Ahad 21 Jumadits Tsani 1446 - 22 Desember 2024
Indonesian

Istikharah Tidak Bertentangan Dengan Penggunaan Akal dan Pikiran Untuk Mencari Sebab Menguatkan Di Antara Dua Pilihan

161248

Tanggal Tayang : 07-08-2015

Penampilan-penampilan : 3849

Pertanyaan

Apa saja perkara-perkara yang dianjurkan kita melakukan istikharah padanya. Apakah masalah-masalah yang lebih diutamakan menggunakan akal ketimbang istikharah?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Tidak tepat membagi permasalah, dari sisi kebolehan melakukan istikharah, menjadi dua bagian; Perkara yang dapat menggunakan akal dan tidak perlu istikharah dan perkara yang tidak dapat menggunakan akal, tapi cukup shalat dua rakaat untuk istikharah.

Tapi yang disyariatkan dalam semua perkara, baik kecil maupun besar, adalah menggunakan akal dan kebijaksanaan serta mengkaji pilihan-pilihan serta sebab-sebab yang tersedia. Jika dia ragu dalam perkara apa saja, atau belum jelas baginya sisi yang benar dalam masalah itu dengan dalil syariat, jika hal itu adalah perkara syariat, atau dengan petunjuk lain dari akal atau pengalaman, atau panca indra atau selainnya sesuai perkara yang dimaksud dan tabiatnya, maka dia serahkan hal itu kepada Allah dan pasrah dengan pilihan-Nya untuk dirinya, dia berlepas dari segala daya dan upaya dirinya, kemudian dia shalat Istikharah dua rakaat yang di dalamnya mengandung doa kepada Allah dan permohonan mendapatkan taufiq dan keselamatan setelah dia memanfaatkan akal dan pilihan-pilihan yang tersedia.

Jadi, istikharah bukan menggugurkan peran akal, atau pikiran dalam perkara-perkara zahir yang ada di sekeliling manusia. Akan tetapi dia adalah penyempurna untuk itu. Syariat tidak mengajarkan manusia untuk menggugurkan sebab, tapi juga tidak boleh berpedoman hanya pada sebab. Akan tetapi yang dituntut seimbang di antara dia perkara, sehingga membentuk pribadi seorang muslim yang seimbang antara aspek rohani dan realita.

Karena itu, kita dapat mengatakan, sesungguhnya istikharah disyariatkan dalam semua perkara, selama hal itu dibolehkan, disamping menggunakan akal pikiran dan mengkaji sebab-sebabnya.

Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhuma berkata, "Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kami istikharah dalam setiap perkara sebagaimana dia mengajarkan kami surat dari Al-Quran." (HR. Bukhari, no. 1166)

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "(Istikharah) berlaku untuk perkara-perkara besar dan juga kecil. Betapa banyak perkara kecil melahirkan perkara besar." (Fathul Bari, 11/184)

Al-Aini rahimahullah berkata, "Ucapan 'dalam semua perkara' merupakan dalil umum. Seseorang hendaknya tidak menganggap remeh perkara kecil dan tidak mempedulikannya sehingga dia tidak shalat istikharah untuk itu. Betapa banyak perkara yang dianggap remeh, namun melakukannya atau meninggalkannya mendatangkan bahaya yang besar. Karena itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Hendaklah seseorang memohon kepada Allah walaupun dalam urusan tali sendalnya." (Umdatul Qari, 7/223)

Wallahua'lam .

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam