Rabu 19 Jumadil Ula 1446 - 20 November 2024
Indonesian

Berapa Lama Ibnu Umar Menghafal Surat Al Baqoroh? Dan Apakah Saya Boleh Menghafal Matan-matan (ilmu Agama) Sebelum Selesai Dari Menghafal Al Qur’an?

180634

Tanggal Tayang : 21-01-2014

Penampilan-penampilan : 23261

Pertanyaan

Telah berlalu dari umurku 26 tahun, saya ingin menuntut dan mempelajari ilmu Syar’i, dan aku telah menetapkan untuk memulai dengan menghafal Al Qur’an Al Karim –dengan izin Alloh dan pertolonganNYA - dan pertanyaanku tentang Atsar yang menyebutkan bahwa Abdulloh bin Umar -Rodhiyallohu Anhuma- menghafal surat Al Baqoroh dalam jangka waktu delapan tahun, apakah Atsar ini shohih ? Dan apa penyebab lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghafal ? Apa tata cara yang paling sukses dan ampuh untuk menghafal Al Qur’an Al Karim ? Apakah saya melanjutkan menghafal keseluruhan Al Qur’an ataukah saya berpindah ke kitab-kitab (tentang agama atau syari’at) dan saya mencampur antara menghafal Qur’an dan menghafal matan-matan ? Meskipun saya diberi pilihan antara menghafal Al Qur’an dengan kesulitannya atau menghafal shohih Al Bukhori dengan banyak sekali kemudahannya dari pada menghafal Al Qur’an, manakah diantara keduanya yang harus dipilih?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Yang pertama,

Menuntut ilmu merupakan kemulyaan yang agung dan pemberian terbesar yang diberikan Alloh Ta’ala kepada hambanya, Alloh Ta’ala berfirman : (Alloh akan mengangkat mereka orang-orang yang beriman diantara kalian dan mereka orang-orang yang di beri ilmu beberapa derajat).

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Mujadilah :11)

Alloh Ta’ala juga berfirman :

( قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ ) الزمر/ 9

“ … Apakah sama orang-orang yang mengerti dengan orang-orang yang tidak mengerti? Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat menerima pelajaran.” (Az Zumar :9)

Dan kami memberikan penghormatan kepada anda yang telah meniti jalan yang menghantarkan ke Syurga.

عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ : كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ : يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ( مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ ،وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ ،وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ ) رواه أبو داود ( 3641 ) وصححه الألباني في " صحيح أبي داود " .
Katsir bin Qois ia berkata : “Aku pernah duduk-duduk bersama Abi Darda’ di masjid di Demaskus lalu ia didatangi seorang lelaki seraya berkata : Wahai Abu Darda’ sesungguhnya aku datang kepadamu dari kotanya Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bukan karena satu urusan, tapi hanya  demi satu hadits yang sampai kepadaku bahwasannya engkau meriwayatkannya dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, ia berkata sesungguhnya aku telah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang meniti jalan untuk mencari ilmu (syari’ah Islamiyyah) maka Alloh akan menuntunnya satu jalan dari jalan-jalan ke Syurga, dan sesungguhnya para Malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena ridho (untuk menaungi) terhadap orang-orang yang mencari ilmu, dan sesungguhnya penduduk langit dan bumi juga ikan-ikan yang berada di dasar air akan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang berilmu, dan sesungguhnya keutamaan seorang ‘alim dengan seorang ahli ibadah itu bagaikan keutamaan bulan purnama atas sekalian bintang-bintang, dan sesungguhnya para Ulama’ itu pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan Dinar dan Dirham akan tetapi mereka mewariskan Ilmu, maka barangsiapa yang meraihnya maka ia mendapatkan bekal atau bagian yang amat banyak ).”  Hadits riwayat Abu Daud (3641 ) dan disahkan oleh Albani dalam Shohih Abu Daud. 

Dan cukuplah dengan hadits ini kemulyaan, ganjaran dan pahala bagi penuntut ilmu.

Yang kedua:

Diantara hal yang paling utama yang disyari’atkan bagi seorang muslim adalah menghafal al Qur’an Al Karim,

فعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : ( يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا ) رواه الترمذي ( 2914 ) وقال : حسن صحيح ، وأبو داود ( 1464 ) ، وحسنه الشيخ الألباني في " مشكاة المصابيح " (2134) .
 

Abdullah bin ‘Amr ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : “ Diucapkan bagi pembaca dan penghafal Al Qur’an; bacalah dengan tartil dan naiklah, sebagaimana engkau telah membacanya di dunia, sesungguhnya derajatmu (di surga) sesuai dengan akhir ayat yang engkau membacanya (didunia). ” Hadits riwayat Turmudzi (2914) dia berkata: Hadits Hasan Shahih, Abu Daud (1464), dan Syaikh Albani menghasankannya sebagaimana disebutkan dalam kitab : “Misykat Almashabih” (2134)

dan yang dimaksud dengan kata : Al Qiro’ah dalam hadits tersebut adalah : Alhifdlu (menghafal). Dan hadits-hadits semacam ini amatlah banyak dengan keutamaan- keutamaan yang luar biasa. 

Ibnu Abdil Barr – Rahimahullah – berkata : “Menuntut ilmu itu memiliki tingkatan- tingkatan kebajikan dan urutan–urutan yang seseorang  tidak selayaknya melampaui batasan-batasannya, dan  barangsiapa yang melampaui batasannya secara global maka sungguh ia telah menyalahi jalan yang ditempuh para salafussholih Rohimahumulloh, dan barangsiapa yang melampaui batasan-batasannya  dengan sengaja maka ia akan tersesat, dan barangsiapa yang melampaui  pembatasnya sedang dia bukanlah orang yang lalai maka dia akan tergelincir. Maka permulaan ilmu itu adalah menghafal kitab Allah ‘Azza wajalla  dan memahaminya, dan setiap ilmu yang menunjang kemudahan untuk memahaminya maka wajib dipelajari bersamanya, aku tidak mengatakan bahwa menghafal seluruh Al Qur’an merupakan sebuah keharusan, akan tetapi menghafal Al Qur’an suatu hal yang wajib dan lazim bagi seseorang yang ingin disebut sebagai seorang ‘Alim.” Diambil dari kitab : “ Kumpulan penjelasan keutamaan  Ilmu” (166/2).

Yang ketiga :

Adapun Atsar tentang Ibnu Umar ; maka Imam Malik Rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya “Almuwattho’” (479) bahwasannya riwayat tentang Ibnu Umar yang menghabiskan waktu selama delapan tahun dalam mempelajari surat al Baqoroh, adalah riwayat  yang  terputus  di awal sanadnya sehingga riwayat atau Atsar ini lemah (Dlo’if ).

Ada sebuah riwayat dari Ibnu Umar Rodliyallahu anhu dengan sanad yang shahih  dan tersambung ; bahwasannya beliau menghabiskan waktu selama empat tahun dalam mempelajari surat Al Baqoroh, hal ini sebagaimana yang diriwayatkan  oleh Ibnu Sa’ad dalam kitab “At Thobaqoot Al Kubro” (164/4), ia berkata :  Mengabarkan kepada kami Abdullah bin Ja’far menceritakan kepada kami Abu Al Malih dari Maimun “ Sesungguhnya Ibnu Umar mempelajari surat Al Baqoroh dalam waktu empat tahun”. Timbul sebuah pertanyaan ; Apakah kata Ta’allum (belajar) dalam dua atsar diatas berartikan menghafal atau memahami dan mendalami ? perkara ini memiliki dua kemungkinan, bisa jadi hidayah Sahabat itu tercurah dan fokus untuk memahami dan mendalami, sebab ada sebuah riwayat ;  Abu Abdur Rahman As Sulami berkata : “Diceritakan kepada kami bahwasannya mereka yang mengajarkan Al Qur’an  kepada kami, mereka tidak akan melampaui sepuluh ayat Al Qur’an sebelum mereka memahami dan mengetahui apa yang terkandung didalamnya dari sisi ilmu dan amal”.

Azzarqoni Rohimahullah berkata : “ yang demikian itu bukan berarti karena lambannya hafalan mereka – Kita berlindung kepada Allah akan hal ini – akan tetapi mereka para sahabat mempelajari fardlu–fardlu, hukum–hukum dan hal–hal yang berkaitan dengan ayat–ayat tersebut, diriwayatkan bahwasannya  Nabi Shallallahu Alaihi wasallam melarang menyegerakan dan mempercepat dalam menghafal Al Qur’an tanpa memahaminya, dan bisa jadi  Ibnu Umar tatkala menghafal surat Al Baqoroh beliau juga mencampur dan mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya, yang demikian itu karena ada kehawatiran akan  kesalahan dalam mentakwilkan Al  Qur’an, sebagaimana yang disampaikan oleh Al Baji dalam ; “Syarh Azzarqoni limuwattho’ Malik (27/2).

Yang keempat :

Adapun tatacara yang paling baik dalam menghafal Al Qur’an sangat banyak sekali, akan tetapi wajib bagi anda mengetahui kadar kemampuan anda dalam menghafal, waktu luang anda, lalu kapan anda akan memulai bekerja. Dan kami memberikan nasihat kepada anda akan beberapa perkara :

1.Tidak memperbanyak menghafal melebihi kapasitas kemampuan sehingga tidak timbul kejenuhan dan senantiasa energik untuk menghafal pada hari-hari berikutnya.

2. Bergabung dengan kumpulan Halaqoh penghafal  qur’an atau menghafal kepada Syaikh; karena hal ini akan menjadikan berkesinambungan.

3. Memahami ayat–ayat sebelum menghafal, hal ini akan memberikan motifasi tersendiri bagimu dan akan lebih melekat dalam benak dan yang demikian dengan mentelaah Tafsir Muyassar.

4. Memberikan porsi muroja’ah hafalan yang lebih banyak dibanding waktu untuk menghafal. Dari Abu Musa dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “Hendaklah kalian senantiasa menjaga hafalan kalian, maka demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditanganNya ; sesungguhnya Al Qur’an itu akan lebih cepat hilangnya dari pada onta yang diikat pada tambatannya”. Hadits riwayat Muslim (791).

5.Tidak bergonta–ganti dalam menggunakan mushaf Al Qur’an, sehingga bentuk lembar dan halamannya tergambar dalam benak dan ingatan.

6. Memperbaiki tilawah beserta hafalan dihadapan Qori’ Al Qur’an.

7. Banyak mendengarkan tilawah para Qori’ yang Tersohor.

8. Mengamalkan dan melaksanakan apa yang  telah anda hafalkan dan hal ini merupakan tujuan puncak keutamaan.

9. Laksanakan Qiyamullail dengan menerapkan apa yang anda hafal dari Al Qur’an atau anda memperdengarkan untuk diri anda sendiri pada saat shalat disiang hari.

10. Memperbanyak berdo’a dan senantiasa memohon Taufiq kepada Allah Subhanahu WaTa’ala.

Lihat juga jawaban soal nomor (7966).

Yang kelima :

Jawaban dari pertanyaan apakah menghafal Al Qur’an terlebih dahulu, kemudian berpindah kepada disiplin ilmu yang lain ataukah menggabung antara keduanya ?  Yang paling utama dan lebih bagus adalah apabila anda mengerahkan segala kemampuan untuk menghafal al Qur’an, dan jika anda telah selesai menghafalkannya lalu anda berpindah ke disiplin ilmu yang lain, akan tetapi jika anda mendapati diri sedang tidak semangat dan  malas maka segarkanlah dengan beralih kesebagian ilmu-ilmu yang lain dengan tanpa berlebihan. Adalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alus Syaikh – Rohimahullah – apabila datang kepada beliau seorang mahasiswa yang ingin menuntut ilmu, beliau bertanya kepadanya; apakah engkau telah hafal al Qur’an ? dan bila mahasiswa ini menjawab tidak, beliaupun memerintahkannya untuk menghafal al qur’an terlebih dahulu, dan pendapat semacam ini telah disampaikan sebelumnya oleh Imam Ibnu Abdil Barr –Rahimahullah- .

Yang keenam :

Adapun pertanyaan anda yang terakhir ; maka sesungguhnya menghafal Al Qur’an lebih mudah dari pada menghafal hadits nabawi karena telah dimudahkan dari sisi Allah Subhanahu WaTa’ala, Allah berfirman :

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? “ (Al Qomar:17)

akan tetapi anda mendapati saat ini peluang–peluang dan dauroh–dauroh untuk menghafal hadits nabawi lebih banyak dari pada menghafal al qur’an sehingga hal ini yang memberikan semangat dan motifasi kepada anda untuk lebih giat menghafal hadits-hadits nabawiyyah, tidak jadi masalah kecenderungan untuk menghafal hadits kemudian setelah itu kembali lagi untuk menghafal Al Qur’an. Ada yang tidak membenarkan dan merupakan sebuah aib bagi penuntut ilmu jika ia hafal  Shohih Bukhori akan tetapi tidak hafal Al Qur’an, sungguh firman Allah lebih utama untuk dihafal dan difahami karena merupakan asal sumber hukum.

Aku memohon kepada Allah agar memberikan Taufiq dan keridhoannya kepada anda dan memberikan keberkahan pada setiap waktu anda dan memudahkan anda dalam menghafal Al Qur’an dan Assunnah serta mengamalkan keduanya.

Wallahu A’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam