berisi doa-doa ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Allah –ta’ala- berfirman dalam al Qur’an:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (سورة الأعراف: 55(

“Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. QS. Al A’raf: 55)

Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata:

“Allah –subhanahu wa ta’ala- memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya agar berdoa kepada-Nya untuk kebaikan dunia dan akhirat mereka, Allah berfirman:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً (سورة الأعراف: 55)

“Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut”. (QS. A’raf: 55)

تضرعا   adalah merasa rendah dan tidak menyerah

خفية adalah sebagaimana firman Allah yang lain:

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ (سورة الْأَعْرَافِ: 205)

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’raf: 205)

Dan di dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhori dan Shahih Muslim) disebutkan dari Abi Abu Musa al ‘Asy’ari –radhiyallahu ‘anhu- ia berkata: “Banyak orang mengangkat suaranya ketika berdoa. Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ؛ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أصمَّ وَلَا غَائِبًا ، إِنَّ الَّذِي تَدْعُونَهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ( الْحَدِيث).

“Wahai manusia, tahanlah diri kalian; karena kalian tidak sedang berdoa kepada yang tuli dan abstrak, sesungguhnya Dzat yang kalian berdoa kepada-Nya adalah Maha Mendengar lagi Maha Dekat”. (al Hadits)

Ibnu Juraij berkata: dari ‘Atha’ al Khurrasani, dari Ibnu Abbas tentang arti dari: تضرعا وخفية adalah dengan lirih (pelan-pelan).

Ibnu Jarir berkata: تضرعا adalah merasa rendah dan tidak menyerah untuk taat kepada Allah. Sedangkan خفية adalah dengan penuh kekhusyu’an hati dan benarnya keyakinan akan keesaan dan kekuasaan Rububiyah Allah, tidak dengan keras dan riya’.

Al Hasan berkata: “Saya telah mendapati suatu kaum yang sebelumnya di muka bumi mereka mampu untuk melakukan amalan dengan rahasia, namun menjadi terang-terangan. Banyak umat Islam yang berijtihad ketika berdoa, mereka tidak memperdengarkan suara mereka, kecuali dengan suara lirih (seakan berbisik kepada Rabbnya); karena Allah berfirman:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (سورة الأعراف: 55)

“Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. QS. Al A’raf: 55)

Allah juga telah menyebutkan seorang hamba yang shaleh dan meridhoi perbuatannya dalam firman-Nya:

إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا ) سورة مَرْيَمَ: 3(

“yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut”. (QS. Maryam: 3)

Ibnu Juraij berkata: “Mengangat suara dalam berdoa, menyeru dan berteriak adalah makruh, hendaknya disuruh untuk (berdoa) dengan penuh kerendahan hati dan tidak menyerah. Kemudian ia meriwayatkan dari ‘Atha’ al Khurrasani dari Ibnu Abbas dalam firman Allah yang menyatakan:

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. QS. Al A’raf: 55)

yaitu; melampaui batas dalam berdoa bukan pada yang lainnya. (Tafsir Ibnu Katsir: 3/427-428)

Adapun menuliskan doa-doa pada software atau situs internet atau buletin dakwah, jika tujuannya untuk mengajarkan dan mengingatkan, maka tidak masalah dan tidak bertentangan dengan ayat yang mulia.

Telah disebutkan sebelumnya pada jawaban soal nomor: 148185, bahwa merahasiakan amal shaleh seperti shalat, shadaqah, dzikir, doa, atau yang lainnya adalah afdlol (lebih utama), kecuali yang kalau di jahrkan (dibaca keras) ada maslahat yang jelas, seperti mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya, atau sebagai syi’ar Islam atau meminta agar bisa diikuti, maka jahr (dibaca dengan suara) adalah lebih utama karena maslahatnya jelas.

Al Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata dalam Fathul Baari: 11/337: “Terkadang disunnahkan untuk menampakkan amal bagi orang yang dijadikan qudwah agar bisa diikuti, namun hendaknya terukur sesuai kebutuhan. Ibnu Abdis Salam berkata: “Dikecualikan dari sunnahnya menyembunyikan amal perbuatan, bagi seseorang yang menampakkannya agar mudah diikuti, atau bisa dirasakan manfaatnya, seperti penulisan ilmu. Diantaranya adalah hadits Sahl:

" لِتَأْتَمُّوا بِي وَلْتَعْلَمُوا صَلَاتِي "

“Agar kalian bermakmum kepadaku, dan mengetahui (cara) shalatku”.

Ath Thabari berkata: “Dahulu Ibnu Umar, Ibnu mas’ud dan banyak generasi salaf mereka melaksanakan shalat tahajjud di masjid-masjid mereka, mereka menampakkan kebaikan perbuatan mereka agar bisa diikuti oleh yang lainnya”.

Maka jika seseorang sedang berdoa dan bermunajat kepada Rabbnya, yang disyari’atkan baginya adalah merasa rendah dan dengan suara yang lembut. Namun ketika sedang mengajarkan dan mengingatkan maka tidak mungkin kecuali dengan suara yang keras untuk mengajar dan menjelaskannya atau dilakukan dihadapan banyak orang, agar mereka semua mudah mengikutinya dan belajar kepadanya.

Bisa dilihat dalam adab berdoa: pada jawaban soal nomor: 36902

Wallahu a’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam

Tema-tema Terkait