Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah
Bagaimanakah hukum orang yang memulai puasa Ramadan yang mulia sementara dia berselisih dengan kedua orang tuanya terkait belanja sehari-hari yang mereka bebankan kepadanya tanpa pembagian yang adil dari mereka, sebagai informasi bahwa mereka mampu untuk membantu?
Alhamdulillah.
Allah Taala telah mewajibkan berbuat baik kepada kedua orang tua, dan melarang durhaka kepada keduanya. Kita diperintah untuk memperlakukan mereka dengan baik dan semua itu jelas di dalam kitab Allah Ta’ala dan sunah Nabi-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Lihatlah jawab soal no. 22782 .
Berpuasa disyariatkan bukan hanya untuk menahan lapar dan haus. Namun Allah telah menyebutkan hikmah yang agung dan manfaat yang besar disyari’atkannya puasa, yaitu agar seorang hamba menjadi bertaqwa kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
(سورة البقرة/183)
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah: 183)
Taqwa adalah melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.
Karena itu Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- telah mengabarkan tentang puasa kebanyakan orang, yaitu mereka yang tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
رُبَّ صائم ليس له من صيامه إلا الجوع ، ورب قائم ليس له من قيامه إلا السهر (رواه ابن ماجه، رقم 1690 وصححه ابن حبان، 8/257 والألباني في صحيح الترغيب، 10/83)
“Berapa banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar, dan berapa banyak orang yang qiyamullail tidak mendapatkan dari bangun malamnya kecuali begadang”. (HR. Ibnu Majah, no. 1690 dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, 8/257 dan Al Albani dalam Shahih Targhib, 10/83)
Dari Ibnu Umar –radhiyallahu ‘anhuma-, dia berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ (رواه الطبراني في الكبير، 12/382، وصححه الألباني في صحيح الترغيب والترهيب، رقم 1084)
“Berapa banyak orang yang berpuasa mendapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang yang qiyamullail mendapatkan dari bangun malamnya kecuali begadang”. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir: 12/382 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Targhib Wa Tarhib, no. 1084)
Dan sebagaimana seorang muslim menggunakan kesempatan mendapati kedua orang tuanya atau salah satu dari kedua orang tuanya agar dia dapat masuk surga dengan sebab mereka, maka semestinya diapun gunakan kesempatan Ramadan untuk bertaubat dan meminta ampun dan bertakwa kepada Tuhannya agar masuk surga dengan sebab itu.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dia berkata: “Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- naik mimbar dan bersabda:
صعد النبي صلى الله عليه وسلم المنبر فقال : آمين ، آمين ، آمين ، قيل يا رسول الله إنك صعدت المنبر فقلت : آمين آمين آمين ، قال : أتاني جبريل عليه الصلاة والسلام فقال : من أدرك شهر رمضان فلم يغفر له فدخل النار فأبعده الله ، قل : آمين ، فقلت : آمين ، فقال : يا محمد ، ومن أدرك أبويه أو أحدهما فلم يبرهما فمات فدخل النار فأبعده الله ، قل : آمين ، فقلت : آمين ، قال : ومن ذُكرتَ عنده فلم يصل عليك فمات فدخل النار فأبعده الله ، قل : آمين ، فقلت : آمين (رواه ابن حبان، 3/188، وصححه الشيخ الألباني في صحيح الترغيب، رقم 1679)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam naik mimbar dan berkata, ‘Amin, Amin, Amin’. Seseorang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, engkau naik mimbar dan berk ata: Amin, Amin, Amin?” Beliau bersabda: “Jibril alaihis salam telah mendatangiku dan berkata, ‘Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadan namun dia tidak diampuni lalu masuk neraka. Maka Allah akan menjauhakannya. Katakanlah: Amin.’ Maka aku berkata: ‘Amin.’ Dia berkata: ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya lalu ia tidak berlaku baik kepadanya, lalu meninggal dunia dan masuk neraka, lalu Allah menjauhkannya, katakanlah: Amin,’ maka aku mengatakan: ‘Amin.’ Dia berkata: ‘Dan barangsiapa yang engkau disebut di hadapannya namun dia tidak bershalawat kepadamu lalu meninggal dunia maka dia masuk neraka, maka Allah akan menjauhkannya. Katakanlah: Amin,’ Maka saya mengatakan: ‘Amin.’ (HR. Ibnu Hibban: 3/188 dan dinyatakan shahih oleh Syekh Al Albani di dalam Shahih Targhib, no. 1679)
Kesimpulan:
Diwajibkan bagi anda untuk bersemangat mendapatkan ridha kedua orang tua anda, meskipun keduanya membebani anda di luar kemampuan anda, karena jika anda mengharap (pahala) dengan hal itu, maka Allah akan membukakan bagi anda –jika Dia berkehendak- pintu rizeki yang banyak. Maka tidak perlu mereka berat jika orang tua menuntut nafkah harta dan karena mereka tidak meminta harta untuk sesuatu yang haram dan kemaksiatan, maka hal itu tidaklah termasuk yang perlu diinkari.
Dapat juga berbicara kepada mereka -jika mereka mampu- dengan baik-baik, dan memahamkan mereka akan kebutuhan anda dan ketidakmampuan anda untuk membayar lebih. Namun anda wajib membantu mereka dan menafkahi mereka semampu anda jika mereka membutuhkan.
Masuknya bulan Ramadan adalah kesempatan untuk melakukan ishlah (rujuk) antara anda dengan mereka dan kesempatan untuk membantu dan memberi. Pintu pahala yang paling banyak dalam pemberian adalah memberi nafkah kepada keluarga, sebagaimana di dalam hadits Hakim bin Hizam –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى (رواه البخاري، رقم 1428 ومسلم، رقم 1034)
“Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Mulailah (dalam hal memberi) kepada siapa yang kamu tanggung, dan sebaik-baik sedekah adalah saat seseorang diberi kecukupan...”. (HR. Bukhari, no. 1428 dan Muslim, no. 1034)
Berilah nafkah dan berharaplah pahala dari Allah dan berilah kabar gembira dengan apa yanag telah Allah Ta’ala mudahkan kepadamu.
Wallahu a’lam