Jum'ah 10 Syawal 1445 - 19 April 2024
Indonesian

Iman Kepada Para Nabi Dan Rasul Termasuk Rukun-Rukun Iman Dan Bukan Iman Kepada Rasul Semata

Pertanyaan

Telah dijelaskan dalam hadis Jibril yang panjang ketika dia bertanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang iman kemudian Nabi menyebutkan rukun-rukun iman, yang termasuk didalamnya iman kepada Rasul-Rasul Allah, dan sudah diketahui bersama bahwa tidak semua Nabi adalah Rasul, apakah arti dari ini tidak wajib beriman kepada Nabi yang bukan rasul?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

  Wajib hukumnya beriman kepada beriman kepada kepada para Nabi dan Rasul Allah semuanya, dan bukan hanya kepada Rasul, dan hal ini termasuk pondasi-pondasi agama dan rukun-rukun agama Islam yang kokoh didalam Al-quran, Allah subhanahu wata’ala berfirman:

 قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ  البقرة/136.

Artinya:

“Katakanlah (wahai muhamad), “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.”

Dan Allah juga berfirman:

 لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ  البقرة/177.

Artinya:

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

            Maka cermatilah bagaimana Allah mewajibkan kepada orang-orang yang beriman untuk beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul, dan Allah menyebut nama Nabi Ismail, Nabi Ishak, dan Anak cucunya, dan Allah juga memberitahukan bahwa orang-orang yang beriman itu tidak membedakan antara Nabi atau Rasul yang satu dengan yang lainnya, bahkan mereka meyakini akan kafirnya orang yang mengingkari kenabian seorang yang Allah kukuhkan kenabian padanya; karena mengingkari seorang Rasul ataupun Nabi berarti mengingkari semua para Rasul.

Berkata Qodi ‘iyadh rahimahullah:

            “Hukum mencela seluruh para Nabi-Nabi Allah ta’ala… dan meremehkan mereka, atau mendustakan apa yang dibawa oleh mereka, dan mengingkari serta menyombongkan diri kepada mereka, sama halnya hukum mencela Nabi Muhamad shallallahu ‘alaihi wasallam”. Dinukil dari “As-syifa” (2/1098).

Berkata Syekhul Islam rahimahullah:

            “Dan orang-orang Islam beriman kepada para Nabi seluruhnya, tidak membeda-bedakan satu Nabi dengan yang lainnya, karena beriman kepada para Nabi adalah wajib dan mengingkari salah satu diantara mereka maka dia telah mengingkari semuanya, dan barangsiapa mencela seorang Nabi dari Nabi-Nabi yang ada maka sungguh dia telah inkar dan kafir wajib dibunuh sebagaimana kesepakatan para ulama”. Dinukil dari “As-shafadiyyah” (2/311).

Berkata Syekh Sa’di Rahimahullah:

            “Di dalam firman Allah ini terdapat perintah beriman kepada seluruh kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi, dan beriman kepada para Nabi secara umum dan khusus, setiap Nabi yang Allah sebutkan dalam ayat Alquran karena kebesarannya, atau karena mereka datang membawa syariat yang besar maka wajib mengimani mereka dan kitab-kitab yang dibawa mereka secara umum dan global, kemudian setiap Nabi dan Rasul yang Allah jelaskan kenabiannnya secara detail dan terperinci maka wajib beriman kepada mereka secara terperinci”. Dinukil dari “Taisir Karim Ar-rahman” Hal. 67.

            Adapun hadis Jibril yang masyhur dari riwayat Imam Muslim (No.8) dari sahabat Umar Bin Khattab radiyallahu anhu, diantara teksnya berbunyi:

 فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ. قَالَ:  أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ 

Artinya:

“Berkata Jibril: “Wahai Muhamad kabarkanlah kepadaku apa itu iman? Nabi menjawab: “ Iman ialah beriman kepada Allah, dan para Malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, dan para Nabi-Nya, dan beriman kepada hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk”.

Dan bukan maksud dari hadis ini adalah pembatasan Iman kepada para Rasul saja tanpa beriman kepada para Nabi, akan tetapi kata “Rasul-Rasul” didalam hadis mencakup pula para Nabi, adapun dimutlakannya kata “Rasul” disini hanya karena dominasinya kata “Rasul” yang lebih terkenal dan nampak sebagaimana yang ditunjukkan oleh ayat-ayat yang telah lalu akan wajibnya beriman kepada seluruh para Nabi.

Adapun perbedaan antara kata Rasul dan Nabi maka tidak digunakan disetiap konteks kalimat, akan tetapi jika salah satu diantara dua kata itu disebutkan dalam suatu redaksi ayat maupun hadis maksudnya adalah mencakup kata “Rasul” dan “Nabi” sekaligus, dan dua kata tersebut memiliki arti yang berbeda jikalau terdapat dalam satu tempat/redaksi ayat maupun hadis yang sama.

WaAllahu A’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam