Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah
Saya ingin mengetahui apa yang terjadi pada seorang muslim setelah ditimbang semua amalannya di timbangan. Apakah pergi ke surga bagi yang berat kebaikannya dari kejelekannya atau pergi ke neraka terlebih dahulu untuk membersihkan kejelekannya yang diakuinya?
Alhamdulillah.
Pertama:Diantara yang harus diimani tentang urusan akhirat adalah mizan (timbangan) dimana untuk menimbang amalan para hamba, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ الأنبياء/47
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” QS. Al-Anbiya’: 47.
Tohawi rahimahullah mengatakan dalam kitab Aqidahnya yang terkenal,”Dan kita beriman dengan kebangkitan dan balasan amalan pada hari kiamat, menampakkan (semua amalan), hisab (perhitungan), membaca buku catatan, balasan dan hukuman, jembatan dan timbangan.” Selesai
Timbangan itu setelah dihisab (perhitungan) sebelum jembatan.
Qurtuby rahimahullah mengatakan, “Para ulama’ mengatakan, setelah selesai hisab (perhitungan), maka setelahnya adalah menimbang amal perbuatan. Karena timbangan adalah untuk balasan, selayaknya setelah dihisab (diperhitungan). Sesungguhnya dalam perhitungan untuk menetapkan amalan-amalan dan timbangan untuk menunjukkan kadar-kadarnya agar balasannya sesuai dengan perhitungannya. Allah ta’ala berfirman:
ونضع الموازين القسط ليوم القيامة فلا تظلم نفس شيئا الآية
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. QS. Al-Anbiya’: 47.
Dan Firman-Nya:
فأما من ثقلت موازينه فهو في عيشة راضية وأما من خفت موازينه
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya. QS. A-Qoriah: 6- 8) sampai akhir surat. Selesai dari kitab ‘At-Tadzkirah, hal. 359.
Padahal –sebenarnya- disana tidak ada nash yang menjelaskan amalan-amalan itu secara berurutan. Tidak ada hal itu kecuali ijtihad dari sebagian ahli ilmu, sesungguhnya urutan yang disebutkan Qurtuby dari para ulama’ itu sesuai dari sisi waktu, karena Allah akan menghisab (memperhitungkan) seseorang sesuai amalanya dan dia menetapkannya. Kemudian setelah itu ditegakkan timbangan baginya hasil dari perhitungan (sebelumnya). Agar Allah memperlihatkan kepada hambanya kebenaran dari perhitungan itu secara nampak di timbangan. Silahkan melihat kitab ‘Al-Hayatul Akhirah karangan Al-‘Awaji, (3/1169).
Kedua:
Ketika amalan ditimbang, maka kondisi manusia dibagi menjadi tiga bagian:Pertama: orang yang lebih berat kebaikannya dibanding kejelekannya, orang ini bahagia dan beruntung. Sebagaimana firman Ta’ala:
فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ المؤمنون/102، 103
“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” QS. Al-Mukminun: 102-103.Dan firman-Nya:
فأما من ثقلت موازينه فهو في عيشة راضية وأما من خفت موازينه فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ نَارٌ حَامِيَةٌ القارعة/6-11
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. QS. A-Qoriah: 6- 11)
Kelompok kedua: orang yang lebih berat kejelekannya dibandingkan kebaikannya. Kalau dia seorang muslim, dia akan masuk neraka dahulu. Ketika telah dibersihkan dan disucikan dia akan dikeluarkan dari neraka dan akan masuk surga. Sementara kalau dia kafir, maka dia akan tetap selama-lamanya di neraka. Sebagaimana dalam surat Al-Mukminun tadi.Kelompok ketiga: orang yang kebaikan dan kejelekannya sama, dan ini termasuk golongan Al-A’raf, dia di tempat antara surga dan neraka. Melihat orang-orang di surga dan di neraka. Sebagaimana firman Subhanahu:
وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌ وَعَلَى الْأَعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلًّا بِسِيمَاهُمْ وَنَادَوْا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ الاعراف/46, 47
“Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga: "Salaamun 'alaikum." Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu." QS. Al-A’raf: 46, 47.
Tempat terakhir kelompok Al-A’raf adalah masuk surga setelah itu.
Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya, (2/289) mengatakan, “Ketika Allah berbicara dengan penduduk surga dengan penduduk neraka, (Allah) mengingatkan bahwa diantara surga dan neraka ada penghalang. Yaitu penghalang yang menghalangi sampainya penduduk neraka ke surga. Ibnu Jarir mengatakan,”Al-A’raf adalah kata plural (jama’) dari “arafa. Setiap tanah yang tinggi menurut orang arab disebut ‘arafah. Karena itu dikatakan jambul (jengger) ayam urfan karena tingginya.
Dalam riwayat dari Ibnu Abbas: Al-A’rof : bukit antara surga dan neraka, ditahan orang-orang pelaku dosa antara surga dan neraka. Dalam riwayat lainnya dari beliau ia adalah tembok antara surga dan neraka. Begitu juga Dhohhak dan ulama’ tafsir lainnya mengatakannya. As-Suddy mengatakan, “Sesungguhnya dinamakan A’rof itu sebagai a’rofan karena dikenal oleh orang.
Para ahli tafsir berbeda ungkapan terkait kelompok a’rof siapakah mereka? Semua hampir mirip, dimana artinya kembali kepada satu makna yaitu mereka adalah suatu kaum antara kebaikan dengan kejelekannya sama. Hal itu ditegaskan oleh Khudzaifah, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan tidak hanya seorang saja dari kalangan ulama salaf dan kholaf rahimahumullah. Ibnu Jarir mengatakan, saya diberitahu oleh Ya’qub, kami diberitahu oleh Hasyim, kami diberitahu oleh Hushoai dari Sya’by dari Khudzaifah bahwa beliau ditanya tentang kelompok a’rof, maka beliau mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum dimana kebaikan dengan kejelekannya sama, sehingga karena dosa-dosanya dia diam tidak bisa masuk surga, dan karena kebaikan-kebaikannya dia tidak masuk ke neraka. Berkata, mereka berdiri disana di atas tembok sampai Allah memutuskan diantara mereka.” Selesai
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Terkadang kebaikannya dapat mengimbangi kejelekannya sehingga dia selamat dari neraka, dan dia juga tidak berhak masuk surga bahkan dia termasuk kelompok a’rof. Meskipun akhirnya mereka akan masuk surga, Cuma mereka tidak termasuk yang didekatkan ke dalam surga dikarenakan mereka datang tanpa takut kepada Allah dan kembali kepada-Nya. Selesai dari Majmu’ Fatawa, (16/177).
Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya,”Saya mendengar dari seseorang mengatakan,”Bahwa A’rof adalah tembok antara surga dan neraka. Dimana ada orang tinggal disana beberapa tahun? Maka beliau menjawab,”Orang-orang para hari kiamat terbagi menjadi tiga bagian. Kelompok kebaikannya lebih berat dari kejelekannya, mereka tidak disiksa dan masuk ke dalam surga. Kelompok lain kejelekannya lebih berat dibandingkan dengan kebaikannya. Mereka layak mendapatkan siksa sesuai dengan kejelekannya kemudian diselamatkan masuk ke dalam surga. Dan kelompok ketiga, kebaikan dan kejelekannya sama. Mereka adalah kelompok a’rof, mereka bukan penduduk surga juga bukan penduduk neraka. Bahkan mereka di tempat tembok yang tinggi dapat melihat neraka dan dapat melihat surga. Mereka tinggal disana sesuai dengan kehendak Allah, pada akhirnya mereka akan masuk surga. Dan ini merupakan kesempurnaan keadilan Allah, memberikan setiap orang sesuai dengan haknya. Siapa yang lebih berat kebaikannya, maka dia termasuk penduduk surga. Siapa yang kejelekannya lebih berat, maka dia akan disiksa di neraka sampai sesuai dengan kehendak Allah.dan siapa yang kebaikan dan kejelekannya sama, maka mereka termasuk kelompok a’rof. Akan tetapi – kelompok a’rof- tidak tinggal selamanya. Akan tetapi tempat tinggalnya bisa masuk ke surga dan bisa masuk ke neraka. Semoga Allah menjadikan saya dan anda semua termasuk penduduk surga.” Selesai dari ‘Liqo’ Al-Bab Al-Maftuh, (14/16).
Wallahu’alam