Kamis 20 Jumadil Ula 1446 - 21 November 2024
Indonesian

Mengqadha Puasa Wajib Pada Hari-hari Tasyriq Tidak Sah

Pertanyaan

Karena ketidaktahuan saya, saya berpuasa di hari-hari tasyriq untuk mengqadha puasa bulan Ramadan. Apakah saya siapkan (berpuasa) pada hari kedua dari tiga hari tasyriq dimana saya telah memulai berpuasa atau saya harus melanjutkan sepuluh hari (disebebkan kebiasaan atau sakit) setelah hari-hari tasyriq?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Hari tasyriq adalah tiga hari berurutan setelah hari raya adha. Yaitu tanggal kesebelas, dua belas dan tiga belas dari bulan Dzulhijjah. Hari-hari ini diharamkan berpuasa. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:

أيام التشريق أيام أكل وشرب (رواه مسلم، رقم 1141)

“Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim, no. 1141 dari hafis Nubaisyah Al-Huzali)

Dan sabdanya:

إن يوم عرفة ويوم النحر وأيام التشريق عيدنا أهل الإسلام وهي أيام أكل وشرب (رواه النسائي، رقم 3004 والترمذي، رقم 773 وأبو داود، رقم 2419)

“Sesungguhnya hari Arafah, hari nahr dan hari-hari tasyriq adalah hari raya kita orang Islam ia adalah hari makan dan minum.” HR. Nasa’I, (3004) dan Tirmizi, (773) dan Abu Dawud, (2419) dari hadits Uqbah bin Amir dishahihkan oleh Albani di Shahih Abu Dawud.

Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak memberi keringanan berpuasa di hari-hari ini kecuali bagi jamaah haji tamttu’ dan qiron yang tidak mendapatkan hadyu. Telah diriwayatkan Bukhori, (1998) dari Aisyah dan Ibnu Umar radhiallahu anhumm berkata:

لم يُرخص في أيام التشريق أن يُصمن إلا لمن لم يجد الهدي.

“Tidak diberi keringanan berpuasa pada hari-hari tasyriq kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan hadyu.

Oleh karena itu jumhur ulama melarang berpuasa pada hari-hari ini baik sunah, qadha’ maupun nazar. Mereka berpendapat batalnya puasa kalau sekiranya dilaksanakan pada hari-hari ini.

Yang kuat adalah pendapat jumhur. Tidak dikecualikan melainkan puasanya jamaah haji yang tidak mendapatkan hadyu.

Syekh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan, “Bagitu juga hari Nahr dan hari-hari tasyriq semuanya tidak boleh berpuasa. Karena Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam melarang hal itu. Kecuali hari-hari tasyriq yang menunjukkan dibolehkan berpuasa untuk hadyu tamatu’ dan qiron secara khusus bagi orang yang tidak mendapatkan hadyu. Kalau berpuasa sunah atau sebab lainnya, maka tidak dibolehkan (puasa) seperti hari raya. Dinukil dari Fatawa Ramadan, dikumpulkan oleh Asyraf Abdul Maqsud, hal. 716.

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Dibolehkan bagi jamaah haji qiron dan mutamatti’ kalau tidak mendapatkan hadyu agar berpuasa di tiga hari agar tidak terlewatkan musim haji sebelum puasa. Selain dari itu tidak dibolehkan berpuasa. Meskipun bagi orang yang berpuasa dua bulan berturut-turut, maka dia harus berbuka pada hari raya dan tiga hari setelahnya, kemudian melanjutkan puasanya.” (Fatawa Ramadan, hal. 727)

Maka apa yang telah anda lakukan berpuasa pada hari-hari ini (hari tasyriq) untuk mengqadha Ramadan adalah tidak sah. Dan anda harus mengulanginya. Dan tidak disyaratkan mengqadha Ramadan berpuasa  harinya berurutan. Maka anda dapat berpuasa qadha baik berurutan atau berseling. Silahkan merujuk soal no. 21697.

Wallahu a’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam