Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah
Alhamdulillah.
Ada banyak buku-buku syi’ah imamiyah yang mengklaim adanya “Mushaf Fatimah”, hal ini menjadi bagian dari kedustaan mereka terhadap agama Alloh. Merekalah makhluk yang paling berdusta, dan yang paling mendustakan Alloh dan Rasul-Nya.
Akidah umat Islam tidak ada yang tersembunyi baik bagi para ulama mereka maupun bagi orang-orang awam di antara mereka, bahwa Alloh –Ta’ala- telah menutup para Rasul dengan Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan telah menutup wahyu-Nya yang diturunkan dengan Al Qur’an yang mulia. Maka barang siapa yang mengaku-ngaku ada kenabian setelah Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam- maka dia sebagai pendusta dan mengada-ada. Dan barang siapa yang mengaku-ngaku ada wahyu yang diturunkan setelah Al Qur’an maka dia sebagai pendusta dan mengada-ada.
Alloh –Ta’ala- berfirman:
( وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ ) الأنعام/ 93
“Dan siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al An’am: 93)
Imam Muslim (2454) telah meriwayatkan dari Anas bahwa dia berkata: “Abu Bakar –radhiyallahu ‘anhu- berkata setelah wafatnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada Umar:
انْطَلِقْ بِنَا إِلَى أُمِّ أَيْمَنَ نَزُورُهَا كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُورُهَا .، فَلَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَيْهَا بَكَتْ فَقَالَا لَهَا : مَا يُبْكِيكِ ؟ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،. فَقَالَتْ : مَا أَبْكِي أَنْ لَا أَكُونَ أَعْلَمُ أَنَّ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَلَكِنْ أَبْكِي أَنَّ الْوَحْيَ قَدْ انْقَطَعَ مِنْ السَّمَاءِ ، فَهَيَّجَتْهُمَا عَلَى الْبُكَاءِ فَجَعَلَا يَبْكِيَانِ مَعَهَا
“Marilah kita berkunjung kepada Ummu Aiman sebagaimana dahulu Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengunjunginya, sesampainya kita di kediamannya, dia menangis, maka keduanya berkata kepada Ummu Aiman: “Apa yang menjadikanmu menangis ?, apa yang menjadi milik Alloh lebih baik bagi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Maka dia berkata: “Saya tidak menangis karena saya tidak mengetahui bahwa apa yang menjadi milik Alloh lebih baik bagi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, akan tetapi saya menangis bahwa wahyu sudah terputus dari langit”. Dengan pernyataannya dia telah memicu keduanya ikut menangis bersamanya.
Imam Bukhori (2641) telah meriwayatkan dari Umar bin Khattab –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
" إِنَّ أُنَاسًا كَانُوا يُؤْخَذُونَ بِالْوَحْيِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَإِنَّ الْوَحْيَ قَدْ انْقَطَعَ ، وَإِنَّمَا نَأْخُذُكُمْ الْآنَ بِمَا ظَهَرَ لَنَا مِنْ أَعْمَالِكُمْ ، فَمَنْ أَظْهَرَ لَنَا خَيْرًا أَمِنَّاهُ وَقَرَّبْنَاهُ وَلَيْسَ إِلَيْنَا مِنْ سَرِيرَتِهِ شَيْءٌ اللَّهُ يُحَاسِبُهُ فِي سَرِيرَتِهِ ، وَمَنْ أَظْهَرَ لَنَا سُوءًا لَمْ نَأْمَنْهُ وَلَمْ نُصَدِّقْهُ وَإِنْ قَالَ إِنَّ سَرِيرَتَهُ حَسَنَةٌ " .
“Sungguh dahulu masyarakat pada masa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dihukumi dengan wahyu, dan (sekarang) wahyu sudah terputus dan sungguh kami sekarang menghukumi kalian dengan amalan kalian yang nampak bagi kami, maka barang siapa yang nampak bagi kami kebaikannya, maka kami merasa aman dengannya, mendekatkannya, dan bukan menjadi tanggung jawab kami semua amalan yang disembunyikannya. Dan barang siapa yang nampak bagi kami keburukannya, maka kami tidak merasa aman dengannya dan kami tidak mempercayainya, meskipun dia mengatakan bahwa semua amalan yang disembunyikannya adalah baik”.
Maka terputusnya wahyu setelah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjadi bagian dari akidah umat Islam, dan tidak ada yang menyelisihinya kecuali mereka yang menyelisihi akidah umat Islam dan yang telah keluar dari jalan mereka.
Mereka orang-orang yang banyak berdusta telah mengklaim bahwa Alloh –Ta’ala- telah menurunkan kepada Fatimah binti Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- setelah wafatnya beliau sebuah mushaf seperti tiga kali lipatnya al Qur’an, di dalamnya dijelaskan tentang ilmu sampai hari kiamat.
Tentunya yang demikian itu selain bathil dan mustahil, termasuk kedustaan yang buruk dihembuskan kepada akal dan telinga. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menerima wahyu selama dua puluh tiga tahun, sedangkan Fatimah meninggal dunia enam bulan setelah meninggalnya ayahandanya, meskipun demikian mereka tidak malu untuk mengatakan: “Telah diturunkan kepada (Fatimah) selam enam bulan sebuah Qur’an hampir sama dengan yang diturunkan kepada ayahandanya selama 23 tahun sebanyak 3 kali”.
Salah satu riwayat yang mereka klaimkan mengatakan:
“Sesungguhnya Alloh ketika mencabut nyawa Nabi-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- Dia menemui Fatimah –‘alaihas salam- sepeninggal beliau karena dia berada dalam kesediahan, hal ini tidak diketahui kecuali hanya Alloh –‘Azza wa Jalla-, maka Dia mengutus seorang malaikat kepadanya untuk menghibur kesedihannya dan mengajaknya bicara, kemudian dia mengadukan hal itu kepada amirul mukminin –radhiyallahu ‘anhu-, maka dia berkata: “Jika kamu sedang merasakan hal itu, dan mendengar suara maka sampaikan kepadaku, maka dia pun memberitahukan hal itu kepadanya, maka amirul mukminin selalu menulisnya semua apa yang didengarnya sampai ditetapkan menjadi sebuah mushaf…. yang di dalamnya tidak ada sama sekali tentang halal dan haram, namun di dalamnya terdapat ilmu tentang masa depan”. (Ushul Kaafi: 1/240, Biharul Anwar: 26/44, Bashoir ad Darajaat: 43)
Telah disebutkan di dalam al Kaafi –buku ini bagi mereka seperti Shahih Bukhori bagi ahlu sunnah- dari Abu Bashir dari Abu Abdillah berkata: “Sungguh kami mempunyai mushaf Fatimah –‘alaihas salam-“, saya berkata: “Apa itu mushaf Fatimah –‘alaihas salam- ?”, dia berkata: “Mushaf yang di dalamnya seperti Al Qur’an kalian ini tiga kali lipatnya yang tidak satu huruf pun yang berasal dari al Qur’an kalian”.
Telah disebutkan beberapa riwayat yang dusta untuk mensifati mushaf yang diklaim oleh mereka bahwa di dalamnya terdapat berita masa lalu dan masa depan sampai hari kiamat, di dalamnya juga terdapat berita langit, jumlah penduduk langit dari para malaikat dan yang lainnya, dan jumlah semua cipataan Alloh baik yang ada utusan yang diutus kepada mereka dan yang tidak diutus kepada mereka, nama-nama utusan yang diutus kepada mereka, nama-nama orang yang mendustakan dan mereka yang beriman, nama-nama semua ciptaan Alloh dari orang-orang mukmin dan kafir, dan sifat semua semua yang mendustakan, sifat generasi pertama dan kisah mereka, dan siapa saja para thagut yang berkuasa, masa kekuasaan mereka dan jumlah mereka, nama-nama para imam dan sifat mereka dan apa saja yang dimiliki oleh masing-masing mereka. Di dalamnya juga terdapat semua nama ciptaan Alloh dan ajal mereka, sifat penduduk surga dan jumlah para penghuninya dan jumlah para penghuni neraka, termasuk nama-nama masing-masing dari mereka, di dalamnya terdapat ulumul Qur’an sesuai yang diturunkan, dan ilmu kitab Taurat yang sesuai dengan yang diturunkan, ilmu kitab Injil yang sesuai dengan yang diturunkan, ilmu kitab Zabur dan semua jumlah pohon yang ada di semua negara”. (Dalail Imamah: 27-28)
Dan semua itu penjelasannya cukup dengan yang telah kami sebutkan bahwa wahyu sudah terputus sepeninggal Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, hal ini termasuk yang mudah diketahui dalam agama dan telah disepakati oleh semua.
Meskipun mereka mengklaim bahwa wahyu sebelumnya telah diturunkan kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, hanya saja setelahnya dikhususkan kepada Fatimah atau sebagian ahli baitnya dengan sepengetahuan beliau, maka ini merupakan pendapat yang batil yang disanggah oleh Ali bin Abi Thalib sendiri:
Imam Bukhori (3047) telah meriwayatkan dari Abu Juhaifah –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Saya berkata kepada Ali –radhiyallahu ‘anhu- :
( هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ مِنْ الْوَحْيِ إِلَّا مَا فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ لَا وَالَّذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ وَبَرَأَ النَّسَمَةَ مَا أَعْلَمُهُ إِلَّا فَهْمًا يُعْطِيهِ اللَّهُ رَجُلًا فِي الْقُرْآنِ وَمَا فِي هَذِهِ الصَّحِيفَةِ قُلْتُ وَمَا فِي الصَّحِيفَةِ قَالَ " الْعَقْلُ وَفَكَاكُ الْأَسِيرِ وَأَنْ لَا يُقْتَلَ مُسْلِمٌ بِكَافِرٍ
“Apakah anda mempunyai beberapa wahyu selain dari yang ada di dalam Al Qur’an ?”. Beliau menjawab: “Tidak, demi Dzat Yang Menumbuhkan biji dan Yang Menciptakan semua makhluk, saya tidak mengetahui kecuali pemahaman tentang Al Qur’an yang diberikan Alloh kepada seorang laki-laki, dan apa yang ada di dalam lembaran ini”. Saya berkata: “Apa yang ada di lembaran tersebut ?”. Dia menjawab: “Akal fikiran dan terbebasnya tahanan dan seorang muslim tidak dibunuh oleh orang kafir”.
Imam Bukhori (6755) dan Muslim (1370) telah meriwayatkan dari Ibrohim At Taimy dari bapaknya berkata:
" قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَا عِنْدَنَا كِتَابٌ نَقْرَؤُهُ إِلَّا كِتَابُ اللَّهِ غَيْرَ هَذِهِ الصَّحِيفَةِ ، قَالَ: فَأَخْرَجَهَا، فَإِذَا فِيهَا أَشْيَاءُ مِنَ الجِرَاحَاتِ وَأَسْنَانِ الإِبِلِ، قَالَ: وَفِيهَا: المَدِينَةُ حَرَمٌ مَا بَيْنَ عَيْرٍ إِلَى ثَوْرٍ، فَمَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا، أَوْ آوَى مُحْدِثًا، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ ، وَمَنْ وَالَى قَوْمًا بِغَيْرِ إِذْنِ مَوَالِيهِ ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ ، وَذِمَّةُ المُسْلِمِينَ وَاحِدَةٌ، يَسْعَى بِهَا أَدْنَاهُمْ، فَمَنْ أَخْفَرَ مُسْلِمًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ.
“Ali –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Kami tidak mempunyai kitab yang kami baca, kecuali kitabullah selain dari lembaran ini. Dia berkata: “Kemudian dia mengeluarkannya”, ternyata di dalamnya tentang (diyat) dari luka-luka dan unta berumur 3 tahun (binti labun untuk membayar diyah pent). Dia berkata: “Kota Madinah adalah tanah haram dari gunung ‘Ir dan Tsaur, maka barang siapa yang membuat sesuatu kerusakan dan melindungi orang tersebut, maka baginya laknat Alloh, malaikat dan manusia. Tidak diterima darinya para hari kiamat taubat dan tebusan, dan barang siapa yang membaut wala’ (dari hamba sahaya) suatu kaum tanpa seizin dari tuannya, maka baginya laknat dari Alloh, malaikat dan semua manusia, pada hari kiamat tidak diterima taubat dan tebusan. Tanggungan kaum muslimin adalah satu, yang berusaha diraih oleh mereka yang berada di bawahnya, maka barang siapa yang mengkhianati seorang muslim maka baginya laknat Alloh, malaikat, dan semua manusia, tidak diterima pada hari kiamat taubat dan tebusan”.
Baca:
“Ushul Madzhab Syi’ah Imamiyah al Itsnai ‘Asyriyyah: 2/595-602).
“Al Mifshal fi ar Raddi ‘ala Syubuhat A’daa’ Islam: 12/189.
“Al Masu’ah al Muyassarah fil Adyan wal Madzahib wal Ahzaab al Mu’ashirah: 1/24.
“Wija’ Dauril Majus: 63-64.
Untuk penjelasan lebih lanjut baca juga jawaban soal nomor: 21500 dan 101272.
Wallahu Ta’ala A’lam.