Jum'ah 26 Jumadits Tsani 1446 - 27 Desember 2024
Indonesian

Bapaknya Pecandu Minuman Keras, Dia Bekerja Kepada Orang Nasrani Berdagang Daging Babi, Apakah Yang Demikian Harus Dijelaskan Kepada Peminang Yang Datang ?

193820

Tanggal Tayang : 05-04-2019

Penampilan-penampilan : 3265

Pertanyaan

Saya seorang gadis yang berusia 24 tahun, komitmen saya kepada agama insya Allah terjaga. Ada seorang pemuda ingin melamar saya, dia pemuda yang berakhlak, agamanya baik, berasal dari keluarga yang baik dan taat beragama, dan pada saat dia bertanya tentang profesi bapak saya, mereka mengabarkan bahwa dia adalah seorang jagal. Namun sebenarnya beliau adalah seorang jagal dan penjual juga, dia bekerja pada seorang Nasrani yang berbisnis daging babi dan memberi upah kepada bapak saya, selain dari pada itu bapak saya juga pecandu minuman keras, sesuatu yang mencederai kehormatan dan wibawa kami, saya sekarang sedang bingung, saya tidak tahu apakah memberitahukannya kepada pemuda yang meminang saya atau tidak ?, dan jika dia bertanya kepada saya tentang hal tersebut, apa yang harus saya jawab ?, saya meragukannya mau menikahi saya jika ia mengetahui yang sebenarnya, saya ingin menikah agar bisa hidup dengan makanan halal, setelah sekian lama bergelut dengan yang haram, saya mohon kepada anda untuk membimbing saya menuju kebenaran.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Semoga Allah Yang Maha Mulia segera menghilangkan kegundahan anda dan memudahkan jalan pernikahan anda.

Tidak diragukan lagi bahwa akad nikah termasuk akad yang mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia; karena akan melahirkan dampak dan jejak keluarga dalam kehidupan sosial dan berumah tangga, dan menjadi cita-cita seorang suami atau istri mendapatkan perlakuan yang baik, keluarga mertua yang mulia, keturunan yang shaleh.

Dan yang sangat penting bagi siapa saja yang mau menikah, agar mengetahui keluarga istrinya, wibawa dan kedudukan mereka. Oleh karena itu, pernikahan harus berlangsung secara jujur dan berterus terang. Dan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah setelah itu akan terjadi juga.

Jikalau masalah bapak anda berkaitan dengan sesuatu yang bersifat rahasia atau berlindung di balik dosa tertentu, maka anda tidak perlu membeberkannya dan menyebutkannya di hadapan peminang anda. Adapun berkaitan dengan profesi bapak anda tersebut, jika sekarang bisa disembunyikan, maka suatu hari nanti dia akan mengetahuinya, jika informasi tidak didapat dari keluarga anda, maka dia akan mengetahui yang sebenarnya dari orang lain.

Hubungan kemanusiaan jika tidak dibangun di atas kejujuran, terus terang dan saling menasehati, tidak ada kecurangan dan penipuan, maka tidak akan bertahan lama dan akan mengakibatkan dampak yang negatif.

Imam Muslim (55) telah meriwayatkan dari Tamim ad Dari –radhiyallahu ‘anhu- bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

  الدِّينُ النَّصِيحَةُ   قُلْنَا لِمَنْ ؟ قال :   لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ 

“Agama itu adalah nasehat”, kami berkata: Bagi siapa ?, beliau menjawab: “(nasehat) bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan bagi para pemimpin kaum muslimin dan masyarakat umum”.

Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata: “Allah –subhanahu wa ta’ala- telah mewajibkan dalam bab mu’amalah, terlebih dalam masalah agama secara umum adanya nasehat dan penjelasan dan mengharamkan penipuan dan kecurangan dan penyembunyian fakta”. (Al Fatawa al Kubro: 6/150)

Yang kami nasehatkan kepada anda adalah agar laki-laki yang meminang anda mengetahui kondisi bapak anda dan profesinya, dan anda ingin memperbaiki dan menasehatinya, kalau dia tidak menghiraukan nasehat anda, maka anda sudah tidak berdosa karenanya selama anda selalu menginginkan kebaikan, bersungguh-sungguh untuk taat kepada Allah, berkomitmen pada akhlak yang mulia. Para sahabat Nabi pada awalnya mereka adalah orang-orang kafir sampai Allah memberikan karunia iman, namun demikian banyak bapak dan ibu mereka tetap meninggal dunia dalam keadaan kafir, sebagian dari bapak dan ibu mereka hidup pada masa Islam namun tetap tidak beriman, Allah –Ta’ala- berfirman:

  وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

الأنعام /150

“Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”. (QS. al An’am: 150)

Allah –Ta’ala- juga berfirman:

  وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى

فاطر/18

“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya”. (QS. Fathir: 18)

Siapa tahu justru dengan berterus terang anda lebih akan diterima olehnya dan akan lebih terjalin rasa kasih di antara anda berdua, ia memahami masalah anda dan menghargai kejujuran anda, dan keinginan anda untuk memperbaiki diri sejak awal.

Ketika berterus terang hendaknya menggunakan bahasa yang halus, juga tidak berarti anda harus berterus terang semuanya dengan rinci, sampaikan kepadanya bahwa anda ingin meminta bantuannya untuk bisa keluar dari ujian ini, anda juga ingin dia membantu anda untuk menasehati dan mengingatkan bapak anda.

Apa yang telah Allah takdirkan di Lauh Mahfudz akan terjadi, Allah –Ta’ala- berfirman:

  مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ * لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ

الحديد/ 22، 23

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu”. (QS. al Hadiid: 22-23)

Kalau ditakdirkan kepada anda apa yang anda sukai maka Alhamdulillah, dan jika ditakdirkan kepada anda apa yang tidak anda sukai, maka boleh jadi apa yang anda benci, justru ia amat baik bagi anda.

Wallahu Ta’ala a’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam