Kamis 18 Ramadhan 1445 - 28 Maret 2024
Indonesian

Mana Yang lebih Sahih Tafsir Ibnu Katsir Atau Tafsir At Thabari ?

43778

Tanggal Tayang : 14-04-2015

Penampilan-penampilan : 79954

Pertanyaan

Mana yang lebih mendekati kebenaran “Tafsir Ibnu Katsi ” atau "Tafsir At Thabari”

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Kedua tafsir ini ditulis oleh ulama besar di antara para Ulama Ahlus Sunnah. Para Ulama senantiasa memberi nasihat agar memiliki dan mempelajari keduanya. Masing-masing dari keduanya memiliki keistimewaan yang menjadikan para penuntut ilmu tidak bisa menyebutkan kelebihan salah satu dari yang lainnya, dan dibawah ini sekilas tentang kedua tafsir tersebut :

1- Tafsir At Thabari :

·Imam Muhammad bin Jarir At Thabari dilahirkan pada tahun 224 hijriyyah di daerah yang disebut Thabaristan, wafat pada tahun 310 hijriah diusia 86 tahun.

· Tafsirnya dinamakan: “Jami’ul Bayan Fi Ta’wili Aayatil Qur’an”.                                                 Abu Hafidz Al Isfiraini berkata : Jika  seseorang pergi ke negri Cina hanya untuk mendapatkan ilmu dari kitabnya maka hal itu sangat layak dimengerti." (Dari kitab “Thabaqaatul Mufassirin” Oleh Ad Daawidi, 2/106)

· Ibnu Khuzaimah berkata: Aku menelaah kitab Tafsirnya dari permulaan hingga akhirnya, maka aku tidak mengetahui jika ada seorang di permukaan bumi ini yang lebih mengerti dari pada Ibnu Jarir. (Dari kitab “Siyar A’laamil Nubala”, 14/273)

·Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : Adapun kitab-kitab tafsir yang beredar di tengah masyarakat; maka yang paling shahih di antara kitab-kitab tafsir tersebut adalah karangan Muhammad bin Jarir At Thabari. Karena di dalamnya disebutkan perkataan para ulama salaf dengan sanad yang tidak diragukan lagi kesahihannya serta tidak ada bid’ah di dalamnya Tidak pula menukil perkataan orang-orang yang diduga dengan kedustaannya seperti Muqotil bin Bakir dan Al Kalbi. (Majmu Al Fatawa, 13/358). Dia juga mengatakan dalam kitab “Muqaddimatun Fi Ushulut Tafsir”, hal  39 tentang tafsir Ibnu Jarir, "Tafsir At Thabari adalah tafsir yang paling mulia dan paling berbobot isinya."

·Tafsir ini bersandar kepada perkataan tiga tingkatan dari tingkatan para ahli tafsir ulama salaf. Mereka adalah para sahabat, tabi’in dan tabi'ti tabi’in. Disebutkan perkataan mereka dengan sanad yang disandarkan kepada mereka dan inilah bentuk keistimewaan yang amat luar biasa dalam penulisan kitabnya yang tidak didapati dikebanyakan kitab-kitab tafsir yang ada pada kita Akan tetapi keistimewaan ini tidak sepadan dengan keadaan kaum Muslimin pada umumnya yang rata-rata tidak memiliki kemampuan untuk menelaah sanad-sanad dan mengetahui serta membedakan yang sahih dari yang dla’if. Mereka merasa cukup dan berhenti sebatas pada kebenaran sanad dan kedha’ifannya dengan ungkapan yang ringkas, jelas dan terang.

·Apabila imam At Thabari telah selesai mengutarakan perkataan-perkataan para ulama, beliau merajihkan (menguatkan) atau memilih pendapat yang beliau anggap paling benar kemudian beliau sebutkan sanadnya dalam tarjih.

2- Tafsir Ibnu Katsir :

·Beliau adalah Abul Fida’ Isma’il Bin Katsir Ad Dimasyqi, wafat pada tahun 774 hijriyyah.

·Tafsirnya dinamakan  “Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim”

·Imam As Suyuthi Rahimahullah berkata tentang kitab tafsir ini, "Ttidak ada orang yang hidup di zamannya mengarang sepadan dengan Tafsirnya." (Tadzkiratul Huffadz,  hal. 534)

·Tafsirnya tergolong tafsir bil ma’tsur, maksudnya adalah mentafsirkan ayat-ayat al Qur’an dengan ayat yang lain atau dengan hadits Nabi, dan tingkat kemasyhuran tafsirnya menurut Ulama mutakhir adalah setelah kemasyhuran Tafsir At Thabari.

·Redaksinya sangat mudah dipahami dengan tata bahasa yang baik, tidak terlalu panjang dan membosankan atau terlalu pendek dan menyulitkan pemahaman.

·Metode dalam penulisan tafsirnya: Beliau menafsirkan ayat dengan ayat, dan menyebutkan ayat yang berkaitan dan sesuai dengan ayat yang sedang ditafsirkan, kemudian menghadirkan hadits-hadits yang bersinggungan dengan tema ayat, sebagaimana beliau juga meletakkan sanad-sanad hadits tersebut khususnya apa yang diriwayatkan  oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya. Beliau termasuk salah seorang yang hafal Musnad (Ahmad). Sering kali beliau juga berbicara tentang kesahihan dan kelemahan hadits, dan ini merupakan salah satu diantara keistimewaan yang luar biasa dalam tafsirnya. Kemudian beliau juga menyebutkan ucapan para salafus Shalih dari kalangan sahabat maupun Tabi’in, dan menyelaraskan antar pendapat. Di samping itu beliau juga menghindari khilaf yang menyimpang. Muhammad bin Ja’far Al Kattani mengungkapkan kekagumannya pada pentafsiran beliau, "Sungguh tafsir beliau sarat dengan Hadits-hadits dan Atsar disertai sanadnya masing-masing dengan disebutkan tingkat kesahihan dan kelemahan para perawinya." (Ar-Risalah Al-Mustathrifah, hal. 195).

·Beliau juga memberi perhatian pada aspek Syar’i dari riwayat-riwayat Israiliyyah, yang sebagiannya diletakkan pada ayat-ayat tertentu saat menafsirkan.

Kesimpulannya :

Sesungguhnya bagi para penuntut ilmu dua kitab tafsir ini adalah sebuah kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Jika menilik keutamaan antara keduanya, maka sesungguhnya Tafsir Ibnu Jarir tidak ada seorang ulama pun setelahnya yang mengarang sepadan dengan kitab tersebut dan dia merupakan bekal bagi para Ulama dan bagi para penuntut ilmu. Akan tetapi kitab ini  tidak cocok bagi kalangan awam,  karena ketidaksanggupan mereka dalam memahami tafsir tersebut. Adapun Tafsir Ibnu Katsir dia lebih mudah bagi  kebanyakan orang, dan di dalamnya juga terdapat faedah-faedah yang teramat besar bagi para ulama dan penuntut ilmu. .

Wallahu A’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam