Sabtu 2 Rabi'uts Tsani 1446 - 5 Oktober 2024
Indonesian

Darah Haidh Tidak Berhenti Setelah Minum Obat, Bagaimana Dengan Shalat Dan Puasanya?

155697

Tanggal Tayang : 07-01-2016

Penampilan-penampilan : 4785

Pertanyaan

Seorang wanita mengalami sakit, lalu sang dokter memberinya obat untuk mengatasi sakitnya. Namun hal itu membuatnya keluar darah terus menerus tidak berhenti. Bagaimana dia menunaikan ibadah shalat dan puasanya?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Kami mohon kepada Allah Ta'ala semoga menyembuhkannya. Yang tampak adalah bahwa wanita tersebut telah memiliki jadwal haid tertentu sebelumnya. Maka hendaknya dia berpatokan pada hari haid kebiasaannya. Misalnya jika haidnya biasanya tujuh hari di setiap awal bulan, maka setiap awal bulan dia tidak shalat dan puasa selama tujuh hari dan tidak boleh digauli suaminya. Jika telah selesai tujuh hari, dia kembali suci hukumnya, maka hendaknya dia mandi, kemudian shalat dan puasa serta halal bagi sang suami menggaulinya.

Dalil yang menunjukkan berpedoman dengan jadwal haid yang sudah baku sebelumnya.

1. Dari Aisyah, isteri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dia berkata, "Sesungguhnya Ummu Habibah, bintu Jahsy, yang menjadi isteri Abdurrahman bin Auf megeluhkan kepada Rasulullah tentang darahnya, maka beliau berkata kepadanya,

امْكُثِي قَدْرَ مَا كَانَتْ تَحْبِسُكِ حَيْضَتُكِ ثُمَّ اغْتَسِلِي وَصَلِّي (رواه مسلم، 334) .

"Anggaplah masa haidh selama masa haid yang telah menjadi kebiasaanmu, kemudian mandilah dan shalatlah." (HR. Muslim, no. 334)

2. Dari Aisyah juga, sesungguhnya Fathimah binti Abu Hubaisy bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, "Aku adalah wanita yang istihadhah, tidak pernah suci, apakah aku boleh meninggalkan shalat?" Maka beliau bersabda,


لاَ ، إِنَّ ذَلِكِ عِرْقٌ ، وَلَكِنْ دَعِي الصَّلاَةَ قَدْرَ الأَيَّامِ الَّتِي كُنْتِ تَحِيضِينَ فِيهَا ثُمَّ اغْتَسِلِي وَصَلِّي  (رواه البخاري، رقم 319)

"Tidak, sesungguhnya itu merupakan darah biasa, akan tetapi tinggalkan shalat sebnyak hari-hari yang menjadi kebiasaan haidmu, kemudian mandilah dan shalatlah." (HR. Bukhari, no. 319)

3- Dari Ummu Salamah, sesungguhnya seorang wanita mengalami pendarahan pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka Ummu Salamah memintakan fatwa untuk wanita tersebut kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka beliau bersabda,

لِتَنْظُرْ عَدَدَ اللَّيَالِي وَالْأَيَّامِ الَّتِي كَانَتْ تَحِيضُ مِنْ الشَّهْرِ قَبْلَ أَنْ يُصِيبَهَا الَّذِي أَصَابَهَا فَلْتَتْرُكْ الصَّلَاةَ قَدْرَ ذَلِكَ مِنْ الشَّهْرِ فَإِذَا خَلَّفَتْ ذَلِكَ فَلْتَغْتَسِلْ ثُمَّ لِتَسْتَثْفِرْ بِالثَّوْبِ ثُمَّ لِتُصَلِّ  (رواه أبو داود ( 278 ) والنسائي ( 355 ) وصححه الألباني في " صحيح أبي داود)

"Hendaknya di melihat jumlah malam dan hari yang biasa dia haid setiap bulannya sebelum dia mengalami demikian. Maka dia tinggalkan shalat selama jumlah hari tersebut. Jika telah berlalu, maka mandilah dan tutuplah tempat keluar darah dengan kain, kemudian shalatlah." (HR. Abu Daud, no. 278, Nasai, no. 355. Dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam shahih Abu Daud)

Sebagai tambahan untuk mengenal kondisi-kondisi wanita istihadhah, silakan lihat jawaban sola no. 68818.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam