Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah
Adakah nasehat bagi orang yang hendak pergi menunaikan ibadah haji. Apa yang dia lakukan sebelum safar?
Alhamdulillah.
Jika seorang muslim telah bertekad untuk melakukan perjalanan haji atau umrah, disunahkan baginya berwasiat kepada keluarganya atau para sahabatnya agar bertakwa kepada Allah Taala, yaitu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya.
Selayaknya, dia juga menulis hutang piutangnya dan bersaksi untuk hal itu. Wajib pula baginya segera taubat nasuha dari segala dosa.
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (سورة النور: 31)
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” QS. An-Nur: 31
Hakikat taubat adalah; Berhenti total dari dosa tersebut, menyesali dosa-dosa yang lalu, bertekad untuk tidak mengulangi dosanya. Apabila dia berbuat kezaliman kepada orang lain, baik secara fisik, harta atau kehormatannya, maka hendaknya dia kembalikan kepada mereka atau meminta maaf kepadanya sebelum safar, berdasarkan riwayat shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
من كانت عنده مظلمة لأخيه من مال أو عرض فليتحلل اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم ، إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته ، وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه
“Siapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya, baik berupa harta dan kehormatan, hendaknya dia minta dihalalkan hari ini, sebelum datang hari dimana dinar dan dirham tidak berguna. Jika dia memiliki amal saleh (jika belum dihalalkan) maka pahalanya akan diambil seukuran kezalimannya, jika dia tidak memiliki pahala, maka dosa-dosa saudaranya ditimpakan kepadanya.”
Kemudian hendaknya dia memilih harta halal untuk melaksanakan haji dan umrahnya, berdasarkan riwayat shahih, nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إن الله تعالى طيب لا يقبل إلا طيبا
“Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik.”
Juga diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إذا خرج الرجل حاجا بنفقة طيبة ووضع رجله في الغرز فنادى : لبيك اللهم لبيك ، ناداه مناد من السماء : لبيك وسعديك ، زادك حلال ، وراحلتك حلال ، وحجك مبرور غير مأزور . وإذا خرج الرجل بالنفقة الخبيثة فوضع رجله في الغرز فنادى : لبيك اللهم لبيك ، ناداه مناد من السماء : لا لبيك ولا سعديك ، زادك حرام ، ونفقتك حرام ، وحجك غير مبرور
“Jika seseorang berangkat ibadah haji dengan biaya yang halal, lalu dia melangkahkan kakinya untuk safar seraya membaca labbaika allahumma labbaik (Kami penuhi panggilan-Mu ya Allah kami penuhi panggilan-Mu), maka ada panggilan dari langit, ‘Labbaika wa sa’daik, bekalmu halal, kendaraanmu halal, hajimu mabrur tidak berdosa.’ Jika seseorang berangkat dengan biaya haram, maka ketika dia melangkahkan kakinya untuk safar, lalu mengucapkan, ‘Labbaika allahumma labbaik,’ maka ada seruan dari langit, ‘Laa labbaika wa laa sa’daika (Tidak ada panggilan dan tidak ada kebahagiaan untukmu), bekalmu haram, ongkosmu dari barang yang haram, hajimu tidak mabrur.”
Selayaknya jamaah haji tidak memperdulikan apa yang dimiliki orang lain dan menjaga diri agar tidak minta-minta kepada mereka, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
ومن يستعفف يعفه الله ، ومن يستغن يغنه الله
“Siapa yang menjaga dirinya, Allah akan menjaganya, siapa yang merasa cukup, Allah akan beri kecukupan.”
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
لا يزال الرجل يسأل الناس حتى يأتي يوم القيامة وليس في وجهه مزعة لحم
“Orang yang selalu minta-minta kepada orang lain, akan datang pada hari kiamat sementara di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun.”
Wajib bagi jamaah haji untuk meluruskan niat melakukan ibadah haji dan umrah semata untuk meraih ridha Allah dan hari akhir, serta bertaqarrub kepada Allah melakukan sesuatu yang diridhainya berupa ucapan dan perbuatan di tempat-tempat yang mulia tersebut. Hendaknya dijauhi sejauh-jauhnya melaksanakan ibadah haji dengan tujuan duniawi dan segala pernak perniknya, atau ingin dilihat dan didengar (riya dan sum’ah) atau untuk berbangga-bangga dengan itu. Karena hal itu merupakan seburuk-buruk tujuan dan menjadi sebab gugurnya amal dan tidak diterima. Sebagaimana firman Allah Taala,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ * أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (سورة هود: 15-16)
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” QS. Hud: 15-16.
Dan firman Allah Taala
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا * وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (سورة الإسراء: 18-91)
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. QS. Al-Isro’: 18-19
Terdapat riwayat shahih, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah Taala berfirman,
أنا أغنى الشركاء عن الشرك ، من عمل عملا أشرك معي فيه غيري تركته وشركه
“Aku paling tidak butuh dengan sekutu, siapa yang melakukan suatu amalan seraya menyekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dengan kesyirikannya.”
Hendaknya dalam safar dia memilih orang-orang terpercaya dari kalangan orang-orang yang taat, bertakwa dan paham agama, sebaliknya jauhi dari rombongan yang bodoh dan orang-orang fasiq.
Hendaknya dia belajar apa yang disyariatkan kepadanya saat haji dan umrah serta mendalami masalah-masalah yang masih membuatnya bingung agar menjadi jelas.
Jika dia telah mengendarai kendaraan atau mobilnya atau pesawatnya, atau selainnya, maka disunahkan baginya untuk menyebut nama Allah dan memujinya, lalu bertakbir sebanyak tiga kali seraya membaca
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ * وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ (سورة الزخرف: 13-14) اللهم إني أسألك في سفري هذا البر والتقوى ، ومن العمل ما ترضى ، اللهم هون علينا سفرنا هذا ، واطو عنا بعده ، اللهم أنت الصاحب في السفر ، والخليفة في الأهل ، اللهم إني أعوذ بك من وعثاء السفر ، وكآبة المنظر ، وسوء المنقلب في المال والأهل
“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami." QS. Zuhruf: 13-14.
Ya Allah saya memohon kepadaMu dalam safarku ini kebaikan dan ketakwaan. Dari amalan yang Engkau ridhoi. Ya Allah mudahkan safar kami ini. Dekatkan yang jauh. Ya Allah Engkau adalah Pendamping dalam safar. Penjaga keluarga. Ya Allah saya berlindung kepada-Mu dari kepenatan safar, kejelekan pandangan dan keburukan yang menimpa harta dan keluarga.
Berdasarkan riwayat shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Ibnu Umar radhiallahu anhuma.
Hendaknya dalam safarnya banyak berzikir dan istighfar, berdoa kepada Allah Taala, memohon kepadanya, tilawah Al-Quran dan meresapi maknanya, menjaga shalat berjamaah, menjaga lisannya dari gosip serta pembicaraan yang tak berguna, tidak berlebih-lebihan dalam bercanda, menjaga ucapannya dari dusta, gibah, naminah, melecehkan sahabat dan orang lain dari kaum muslimin. Hendaknya dia berbuat baik kepada teman-temannya, tidak menyakiti mereka serta melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dengan cara hikmah dan nasehat yang baik sesuai kemampuan.”
(Majmu Fatawa Ibn Baz, 16/32-37)