Ahad 21 Jumadits Tsani 1446 - 22 Desember 2024
Indonesian

Meragukan Kredibilitas Shahabat Dan Kejujuran Mereka Adalah Menuduh Agama Mereka, Baik Secara Global Atau Terperinci

187689

Tanggal Tayang : 03-05-2016

Penampilan-penampilan : 4361

Pertanyaan

Apa yang menyebabkan kita harus percaya tentang keshahihan hadits keutamaan para shahabat yang berjumlah banyak? Di antaranya ada diriwayatkan oleh dirinya sendiri, yaitu bahwa shahabat tersebut meriwayatkan sendiri. Tidakkah mungkin, saya mohon ampun atas ungkapan ini, dia berdusta untuk memberikan keutamaan pada dirinya yang bukan miliknya. Masalah ini hendaknya tidak dibantah dengan kredibilitas (adalah) para shahabat dan bahwa mereka tidak berdusta, karena syubhat ini gugur oleh hadits-hadits yang mengabarkan hal tersebut. Sebagaimana hadits-hadits yang diriwayatkan shahabat tentang keutamaan shahabat-shahabat lainnya, mungkin saja disampaikan dalam bentuk basa basi atau taku dengan kekuasaan atau mengharap harta atau kekuasaan jika halnya hadits-hadits itu berkaitan dengan para khalifah. Kemudian soal yang sama juga diarahkan kepada ayat-ayat Alquran, apakah tidak mungkin para shahabat sepakat mencantumkannya untuk menjelaskan keutamaan mereka secara umum.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Shahabat radhiallahu anhum adalah kaum yang Allah berikan keistimewaan mendampingi NabiNya shallallahu alaihi wa sallam. Keutamaan-keutamaan mereka telah dinyatakan dalam Alquran dan sunah yang shahih, juga disaksikan oleh sejarah, juga disaksikan oleh mereka yang pro dan kontra. Tak terbilang perkara yang membuktikan hal tersebut.

Jika mengikuti alur pemikiran penanya, maka semua yang sudah tercatat dan dipastikan, dapat masuk ke wilayah prasangka dan kemungkinan-kemungkinan yang rusak yang pada dasarnya hal itu tidak dapat diterima akal.

Maka, siapa yang dalam dirinya masih meragukan kredibiltas para shahabat radhiallahu anhum, berarti dia telah menghadirkan keraguan terhadap Agama Allah, terhadap syariat Allah dan terhadap sunah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam!

Siapakah mereka yang membacakan Alquran kepada orang-orang dan mengajarkan kewajiban-kewajiban agama dalam syariat serta hukum-hukum Allah dan sunah-sunah RasulNya?

Siapakah yang mengajarkan shalat, puasa, manasik haji, hukum-hukum mu’amalah, pernikahan, thalaq dan peradilan kepada kaum muslimin?

Darimana orang-orang mendapatkan berita tentang surga dan kenikmatannya serta sifat-sifat neraka serta azabnya?

Siapa yang mengabarkan kepada mereka tauhid kepada Allah dan mengajarkan kepada mereka aqidah yang benar?

Bagaimana mereka mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifatnya serta berpegang teguh pada pedoman yang benar dan bertentangan dengan ahli bid’ah?

Siapa yang mengajarkan orang-orang kemuliaan akhlak dan keutamaan amal?

Apakah anda kira bahwa Allah Ta’ala, mungkin bagi Allah memilih pemimpin umat manusia, namun dipilihkan untuknya para shahabat pendusta yang berdusta kepada Allah dan rasul-Nya. Kalau mereka dapat mengarang-ngarang Alquran dan memalsukan hadits-hadits tentang keutamaan mereka, bagaimana kita dapat mempercayai segala sesuatu yang mereka sampaikan dan ajarkan tentang agama Allah?!

Apakah yang orang memiliki sifat demikian dapat dipercaya untuk menyampaikan ajaran Allah, hukum-hukum agamanya dan syariat RasulNya?! Jika demikian halnya, maka agama akan hapus seluruhnya, tidak ada Islam, tidak ada iman, tidak ada ihsan. Yang ada hanyalah dusta dan manipulasi!

Maha suci Allah, sungguh ini merupakan kedustaan yang besar.

Jika keragu-raguan yang dapat menghapus agama dan mengeluarkan seseorang darinya kita ikuti terus, maka tidak ada satupun yang benar dalam agama ini, karena semuanya mungkin dibuat-buat para shahat dan disebarkan ke tengah orang!

Dengan cara anda seperti ini, bagaimana urusan nasab seseorang dapat dibenarkan? Darimana seseorang, siapapun dia, mengaku bahwa dirinya adalah anak si fulan?! Bagaimana kita mengetahui di tengah masyarakat, mana ana yang sah dan mana anak hasil zina?!

Bukankah, berdasarkan cara berpikir anda, boleh jadi orang-orang berkomplot untuk berdusta, sehingga seorang pezina mengakui anaknya sebagai anak yang sah dari sebuah pernikaha, bukan dari hasil zina.

Jika kita tidak mengakui kebenaran para shahabat dan kejujuran serta amanah mereka, maka agama ini akan runtuh seluruhnya. Tidak aka nada yang namanya syariat, aqidah, prinsip agama, pedomannya, yang halal dan yang haram yang dapat ditetapkan. Karena semuanya ada kemungkinan dusta di dalamnya, baik secara global atau terperinci, berdasarkan asumsi bahwa semua itu disammpaikan oleh orang-orang yang bersepakat dusat kepada Allah dan RasulNya!!

Maha Suci Engkau Ya Allah, ini merupakan dusta besar!

Kami sucikan Engkau wahai tuhanku dari keyakinan tersebut, kami ingkari dan kami tolak serta tidak kami terima. Kami berlindung semoga keyakinan tersebut tidak bersarang dalam pikiran kami atau terlintas dalam hati kami. Kami bersaksi kepadaMu pada diri kami bahwa kami memuliakan para shahabat Nabi kami dan bahwa mereke adalah orang-orang yang lisannya paling jujur dan paling menjaga amanah serta yang akhlaknya paling baik serta orang yang paling mulia perangainya, paling utaman amalnya, paling dekat kepada Allah serta paling agung iman dan keyakinannya.

Karena itu, merupakan prinsip keyakinan Ahlussunnah wal jamaah adalah mencintai para shahabat dan loyal kepada mereka serta bersaksi bahwa mereka beriman dan memiliki keutamaan, kejujuran, menjaga kehormatan diri dan amanah, dan bahwa melecehkan mereka atau salah seoragn dari mereka adalah kebinasaan dan kesesatan dari jalan yang lurus.

Imam Ahmad meriwayatkan (3589) dengan sanad yang baik dari Abdullah bin Masud, dia berkata, “Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para hamba, lalu dia mendapatkan hati Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai sebaik-baik hati hamba, lalu Dia memilihnya untuk diriNya dan kemudian Dia mengutusnya untuk membawa risalahnya. Kemudian dia melihat hati hambanya setelah Muhammad, maka Dia dapatkan hati para shahabatnya sebagai sebaik-baik hati, maka Dia jadikan mereka para pendamping nabinya yang berjuang membela agamanya.”

Al-Maimuni berkata, “Ahmad bin Hambal berkata, ‘Wahai Abu Hasan, jika engkau melihat seseorang menyebutkan para shahabat dengan keburukan, maka tuduhlah keislamannya.” (Al-Bidayah Wan-Nihayah, 8/148)

Abu Zur’ah Ar-Rozi berkata, “Jika engkau melihat seseorang melecehkan salah seorang shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ketahuilah bahwa dia adalah seorang zindiq. Hal tersebut karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bagi kita adalah haq dan Alquran adalah haq. Dan yang menyampaikan Alquran kepada kita serta sunah adalah para shahabat Rasulullah shallallahu alahi wa sallam. Sesungguhnya yang mereka (orang yang mencela shahabat) inginkan adalah agar kita membatalkan persaksian kita dan kemudian mereka akan menggugurkan kedudukan Alquran dan Sunah. Celaan terhadap mereka lebih layak karena mereka adalah zindiq.”

(Al-Kifayah Fi Ilmirriwayah, Al-Khotib Al-Baghdadi, hal. 49)

Abu Na’im Alhafiz rahimahullah berkata, “Bukankah engkau perhatikan bahwa Allah Ta’ala telah memerintahkan Nabinya shallallahu alaihi wa sallam agar memohonkan maaf dan ampunan bagi mereka serta rendah hati terhadap mereka. Siapa yang mencaci dan membenci mereka serta menyimpulkan ijtihad mereka dan peperangan mereka dengan cara tidak baik, maka dia telah menyimpang dari perintah Allah Ta’ala serta pelajaran dan wasiatnya terhadap mereka. Tidaklah orang mejulurkan lisannya terhadap mereka kecuali orang yang hatinya busuk terhaap Nabi shallallahu alaihi wa sallam, para shahabatnya, terhadap Islam dan kaum muslimin.

“Tatsbiitul Imamah” hal. 375

Ibnu Qayim rahimahullah berkata, “Allah Azza wa Jalla lebih mengetahui bagaimana ajarannya dibuat dan Dai sebarkan. Dia lebih mengetahui siapa yang lebih layak untuk menanggung beban membawa ajaranNya. Maka Dia berikan kepada hambaNya yang amanah dan penuh nasehat serta penghormatan terhadap yang diutus sesuai kewajibannya dengan penuh kesabaran menaati perintahnya dan bersyukur atas segala nikmatnya dan bertaqarrub kepadaNya. Dia lebih tahu siapa yang layak untuk itu dan siapa yang tidak layak. Demikian pula Dia lebih mengetahui siapa generasi yang layak untuk menerima ajaran itu dan menyampaikan apa yang mereka terima dari Tuhan mereka.” (Thariqul Hijrotain, hal. 97)

Allah Ta’ala berfirman, “

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ (سورة الفتح: 29)

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (SQ. Al-Fath: 29)

Ibnu Katsir rihimahullah berkata,

“Berdasarkan ayat ini, Imam Malik rahimahullah dalam sebuah riwayat berkesimpulan kafirnya kaum rafidhah (syiah) yang membenci shahabat. Dia berkata, ‘Karena mereka membenci para shahabat. Siapa yang membenci shahabat maka mereka kafir berdasarkan ayat ini. Pendapatnya ini disetujui oleh sejumlah ulama. Hadits-hadits yang berbicara tentang keutamaan para shahabat dan larangan menyakitinya sangat banyak. Cukuplah Allah memuji mereka dan ridha kepada mereka." (Tafsir ”bnu Katsir, 7/362)

Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Siapa yang merendahkan salah seorang dari mereka (shahabat) atau menuduhnya, maka dia telah menentang Allah Rabbul aalamin dan menggugurkan syariat Islam.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16/297)

Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Karena, generasi pertama umat ini, merekalah yang menegakkan agama ini, baik dengan pembenaran, ilmu dan pengamalan sertai menyampaikannya. Menuduh mereka, berarti menuduh agama ini, menyebabkannya berpaling dari ajaran yang Allah utus melalui para NabiNya.

Inilah yang menjadi tujuan utama munculnya bid’ah syiah. Karena tujuannya adalah menghalangi jalan Allah dan menggugurkan apa yang dibawa para rasul dari Allah Ta’ala. Karena keunggulan mereka akan tampak jika agama ini lemah. Di kalangan orang-orang atheis, bidah ini (syiah) akan tampak unggul.” (Minhajussunnah, 1/18)

Yang ingin kami tekankan di sini adalah bahwa memunculkan keraguan terhadap keadilan (kredibilitas) para shahabat sama dengan menuduh agama baik secara global maupun terperinci. Ini merupakan kekufuran. Semoga Allah melindungi kita.

Berlindunglah kepada Allah wahai hamba Allah dari keraguan ini. Tujuan setan tak lain hendak menutup hati anda untuk merusak agama anda. Perbanyaklah berzikir kepada Allah, membaca Alquran, membaca kitab-kitab hadits, dan kitab-kitab tentang keutamaan para shahabat. Seperti keutamaan para shahabat oleh Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah serta kitab-kitab tentang sirah dan kehidupan mereka.

Kami nasehatkan anda untuk membaca kitab ringkas yang sangat bermanfaat, yaitu ‘Shurotan Mutadhadan Li Juhudinnabi Al-A’zom,’ Al-Allamah Syekh Abu Hasan An-Nadawi rahimahullah. Belakangan telah dipublikasikan dalam suplemen Majalah Al-Azhar, mungkin dapat didownload di internet.

Untuk mendapatkan manfaat lebih lengkap, silakan merujuk soal no. 118176

Wallahua’lam .

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam