Kamis 20 Jumadil Ula 1446 - 21 November 2024
Indonesian

Siapakah Mereka Pemberi Rizki Dalam Firman Allah, "(Allah) Sebaik-Baik Pemberi Rizki' Dan Penjelasan Perbedaan Antara Rizki Allah dan Rizki Makhluk

160556

Tanggal Tayang : 29-11-2020

Penampilan-penampilan : 27449

Pertanyaan

Jika Allah adalah sebaik-baik pemberi rizki, maka siapakah mereka (selain Allah) yang memberi rizki?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Allah Ta'ala menyatakan bahwa dirinya adalah 'Sebaik-baik pemberi rizki' dalam lima tempat, yaitu dalam surat Al-Maidah: 114, Al-Hajj: 58, Al-Mukminun: 72, Saba': 39, Al-Jumu'ah: 11.

Kedua:

Tidak ada larangan untuk memberikan sifat 'memberi rizki' kepada Allah Tuhan semesta alam dan kepada para makhluk. Sebagaimana firman Allah Ta'ala

 وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ  

سورة البقرة: 233

"Dan kewajiban ayah memberi Makan." (QS. Al-Baqarah: 233)

Firman Allah:

وَلا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَاماً وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَعْرُوفاً

سورة النساء:  5

"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." (QS. An-Nisa: 5)

وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُولُو الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينُ فَارْزُقُوهُمْ مِنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَعْرُوفاً  

سورة النساء: 8

"Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik." (QS. An-Nisa: 8)

Karena itu, anda akan dapatkan makna ar-razik dalam kitab-kitab tafsir dengan maksud: 'Penguasa', 'tuan', 'bapak' dan 'kerabat yang dekat'.

Perkara ini tidak masalah menuruat para ulama. Karena kita meyakini perbedaan antara hamba yang memberi rizki dan Allah yang memberi rizki, perbedaan antara makhluk dan khaliq, yang beribadah dengan yang diibadahi. Perkara ini juga sama seperti sifat ilmu yang Allah nyatakan terhadap diri-Nya dan juga Allah berikan terhadap hamba-Nya. Tapi ilmu sang hamba didahului oleh kebodohan dan diikuti sifat lupa. Adapun Allah Ta'ala, tidak sesat dan tidak lupa. Begitu pula, Allah Ta'ala sebagaimana memberikan sifat 'pencipta' kepada diri-Nya, dia juga memberikan sifat 'pencipta' kepada hamba-Nya. Akan tetapi, penciptaan hamba, bukan berasal dari tidak ada, akan tetapi hanya merubah dari suatu benda kepada benda lainnya, ini berarti penciptaan yang kurang sebagaimana manusia bersifat kurang dan terbatas sebagaimana terbatasnya pemahaman mereka serta mengundang kemungkinan binasa sebagaimana kemungkinan binasa pada mereka. Lihat jawaban tuntas dalam masalah ini pada soal no. 149122.

Ketiga:

Dengan sedikit perenungan antara rizki Allah Ta'ala terhadap hamba-Nya dan rizki sang hamba (terhadap yang lainnnya) akan tampak dengan jelas perbedaan yang besar. Dengan demikian diketahui bahwa diberikannya sifat dan perbuatan 'rizki' bagi manusia sesuai dengan keadaan yang cocok bagi mereka, seperti fakir, lemah, membutuhkan dan binasa.

Di antara perbedaan-perbedaan tersebut adalah:

1- Rizki Allah tidak akan habis, adapun rizki manusia, betatapun besarnya akhirnya akan habis juga.

Allah Ta'ala berfirman,

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ  

سورة النحل: 96

"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal." (QS. An-Nahl: 96)

2- Rizki Allah tidak terputus terhadap orang kafir atau durhaka, sedangkan seorang hamba biasanya tidak memberikan rizki kepada orang yang berbeda pandangan dengannya, apalagi orang yang mengingkari dan mencacinya.

Allah Ta'ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ 

سورة البقرة: 126

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali." (QS. Al-Baqarah: 126)

Dari Abdullah bin Qais, Abu Musa Al-Asy'ari, dia berkata, "Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَا أَحَدٌ أَصْبَرَ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ نِدًّا وَيَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا وَهُوَ مَعَ ذَلِكَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ وَيُعْطِيهِمْ

رواه مسلم رقم  2804

"Tidak ada yang paling sabar menghadapi gangguan selain Allah Ta'ala. Mereka menetapkan sekutu dan anak bagi-Nya. Namun demikian, Dia tetap memberi mereka rizki, memaafkan mereka dan memberi mereka." (HR. Muslim, no. 2804)

Allah Ta'ala berfirman,

كُلاًّ نُمِدُّ هَؤُلاء وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُوراً  

سورة الإسراء:  20

"Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi." (QS. Al-Isra: 20)

Al-Hasan Al-Basri rahimahullah berkata, "Semua golongan kami berikan kebaikan dunia, baik mereka yang taat maupun yang durhaka." (Tafsir Ath-Thabari, 17/411)

3- Rizki Allah berlaku di dunia dan akhirat, sedangkan rizki sang hamba terbatas pada bagian kecil di dunia saja.

Allah Ta'ala berfirman,

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقاً قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهاً وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 

سورة البقرة: 25

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 25)

4- Rizki Allah berlaku kepada seluruh makhluk-Nya termasuk kepada binatang. Sedangkan sang hamba tidak mampu melakukan hal itu betapapun banyaknya harta mereka.

Allah Ta'ala berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ  

سورة هود: 6

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Hud: 6)

Dia juga berfirman,

وَكَأَيِّن مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ  

سورة العنكبوت: 60

"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 60)

5- Rizki Allah adalah makhluk yang asalnya tidak ada, seperti hujan, emas dan buah, sebelumnya tidak berada di tangan selainnya tanpa diragukan lagi. Sedangkan rizki hamba merupakan warisan dari orang sebelumnya dan telah berpindah-pindah tangan. Mereka tidak menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada, dan lebih dari itu semuanya bersumber dari perbendaharaan Allah serta pemberian-Nya kepada hamba-Nya.

Allah Ta'ala berfirman,

أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ 

سورة الرعد: 16

"Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa." (QS. Al-Ankabut: 16)

Allah Ta'ala juga berfirman,

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ . أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ 

سورة الواقعة: 68 ، 69

"Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya?" (QS. Al-Waqiah: 68-69)

6- Rizki Allah Ta'ala milik-Nya tidak ada seorang pun yang bersekutu dengan-Nya dalam hal ini. Sedangkan rizki hamba adalah milik yang Allah berikan kepadanya, seandainya Allah tidak tundukkan baginya segala sebab-sebabnya, niscaya dia tidak dapat memilikinya.

Allah Ta'ala berfirman,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقاً مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئاً وَلا يَسْتَطِيعُونَ 

سورة النحل: 7

"Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun)." (QS. An-Nahl: 7)

Allah Taala berfirman,

وَآتُوهُمْ مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ  

سورة النور: 33

"Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu." (QS. An-Nur: 33)

وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ  

سورة الحديد: 7

"Ddan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya." (QS. Al-Hadid: 7)

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ 

سورة فاطر: 13

"Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." (QS. Fathir: 13)

6- Rizki Allah bersumber dari kesempurnan-Nya, keagungan dan kasih sayang-Nya. Sedangkan rizki makhluk adalah karena menunaikan kewajiban, atau meraih pujian, atau mengharap pahala. Seandainya manusia memiliki gudang rizki, niscaya dia akan bakhil untuk memberi

Allah Ta'ala berfirman,

قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذاً لَأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْأِنْفَاقِ وَكَانَ الْأِنْسَانُ قَتُوراً 

سورة الإسراء: 100

"Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". dan adalah manusia itu sangat kikir." (QS. Al-Isra: 100)

7- Rizki Allah bersifat materi dan maknawi. Dia memberi rizki kepada makhluk berupa hujan, buah, dan memberi rizki kepada mereka berupa iman, sikap menerima, kebahagiaan. Jika seorang hamba memiliki sebagian rizki, tapi dari mana dia dapat memberikan rizki kepada selainnya dalam bentuk maknawi?!

Allah Ta'ala berfirman,

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ 

سورة آل عمران: 212

"Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. Ali Imran: 212)

Syekh Abdurrahman As-Sa'dy rahimahullah berkata, Allah Ta'ala berfirman,

وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. Ali Imran: 212)

Rizki duniawi dapat diraih oleh orang beriman dan orang kafir, adapun rizki terhadap hati, berupa ilmu, iman, cinta kepada Allah, takut dan harap kepada-Nya dan semacamnya, tidak akan Dia berikan kecuali kepada siapa yang dicintai." (Tafsir As-Sa'dy, hal. 95)

Dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata, "Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menyampaikan kepada kami, sedangkan dia adalah orang yang benar dan dibenarkan.

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ 

رواه البخاري، رقم 3036 ومسلم، رقم   2643

"Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empatpuluh hari, kemudian selama waktu itu juga dia menjadi setetes mani, kemudian selama itu pula dia menjadi segumpal daging. Kemudian diutus malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh dan diperintahkan untuk menetapkan empat perkara; Mencatat rizinya, ajalnya, amalnya, celaka atau bahagianya." (HR. Bukhari, no. 3036, Muslim, no. 2643)

Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin rahimahullah berkata, "Yang dimaksud dengan 'rizkinya' disini adalah, 'Apa yang dapat dimanfaatkan manusia. Dia ada dua macam; Rizki yang dengannya fisik dapat tegak, dan rizki yang dengannya agama dapat tegak. Rizki terkait dengan fisik adalah makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan semacamnya. Sedangkan rizki terkait dengan agama adalah; Ilmu dan iman. Kedua macam rizki inilah yang dimaksud dalam hadits ini. (Syarh Al-Arbain An-Nawawiyah, hal. 101-102, cet. Penerbit Tsurayya) 

Karena itu, pemberi rizki yang sesungguhnya adalah Allah semata, tidak ada sekutu baginya. Allah telah berdalil dengan rizki yang telah Dia berikan kepada para hambanya untuk membantah kesyirikan dan menyatakan kebodohan orang-orang musyrik.

Firman-Nya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ

سورة فاطر: 3

"Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?" (QS. Fathir: 3)

Keempat:

Kami tutup jawaban kami dengan ungkapan yang utuh dan indah dalam masalah ini. DR. Abdullah Ad-Darraz rahimahullah berkata, 'Bacalah firman Allah Ta'ala,

وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ  

سورة البقرة: 212

"Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. Al-Baqarah: 212)

Perhatikanlah, adakah ucapan yang lebih jelas dari ini dalam pandangan akal manusia. Perhatikan pula, betapa kalimat ini memiliki kelenturan.

Karena, jika anda mengatakan bahwa maknanya adalah;

1- Allah Ta'ala memberi rizki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa ada pihak yang memperhitungkannya dan menanyakannya, mengapa Dia membentangkan rizki kepada sebagian orang dan mempersempitnya kepada sebagian orang; Anda benar.

2- Seandainya anda mengatakan, 'Dia memberi rizki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa rasa bakhil dan tanpa memperhitungkan hartanya yang dikeluarkannya karena khawatir akan habis; Anda benar.

3- Seandainya anda mengatakan bahwa Dia memberi rizki kepada orang yang dia kehendaki tanpa ditunggu dan diduga; Anda benar.

4- Seandainya anda mengatakan bahwa Dia memberi rizki kepada hambanya tanpa mencerca atau memperdebatkan amal perbuatannya; Anda benar.

5- Seandainya anda mengatakan bahwa Dia memberikan rizki yang banyak, tidak terhingga dan tidak terhitung; Anda benar.

Pemahaman pertama, pembicaraan mengenai ketetapan kaidah rizki di dunia, bahwa mekanismenya tidak ditentukan berdasarkan apa yang terdapat pada pihak yang diberi rizki dari sisi hak karena ilmu atau amalnya. Akan tetapi ditetapkan berdasarkan kehendak dan hikmah-Nya dalam memberikan ujian. Di antaranya berupa hiburan bagi kaum fakir di kalangan orang beriman dan pelajaran bagi jiwa-jiwa terpedaya dari kalangan orang berfoya-foya.

Sedangkan pemahaman kedua adalah sebagai peringatan tentang luasnya perbendaharaan Allah Ta'ala dan bahwa Dia selalu membentangkan tangan-Nya.

Pemahaman ketiga merupakan isyarat bagi orang beriman bahwa akan dibukakan bagi mereka pintu pertolongan dan kemenangan dan mengganti kesulitan dengan kemudahan, mengganti kefakiran dengan kekayaan tanpa mereka perkirakan sebelumnya.

Pemahaman keempat dan kelima merupakan janji bagi orang-orang saleh, apakah dengan memasukkan mereka ke dalam surga tanpa hisab atau dengan melipatgandakan pahala mereka menjadi sangat banyak yang tidak terhingga.

Siapa yang memperhatikan penafsiran ini dan mengamati berdasarkan pemahaman para ulama tentang ayat ini, maka dia akan menyaksikan sesuatu yang sangat menakjubkan." (An-Naba Al-Adzim, hal. 147-149)

Wallahua'lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam