Donasi untuk situs islamqa.info

Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah

Apakah Para Nabi Itu Sama Semuanya ?

12-11-2024

Pertanyaan 7459

Saya bantu mengajar para pemudi Islam sekali dalam seminggu. Dan pada pekan lalu, salah satu murid telah bertanya dengan pertanyaan berikut ini, sungguh saya tidak bisa menjawabnya, dan saya telah beritahukan kepadanya, bahwa saya akan mencarikan jawabannya, atau menanyakan kepada seseorang, pertanyaannya adalah: “Apakah para Nabi itu dianggap sama semuanya ?, dan kalau memang begitu, kenapa ada Nabi pada tingkatan tertentu di surga dan Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berada yang teratas di langit yang ke tujuh ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Sesungguhnya semua hamba adalah ciptaan Allah Ta’ala, dan mereka adalah hamba-hamba-Nya, dan semua hukum dan semua urusan adalah milik-Nya sebelum dan sesudahnya. Dan hikmah Allah telah menghendaki untuk memilih sebagian para malaikat dari sebagian lainnya, dan telah mengutamakan sebagian mereka di atas yang lainnya, seperti; keutamaan malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Malik dan Ridhwan dan yang lainnya dari pada malaikat lainnya. Sebagaimana juga hikmah dan keadilan Allah menghendaki untuk memilih dari anak cucu Adam sebagian dari mereka. Dan Dia telah mengutamakan sebagian mereka dari sebagian lainnya, dalam hal kedudukan dan kebaikan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

الله يصطفي من الملائكة رسلاً ومن الناس إن الله سميع بصير

“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al Hajj: 75)

Dan firman Allah -subhanahu wa ta’ala-:

تلك الرسل فضلنا بعضهم على بعض ، منهم من كلَّم اللهُ ورفع بعضهم درجات 

“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya”. (QS. Al Baqarah: 253)

Dan Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa dia telah memilih dari manusia mereka para Rasul, maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman setelah menyebutkan sejumlah para Nabi dan Rasul:

ومن آبائهم وذرياتهم وإخوانهم واجتبيناهم وهديناهم إلى صراط مستقيم

“Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (QS. Al An’am: 87)

Dan firman Allah Ta’ala:

والله فضَّل بعضكم على بعض في الرزق

“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki”. (QS. An Nahl: 71)

Hikmah-Nya telah menghendaki menjadi bahwa Adam –‘alaihis salam- adalah bapaknya manusia, dan hikmah, rahmat dan keadilan-Nya juga telah menghendaki untuk memilih dari keturunannya orang-orang pilihan dari para Nabi dan Rasul yang mulia –shalawat dan salam kepada mereka dan kepada Nabi kita-. Dan di antara mereka yang telah dipilih dan telah diutamakan atas yang lainnya adalah para Nabi dan Rasul Ulul Azmi, yaitu; Muhammad, Ibrahim, Nuh, Musa dan Isa bin Maryam -shalawat dan salam kepada mereka semuanya- . dan Dia Allah telah memilih dan mengutamakan dari mereka ini sebagai imam, tuan dan penutup para Nabi yaitu; Nabi kita Muhammad bin Abdillah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau-lah yang menjadi sayyid (pemuka) anak cucu Adam dan bukan termasuk kesombongan, dan beliau-lah pemegang bendera dan syafa’at, dan beliau-lah yang mempunyai kedudukan terpuji di surga yang sepatutnya kecuali bagi satu orang saja, yaitu; Nabi kita -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, dan karenanya Allah Ta’ala telah mengambil janji dan sumpah kepada semua Nabi dan Rasul bahwa kalau beliau Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah diutus dalam kehidupan salah seorang dari mereka, maka diwajibkan untuk mengikuti beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan meninggalkan apa yang ada pada dirinya dengan beralih kepada apa yang ada bersama Nabi kita Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana dalam firman-Nya:

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (81) فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ 

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui.” Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.” Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”. (QS. Ali Imran: 81-82)

Beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah bersabda kepada Umar bin Khattab -radhiyallahu ‘anhu:

والله لو كان أخي موسى حياً لما وسعه إلا اتباعي

“Demi Allah, kalau saja saudaraku Musa masih hidup, maka tiada jalan lain baginya kecuali akan mengikutiku”.

Dan pada saat Al Masih Isa bin Maryam –‘alais shalatu wa salam- pada akhir zaman nanti, beliau akan turun dengan hukumnya syari’at Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan akan menjadi pengikutya -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Semua ini, dikarenakan kedudukan mereka di sisi Allah, dan adapun berkaitan dengan agama mereka, agama mereka satu, dan mereka telah bersepakat semuanya dalam dakwah kepada Men-tauhid-kan Allah dan ikhlas beribadah kepada-Nya, dan adapun syari’at mereka, maka setiap syari’at khusus baginya dan bagi kaumnya saja, Allah Ta’ala berfirman:

لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجاً

“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami b

erikan aturan dan jalan yang terang”. (QS. Al Maidah: 48)

Adapun syari’atnya Nabi kita Mumammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam- maka ia adalah syari’at yang paling sempurna, paling utama, paling baik, dan paling dicintai oleh Allah, dan ia menjadi penghapus bagi setiap syari’at sebelumnya, dan tidak diragukan bahwa para Nabi mereka berbeda tingkat dalam derajat dan kedudukan, dan mereka terdiri dari beberapa derajat dan tingkatan, dan yang paling utama dari mereka adalah mereka para Rasul ulul azmi yang lima, dan yang paling utama dari mereka secara keseluruhan adalah penutup mereka yaitu; Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Ada adapun apa yang tertera di dalam beberapa hadits shahih, seperti;

لا تفضلوني على يونس بن متى

“Janganlah kalian lebih mengutamakanku atas Yunus bin Matta”.

Dan hadits:

والذي اصطفى موسى على العالمين

“Dan Dia-lah (Allah) yang telah memilih Musa kepada sekalian alam”.

Semua ini menunjukkan begitu tawadhu’nya beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersama saudara-saudaranya dari pada Rasul yang mulia, padahal tanpa diragukan lagi bahwa beliau-lah yang paling utama di antara mereka, karena beliau telah menjadi imam mereka pada malam isra’ dan mi’raj di Baitul Maqdis, dan beliau adalah pemuka anak cucu Adam pada hari kiamat, dan beliau yang (diizinkan) memberikan syafa’at teragung pada hari kiamat tidak kepada selain beliau dari para Rasul lainnya, dan beliaulah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-  yang bersabda:

إن الله اصطفى من بني آدم قريشاً ، واصطفى من قريشٍ كنانة ، واصطفى من كنانة بني هاشم ، واصطفاني من بني هاشم

“Sungguh Allah telah memilih Quraisy dari bani Adam, dan telah memilih Kinanah dari Quraisy, dan telah memilih Bani Hasyim dari Kinanah, dan telah memilih diriku dari Bani Hasyim”.

Maka beliau-lah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang terpilih dari semua makhluk.

Wallahu A’lam

Iman kepada para Rasul
tampilan di situs islamqa.info