Kamis 27 Jumadil Ula 1446 - 28 November 2024
Indonesian

Kenapa Terjadi Pengalihan Kiblat Dari Baitul Maqdis Ke Ka’bah

1953

Tanggal Tayang : 21-10-2016

Penampilan-penampilan : 15670

Pertanyaan

Saya ingin mengetahui kenapa umat Islam dahulu shalat menghadap Baitul Maqdis dan kenapa dirubah ke arah Ka’bah? Terima kasih

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Ketika Nabi sallallahu alaihi wa sallam datang dari Mekah ke Madinah, dahulu menghadap ke Baitul Maqdis. Dalam kondisi seperti itu enam –atau tujuh- belas bulan. Sebagaimana yang ada dalam dua kitab shoheh dari hadits Baro’ bin ‘Azib radhiallahu anhuma berkata, Nabi sallallahu alaihi wa sallam ke Baitul Maqdis enam belas bulan atau tujuh belas belan, dimana beliau menyukai kiblatnya ke Baitullah. Al-hadits. Kemudian setelah itu diperintahkan oleh Allah menghadap Ka’bah (Baitul Haram) hal itu dalam firman Ta’ala:

فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ) البقرة/144

“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” QS. Al-baqarah: 144.

Sementara pertanyaan tentang hikmah hal itu, sebelum menjawab hal itu. Harus diingatkan berikut ini:

Pertama: Kami sebagai umat Islam, ketika datang perintah Allah kepada kami, maka kami wajib menerima dan berserah diri kepada-Nya –meskipun belum kelihatan hikmahnya kepada kami- sebagaimana firman Ta’ala:

( وما كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمراً أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ) الأحزاب : 36

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” QS. Al-Ahzab: 36

Kedua: sesungghunya Allah tidak membuat suatu hukum kecuali adanya hikmah yang agung –meskipun kita belum mengetahuinya- sebagaimana firman Allah Ta’ala:

(ذلكم حكم الله يحكم بينكم والله عليم حكيم) الممتحنة 10

“Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” QS. Al-Mumtahanah: 10

Dan ayat-ayat lainnya.

Ketiga: sesngguhnya Allah subhahu wata’ala tidak menghapus suatu hukum melainkan mendatangkan yang lebih baik darinya atau semisalnya. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

( ما ننسخ من آية أو ننسها نأت بخير منها أو مثلها ألم تعلم أن الله على كل شيء قدير ) . سورة البقرة 106

“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?.” QS. Al-Baqqarah: 106.

Ketika telah jelas bagi anda hal itu, maka perubahan kiblat mempunyai hikmah diantaranya:

1.Ujian dan cobaan seorang mukmin yang jujur. Orang mukmin menerima hukum Allah Azza Wajalla, berbeda dengan lainnya. Allah ta’ala telah memeperingatkan hal itu dalam firman-Nya:

( وما جعلنا القبلة التي كنت عليها إلا لنعلم من يتبع الرسول ممن ينقلب على عقبيه وإن كانت لكبيرة إلا على الذين هدى الله  …) البقرة 143 .

“Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah.” QS. Al-Baqarah: 143

2.Umat ini adalah umat terbaik sebagaimana firman Allah ta’ala:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” QS. Ali Imron: 110. Allah juga berfirman disela-sela ayat kiblat:

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan.” QS. Al-Baqarah: 143. Kata ‘Al-Wasath’ adalah adil pilihan. Allah azza wajalah memilih umat pilihan ini dalam segala sesuatu. Yang terbaik dalam segala hukum dan perkara. Diantaranya hal itu adalah kiblat. Maka dipilihkan bagi mereka kiblatnya Ibrohim alaihis salam. Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya (6/134-135) dari hadits Aisyah sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang ahli kitab (Yahudi dan Nasroni):

( إنهم لا يحسدوننا على شيء كما يحسدوننا على يوم الجمعة ، التي هدانا الله لها وضلوا عنها ، وعلى القبلة التي هدانا الله لها وضلوا عنها ، وعلى قولنا خلف الإمام آمين )

“Mereka tidak dengki kepada kita terhadap sesuatu sebagaimana mereka dengkinya kepada kita terhadap hari Jumah. Dimana Allah telah memberikan petunjuk terhadapnya dan menyesatkan mereka. Dan terhadap kiblat yang Allah telah memberikan petunjuk kepada kita dan menyesatkan mereka. Dan terhadap doa kita di belakang Imam amin (ya Allah Kabulkanlah).

Untuk tambahan informasi sekitar masalah, silahkan merujuk ke kitab ‘Badai’ul Fawaid karangan Ibnu Qoyim rahimahullah, (4/157-174)

wallahu ‘alam.

Refrensi: Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid