Donasi untuk situs islamqa.info

Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah

Shalat Taubat

08-12-2022

Pertanyaan 98030

Bagaimana cara melakukan shalat taubat? Berapa rakaat? Apa mungkin saya melakukannya setelah shalat Ashar?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Di antara rahmat Allah Ta’ala terhadap umat ini adalah dibuka baginya pintu taubat sebelum  ruh sampai tenggorokan atau matahari terbit dari tempat terbenamnya.

Termasuk rahmat terhadap umat ini juga, disyariatkan baginya salah satu ibadah yang dapat dijadikan perantara oleh  seorang hamba kepada Tuhannya agar diterima taubatnya, yaitu shalat taubat.

Berikut ini beberapa permasalahan terkait dengan shalat ini:

  1. Disyariatkannya shalat taubat

Ahli ilmu bersepakat (ijmak) tentang disyariatkannya shalat taubat. Diriwayatkan oleh Abu Daud, (1521) dari Abu Bakar As-Siddiq radhialahu’anhu sesungguhnya beliau berkata, saya mendengarkan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (صححه الألباني في صحيح أبي داود)

“Tidaklah seorang hamba melakukan suatu dosa kemudian memperbaiki dalam bersuci kemudian berdiri dan menunaikan shalat dua rakaat, kemudian memohon ampunan kepada Allah, melainkan  Allah akan mengampuninya. Kemudian membaca ayat ini yang artinya,” Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui/QS. Ali Imron: 135.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abu Daud)

Diriwayatkan oleh Ahmad, (26998) dari Abu Darda radhiallahu anhu dia berkata, aku mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ أَوْ أَرْبَعًا . شك أحد الرواة  يُحْسِنُ فِيهِمَا الذِّكْرَ وَالْخُشُوعَ ، ثُمَّ اسْتَغْفَرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ، غَفَرَ لَهُ (قال محققو المسند: إسناده حسن.  وذكره الألباني في سلسلة الأحاديث الصحيحة، رقم 3398)

“Siapa yang berwudhu dan memperbaiki wudhunya, kemudian berdiri menunaikan shalat dua rakaat atau empat (salah satu perowiya ragu). Dimana dalam shalatnya memperbaiki zikir dan khusyu’. Kemudian memohon ampunan kepada Allah azza wajalla. Maka dia akan diampuninya.” (Para peneliti Musnad mengomentari, sanadnya hasan. Disebutkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah, no. 3398).

  1. Sebab adanya shalat taubat

Sebab adanya shalat taubat adalah terjerumusnya seorang muslim dalam kemaksiatan, baik itu dosa besar atau dosa kecil. Maka dia harus segera bertaubat secara langsung. Dia dianjurkan menunaikan dua rakaat shalat ini. Kemudian dia beramal ketika bertaubat dengan amal saleh dalam rangka pendekatan diri (kepada Allah) dan yang terbaik adalah shalat ini sebagai tawasul kepada Allah untuk mengharap agar taubatnya diterima dan dosanya diampuni.

  1. Waktu shalat taubat

Dianjurkan menunaikan shalat ini ketika seorang muslim bertekad bulad untuk bertaubat dari dosa yang diakuinya. Baik taubat ini setelah melakukan kemaksiatan langsung atau agak diakhirkan. Seharusnya bagi orang berdosa bersegera untuk bertaubat, akan tetapi kalau dia mengulur waktu dan mengakhirkannya, tetap diterima taubatnya karena taubat tetap diterima selagi tidak terjadi pada salah satu dari penghalang-penghalang berikut ini:

  1. Ketika ruh sampai di tenggorokan. Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ (حسنه الألباني في صحيح الترمذي، رقم 3537)

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selagi tidak dalam kondisi sakratul maut. Dihasankan oleh Al-Bany di Shahih At-Tirmizi, (3537).

  1. Ketika matahari terbit dari arah barat. Nabi sallallahu’alaihi wa saam bersabda:

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ (رواه مسلم، رقم 2703)

“Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya, maka Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Muslim, no. 2703)

Shalat ini disyariatakan pada seluruh waktu, termasuk di dalamnya waktu-waktu yang dilarang seperti setelah shalat Ashar, karena dia termasuk shalat yang mempunyai sebab, maka tetap disyariatkan ketika ada sebabnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Semua yang mempunyai sebab itu  akan hilang kesempatannya jika ditunda pelaksanaannya pada waktu terlarang, seperti sujud tilawah, tahiyatul masjid, dan shalat gerhana matahari, seperti halnya shalat setelah bersuci, berdasarkan hadits Bilal, begitu juga shalat istikhoroh, ketika dia beristikhoroh baginya akan terlewatkan kalau mengakhirkan shalatnya. Begitu juga shalat taubat, ketika dia berdosa, maka dia wajib secara langsung untuk bertaubat. Dan hal itu dianjurkan untuk menunaikan shalat dua rakaat. Kemudian bertaubat. Sebagaimana dalam hadits Abu Bakar As-Siddiq.” (Majmu Fatawa, 23/215)

4. tata cara shalat taubat.

Shalat taubat itu dua rakaat, seperti dalam hadits Abu Bakr as-siddiq radhialahu anhu. Dianjurkan bagi orang yang bertaubat menunaikan shalat seorang diri. Karena dia termasuk shalat sunah yang tidak dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjamaah, dan dianjurkan setelah itu beristigfar (memohon ampunan) kepada Allah. berdasarkan hadits Abu Bakar As-Siddiq radhiallahu anhu. Tidak ada riwayat dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dianjurkan bacaan surat khusus  dalam dua rakaat ini. Maka orang yang shalat dipersilahkan membaca (surat Al-Qur’an) apa yang dikehendakinya (setelah membaca surat Al-Fatihah).

Dianjurkan bagi orang yang bertaubat, selain shalat, diiringi dengan bersungguh-sungguh melakukan amal saleh berdasarkan firman Allah ta’ala:

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى

(سورة طـه: 82)

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. Thaha: 82)

Di antara amal saleh yang terbaik yang dilakukan orang yang bertaubat adalah bersedekah, karena sedekah termasuk salah satu sebab utama yang dapat menghapus dosa. Allah berfirman:

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu.” (QS. Al-Baqarah: 271)

Dan telah ada ketetapan dari Ka’b bin Malik radhiallahu anhu, sesungguhnya beliau berkata ketika Allah menerima taubatnya:

يا رسول الله إنّ من توبتي أن أنخلع من مالي صدقة إلى الله وإلى رسوله، قال رسول الله: أمسك عليك بعض مالك فهو خير لك، قال: فإني أمسك سهمي الذي بخيبر (متفق عليه)

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya diantara bentuk taubatku saya lepaskan hartaku untuk sedekah untuk Allah dan Rasul-Nya. Maka Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Tahanlah sebagian dari hartamu, itu lebih baik bagimu. Berkata,”Maka saya tahan bagianku yang ada di Khoibar.” (Muttafaq alaih)

Kesimpulannya:

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan semua para shahabatnya.

Puasa Sunah
tampilan di situs islamqa.info