Alhamdulillah.
Di antara apresiasi kami kepada anda wahai penanya, adalah pertanyaan anda tentang apa yang ada ketengahkan dari gambaran anda terkait dengan permasalahan agama Islam. Kami harap dialog dari apa yang anda tulis dan koreksi dari apa yang anda gambarkan, menjadi jalan menuju hekekat kebenaran dan penerimaan anda,
- Apa yang anda ketengahkan tentang aqidah Islam terkait dengan surga bahwa dia adalah kenikmatan dengan khamr, para wanita dan nyanyian, ada kekeliruan besar dengan keyakinan tersebut.
Karena kenikmatan surga bukan sekedar kenikmatan fisik semata, bahkan ia adalah kenikmatan jiwa berupa ketenangan, keridhaan Allah subahanahu wa ta’ala dan berada di sisi-Nya. Bahwa di antara kenikmatan teragung di dalam surga secara umum adalah melihat Tuhan Subhanahu wa ta’ala. Ketika penduduk surga melihat wajah Allah nan Mulia, mereka lupa semua kenikmatan yang dirasakan selama ini.
Di dalamnya terdapat setiap apa yang diinginkan jiwa, kenikmatan pandangan mata, tidak didengarkan di dalamya kesia-siatan dan dosa. Kecuali perkataan yang menyelamatkan. Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.. Maksudnya adalah penjelasan bahwa kenikmatan surga bukan sekedar apa yang ada dalam perkataan anda semata, bahkan lebih luas dan lebih banyak lagi dari hal itu.
- Apa yang anda sebutkan bahwa masuk surga itu dapat tereaslisasikan dengan meninggalkan sesuatu yang diharamkan tertentu saja agar mendapatkan kemenangan seseorang di akhirat kelak, ini juga termasuk suatu kesalahan besar dengan menggeneralisir seperti ini. Padahal dalam Islam itu memerintahkan melakukan suatu amalan bukan sekedar meninggalkan saja, maka surga tidak akan dapat terealisasi kecuali dengan melakukan apa-apa yang diperintahkan bukan sekedar meninggalkan apa-apa yang dilarangnya saja. Dia adalah menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan.
Begitu juga bukan semua kenikmatan yang di surga adalah sesuatu yang dahulu di haramkan di dunia sebagai bentuk ganjaran, bahkan di surga berapa banyak kenikmatan yang dahulu ketika di dunia itu mubah. Menikah itu mubah dan disana juga termasuk kenikmatan surga. Buah-buahan yang bagus baik berupa delima, buah tin dan lainnya termasuk mubah disana (dunia) dan dia termasuk kenikmatan di sini (surga). Dan berbagai macam minuman baik susu, madu itu juga mubah di sini. Dia juga termasuk kenikmatan di sana (surga). Dan begitulah, bahkan kerusakan yang ada pada sesuatu yang diharamkan di dunia akan diambil ketika dia di akhirat kalau itu termasuk kenikmatan surga, seperti khamar (minuman keras). Allah berfirman tentang khamar surga:
لا فيها غول ولا هم عنها ينزفون
“Tidak ada di dalamnya (unsur) yang memabukkan dan mereka tidak mabuk karenanya.” (QS. As-Shoffat: 47)
Maka khamar (di surga) tidak menghilangkan akal, juga bukan menjadi sebab sakit kepala juga bukan sakit perut. Sifatnya berbeda dengan apa yang ada di dunia. Maksudnya adalah bahwa kenikmatan surga itu tidak hanya sebatas memperbolehkan sesuatu yang diharamkan ketika di dunia.
Begitu juga yang perlu diingatkan disini adalah bahwa sesuatu yang diharamkan tidak lantas diberikan sebagai balasan di akhirat bagi orang yang meninggalkan ketika didunia. Baik itu termasuk jenis makanan atau minuman atau prilaku dan perkataan. Racun contohnya, bukan termasuk kenikmatan di akhirat, padahal dia diharamkan di dunia. Begitu juga homoseksual atau menikahi mahram dan selain dari itu semuanya tidak dihalalkan di akhirat kelak, padahal dia sangat berbahaya di dunia. Hal ini sangat jelas alhamdulillah
- Adapun masalah tidak adanya garansi, sehingga kehidupan seseorang akan menjedi buruk dan tercela seperti ungkapan anda kalau dia tidak mempunyai jaminan surga. Jawabannya adalah bahwa pemahaman anda inilah yang menyebabkan anda sampai pada kesalahan semacam ini.
Kalau seandainya anda mengatakan, “Jika setiap orang mempunyai jaminan surga, maka akan terjadi musibah yang besar. Karena sebab itu dia akan melakukan semua yang haram dan akan terjerumus dalam semua bahaya dengan adanya jaminan ini. Itulah yang dilakukan oleh pendosa dari kalangan orang Yahudi dan Nasroni. Apa yang mereka lakukan bersandarkan kepada jaminan yang batil itu dan stempel ampunan dari para rahib (pemuka agama mereka). Dimana Tuhan kami telah memberitahukan akan hal itu dalam firman-Nya:
وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
(سورة البقرة: 111)
- Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani." Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." (QS. Al-Baqarah: 111)
Permasalahan surga menurut kami orang-orang Islam bukan dengan hawa nafsu kami juga bukan dengan hawa nafsu orang lain. sebagaimana firman Tuhan Kami:
لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءاً يُجْزَ بِهِ وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا
(سورة النساء: 123)
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (QS. AN-Nisa’: 123)
Berikut ini ringkasan tentang keyakinan umat Islam terkait jaminan di akhir nanti:
Islam memberikan jaminan kepada setiap orang Islam yang ikhlas dan taat kepada Allah sampai wafat dalam kondisi seperti itu pasti akan dimasukkan kedalam surga. Allah ta’ala berfirman di Qur’an:
وَالَّذِينَ ءامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلا
(سورة النساء: 122)
“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ?” (QS. An-Nisa: 122)
Firman Allah lainnya:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
(سورة المائدة: 9)
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Maidah: 9)
Allah juga berfirman:
جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ إِنهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا
(سورة مريم: 61)
“yaitu syurga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (syurga itu) tidak nampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.” (QS. Maryam: 61)
Firman-Nya:
قُلْ أَذَلِكَ خَيْرٌ أَمْ جَنَّةُ الْخُلْدِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ كَانَتْ لَهُمْ جَزَاءً وَمَصِيرًا
(سورة الفرقان: 15)
“Katakanlah: "Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?" Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka?." (QS. Furqon: 15)
Firman-Nya:
لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِنْ فَوْقِهَا غُرَفٌ مَبْنيَّةٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ الْمِيعَادَ
(سورة الزمر: 20)
“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.” (QS. Zumar: 20)
Begitu juga Islam menjamin orang kafir yang berpaling dari perintah Allah Azza Wajallah bahwa dia pasti akan masuk ke dalam neraka. Allah berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ
(سورة التوبة: 68)
“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS. At-Taubah: 68)
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ
(سورة فاطر: 36)
“Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (QS. Fatr: 36)
Allah ta’ala mengancam terkait orang kafir pada hari kiamat nanti:
هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ(63)اصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
(سورة يس: 64)
“Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam (dengannya). Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya.” (QS. Yasin: 63-64)
Maka janji Allah tidak akan diingkari untuk kedua kelompok ini sebagaimana disebutkan kondisi keduanya setelah selesai nanti pada hari kiamat:
وَنَادَى أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابَ النَّارِ أَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا قَالُوا نَعَمْ فَأَذَّنَ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ أَنْ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
(سورة الأعراف: 44)
“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul." Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim,” (QS. Al-A’raf: 44)
Maka setiap orang yang beriman dan beramal sholeh dan mati dalam kondisi seperti itu, pasti dia akan dimasukkan ke dalam surga. Dan setiap orang kafir dan melakukan amalan kejelekan dan mati dalam kondisi seperti itu, pasti akan dimasukkan ke dalam neraka.
Kemudian di antara kaidah-kaidah Islam nan agung adalah orang mukmin dalam kehidupannya berada di antara rasa takut dan harap. Tidak memastikan dirinya dengan surga karena akan menjadi terlena kemudian dalam kondisi apakah dia nanti akan meninggal dunianya. Juga tidak memastikan dirinya masuk ke neraka karena hal itu bisa menjadi putus asa dari rahmat Allah sementara putus asa itu diharamkan. Maka dia beramal kebaikan berharap agar Allah membalasnya dan menjauhi kejelekan takut akan siksaan Allah.
Jika dia berdosa, maka dia akan bertaubat dan akan mendapatkan ampunan dan dengan taubatnya itu dapat membentengi dari siksaan neraka. Dan Allah mengampuni dosa-dosa dan menerima taubat bagi orang yang bertaubat. Kalau orang mukmin takut apa yang dipersembahkan dari amalannya tidak mencukupi seperti ungkapan anda, dia akan menambahi amalannya dengan rasa takut dan harap. Sebanyak apapun amalan sholeh yang dia persembahkan, maka dia tidak bisa bersandar dengannya dan tidak berbangga diri, sehingga dapat merusaknya. Bahkan dia beramal dan berharap pahala. Dalam satu waktu dia juga khawatir dari amalannya dari pandangan orang lain (riya’) dan bangga diri serta akan hilang sebagaimana firman Allah ketika mensifati orang mukmin:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا ءاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
(سورة المؤمنون: 60)
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mukminun: 60)
Dan begitulah orang beriman tetap beramal dan berharap serta takut hingga bertemu dengan Allah dalam kondisi tauhid dan melakukan amal sholeh sehingga dia akan mendapatkan kemenangan dan mendapatkan keredhoan Tuhan dan surga-Nya. Jika anda lebih dalam memperhatikan hal ini, anda pasti mengetahui inilah sikap yang benar untuk beramal. Bahwa konsiten dalam kehidupan tidak akan diraih kecuali dengan hal ini.
- Sementara apa yang anda ketengahkan tentang dosa asal (dosa turunan), maka pembahasan dalam hal ini ada beberapa hal:
Pertama: Keyakinan dalam islam terkait dengan dosa manusia adalah bahwa seseorang sebagaimana dia akan menanggung amalannya, maka dia tidak menanggung amal orang lain. begitu juga dia tidak mengikuti amalan orang lain. sebagaimana firman Allah ta’ala:
ولا تزر وازرة وزر أخرى
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. Fatir: 18)
Maka pemikiran dosa asal (dosa turunan) ditiadakan dengan hal ini. Kalau seorang ayah berdosa, maka apa salah anak-anak dan cucunya untuk menanggung dosa pekerjaan orang lain. sesungguhnya keyakinan orang Kristen bahwa anak keturunan menanggung dosa ayahnya itu termasuk benar-benar suatu kezaliman yang nyata. Apakah orang berakal bisa mengatakan bahwa dosa itu akan terus bersambung sejauh kurun waktu manusia ada? Bahwa dosa kakeknya itu dikenakan kepada anak, cucu dan generasinya?
Kedua: Kesalahan itu merupakan tabiat manusia, dimana Nabi kita sallallahu’alhii wa sallam telah bersabda, “Setiap anak Adam itu suka berbuat dosa.” (HR. Tirmizi, 2423)
Akan tetapi Allah tidak menjadikan manusia lemah ketika mendapatkan dosa, tidak mampu melakukan apa-apa setelah itu, bahkan (Allah) memberikan kesempatan membukakan baginya pintu taubat dan kembali kepada-Nya.
Oleh karena itu Nabi sallallahu’alahi wa sallam bersabda melengkapi sabdanya tadi, “Dan sebaik-baik orang yang seringkali berbuat dosa adalah orang-orang yang bertaubat.” Sehingga kelihatan rahmat Tuhan dalam syariat Islam sangat jelas ketika Allah memanggil hamba-Nya dengan firman-Nya:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
(سورة الزمر: 53)
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Ini adalah tabiat manusia dan ini jalannya serta solusi dari permasalahannya ketika dia berdosa. Sementara kalau anda jadikan tabiat manusia ini adalah tabiat suatu kesalahan dan ditutup rapat antara seorang hamba dengan Tuhannya. Bahwa seorang hamba tidak mampu mencapai ridha Tuhan secara umum kecuali dengan menurunkan anaknya untuk mereka (sebagaimana yang mereka sangka) dengan disalib secara hina dina dengan dilihat dan didengarkan (ayahnya?!!!) dan ketika itulah manusia akan diampuni. Ini permasalahnnya sangat aneh sekali dan mengherankan. Sekedar menguraikan pandangan yang batil ini sudah cukup sebagai jawaban atasnya.
Saya telah mengatakan kepada orang Kristen ketika kita berdebat tentang masalah ini, jika kalian mengatakan bahwa Dia menurunkan anaknya untuk disalib dalam rangka sebagai tebusan manusia pada zamannya atau orang yang akan datang setelah di salib, terus bagaimana kondisi orang yang telah berdosa dan mati dalam kondisi berdosa sebelum kelahiran Al-Masih dan belum mengenalnya agar bisa beriman dengan keyakinan penyaliban tadi agar mereka diampuninya? Paling kalian akan mengatakan, ‘Pendeta kami pasti memiliki jawaban akan permasalah ini.’ Kalaupun jawabannnya cuma berputar-putar saja, mau bilang apa lagi?? !!
Anda ketika mengetengahkan aqidah Kristen terkait tema dosa manusia dengan akal secara adil, anda akan dapatkan bahwa Tuhan telah mengorbankan anak bujangan satu satunya untuk menghapus dosa-dosa manusia itu. Anak- anak ini juga sebagai Tuhan, meskipun dia Tuhan telah dipukul dan dihina serta disalib sampai mati. Maka aqidah ini membawa pemahaman penyimpangan pada subahanwhu wa ta’ala dan menuduh dengan kehinaan dan kelemahan. Apakah Tuhan lemah dari sekedar memaafkan dosa-dosa para hamba semuanya dengan hanya satu perkataan saja dari-Nya. Padahal Dia Maha Mampu terhadap segala sesuatu (Orang Kristen tidak menyangkal akan hal ini) maka mengapa Dia harus mengorbankan anaknya untuk hal itu (Maha suci Allah dari perkataan orang-orang zalim yang penuh kesombongan).
بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
(سورة الأنعام: 101)
“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-An’am: 101)
Jika orang biasa saja tidak akan rela anaknya mendapatkan keburukan bahkan dia akan menolak diserahkaan kepada musuh yang ingin megambilnya untuk dihina dan dicela. Apalagi dibiarkan mendapatkan pembunuhan dengan cara keji dengan cara disalib. Kalau ini kondisi makhluk biasa bagaimana dengan Tuhan ???
Ketiga: Sesungguhnya aqidah menghapus dosa turunan yang diyakini orang Kristen berdampak negatif pada kehidupan nyata manusia. Dimana aqidah Kristen sebagaimana yang dipaparkan tidak mengharuskan seseorang untuk berkomitmen terhadap kewajibannya kecuali hanya meyakini bahwa Allah telah mengutus anaknya ke dunia ini untuk disalib kemudian mati untuk menghapus dosa-dosa manusia, dari situ orang Kristen dijamin mendapatkan kemenangan itu dengan keredoan Tuhan dan akan masuk surga.
Bukan hanya ini saja, bahkan keyakinan setiap apa yang terjadi pada anak Allah itu adalah untuk menghapus dosa-dosa yang telah lalu, sekarang dan yang akan datang. Dan tidak akan bertanya setelah itu tentang sebab apa yang terjadi pada masyarakat Kristen dari semakin bertambahnya kondisi pembunuhan, perkosaan, pencurian, candu minuman keras dan dosa-dosa lainnya. Bukankah Almasih telah mati dan menghapuskan dan menghilangkannya. Ketika mereka tidak pernah berhenti melakukan dari kemaksiatan-kemaksiatan ini.
Tolong katakan kepadaku dengan Nama Tuhanmu, kenapa kalian terkadang menghukum mati pembunuh, memenjarakan pelaku kerusakan, dan memberikan hukuman dengan berbagai macam bentuk hukuman. Kalau pelaku kerusakan menurut pendangan anda dia telah dihapuskan dosa-dosanya, dan diampuni semua kesalahan-kesalahan dengan darahnya Almasih? Tidakkah ini merupakan suatu kontradiksi yang mengherankan??
- Apa yang anda ketengahkan dari perkataan anda bahwa orang-orang Islam selagi meyakini bahwa mereka adalah pilihan dari manusia, kenapa mereka tidak menyebarkan keyakinannya? Maka jawabannya adalah bahwa orang-orang ikhlas dikalangan mereka yang mengamalkan Kitab Al-Karim telah melaksanakan hal itu, kalau tidak, bagaimana Islam sampai dari Mekkah ke Indonesia, Seberia, Maroko, Bosnia, Arfika Selatan dan seluruh negara timur dan barat.
Adapun kesalahan yang ada pada prilaku sebagian umat Islam sekarang, Islam tidak bertanggung jawab. Islam bukan sebab bahkan hal itu tidak terjadi kecuali hasil dari penyimpangan terhadap Islam, tidak adil kalau menyalahkan ajaran Islam dikarenakan kesalahan sebagain pengikutnya yang menyalahi dan menyimpang darinya. Bukankah orang-orang Islam itu paling adil dibandingkan dengan Nashrani ketika menetapkan bahwa orang yang berdosa itu diancam dengan siksaan Allah selagi dia tidak bertaubat. Dan di antara dosa-dosa ada yang terkena hukuman untuk efek jera di dunia sehingga ia menjadi penebus di akhirat kelak seperti hukuman pembunuhan, mencuri dan berzina dan lain-lainnya.
- Adapun apa yang anda sebutkan akan mudahya masuk Kristen dibandingkan dengan masuk Islam, adalah kesalahan yang nyata. Karena kunci masuk Islam adalah dua kalimat saja tidak ada lainnya. Cukup berucap dengan keyakinan, Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, seseorang sudah masuk Islam dalam beberapa detik saja tidak membutuhkan pembabtisan juga tidak perlu pendeta juga tidak perlu pergi ke tempat tertentu ke Masjid atau ke tempat lainnya.
Silahkan anda bandingkan antara ini dengan proses pembaptisan yang dilakukan oleh Kristen ketika seseorang ingin masuk agama Kristen. Kemudian orang Kristen sangat mensucikan salib tempat Isa disiksa di atasnya –sebagaimana yang mereka sangka- sakit punggungnya dan disakitinya kemudian mereka menjadikan hal itu suatu hal yang suci dan keberkahan serta kesembuhan, bukan mencela dan tidak menyukainya. Mereka menganggap sebagai lambang kezaliman, dan contoh yang sangat mengerikan akan kematian anaknya Tuhan?!!! Dan dia yang menyakiti punggungnya dan melarang dari tidur.
- Ayo kita lihat sama-sama bahwa orang-orang Islam itu lebih berhak dalam kebenaran dibandingkan dengan lainnya. Mereka mengimani semua Nabi dan rasul serta mengagungkannya, dan meyakini bahwa mereka dalam kebenaran dan ketauhidan semua. Dan semuanya Allah wahyukan dan utus kepada Kaumnya dengan syariat yang sesuai pada waktu dan tempat. Sesungguhnya orang Kristen yang adil ketika melihat orang Islam mempercayai dengan Musa, Isa dan Muhammad alaihimus salatu wassalam, (dan mempercayai) Taurat, Injil yang asli dan Al-Qur’an Al-Karim, kemudian mereka melihat keturunan kaumnya dari orang Kristen mengingkari Muhammad sallalahu’alihi wa sallam mengingkari kenabiannya dan membohongi kitabnya. Jika anda obyektif menilai, mestinya anda lebih setuju dengan sikap orang-orang Islam.
- Terkait apa yang anda sebutkan tentang ungkapan Al-Masih: Bahwa tidak ada yang dapat sampai kepada Tuhan kecuali melewati dirinya. Pertama, seharusnya pastikan dahulu apakah ungkapan benar disandarkan kepada Isa. Kedua, hal itu sangat jelas kebatilannya. Sebab bagaimana umat manusia dapat mengenal Allah pada masa Nuh, Hud, Sholeh, Yunus, Syua’ib, Ibrohim, Musa dan para Nabi lainnya. Jika ungkapan bahwa Bani Isroil pada zamannya Nabi Isa alaihis salam dan zaman setelahnya sampai zamannya Nabi terakhir Muhammad sallallahu alaihi wa sallam, tidak dapat sampai kepada agama Allah dan syariatya kecuali lewat jalannya Isa alaihis salam saja, pasti kita katakan bahwa perkataannya itu benar dan ungkapannya itu masih bisa diterima.
- Adapun pandangan terakhir anda bahwa Al-Masih berkata bahwa Aku dan Bapak itu satu. Ini adalah aqidah yang tertolak. Jika anda mengikuti jalan keadilan dan anda hilangkan dari hawa nafsu, pasti akan nampak jelas bahwa ungkapan ‘Saya dan Bapak’ itu terdiri dari kata sambung dan sesuatu yang disambungkan serta adanya huruf sambung diantara keduanya. Semetara huruf atof (sambung) dalam ilmu bahasa (arab) itu maknanya adalah sesuatu yang berbeda. Maksudnya bahwa dia adalah sesuatu dan bapak adalah sesuatu yang lainnya. Kalau anda berkata, ‘Saya dan fulan’ pasti diketahui semua orang berakal bahwa itu ada dua hal yang berbeda. Tambahan 1 + 1 + 1 = 1 adalah penjumlahan yang tertolak menurut semua orang berakal dari kalangan pakar matematika dan lainya.
Sebagai penutup saya memberikan wasiat kepada anda dan saya yakin bahwa anda tidak akan menolak wasiat ini. Tunaikan karena Allah berfikir pada diri anda dari apa yang pernah anda baca, kesampingkan dahulu semua latar belakang atau ungkapan yang lalu dan dari semua hawa nafsu atau fanatisme, dia tulus mencari petunjuk kepada Allah semata. Dan Allah lebih mulya dari pada tidak ada harapan seorang hamba tentang masalah ini. Dan Allah yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Dan cukuplah Dia dan sebaik-baik wakil.