Rabu 3 Jumadits Tsani 1446 - 4 Desember 2024
Indonesian

Bagaimana Cara Mengadu Kepada Allah Semata ?

Pertanyaan

Apakah memunginkan bagi anda untuk menjelaskan bagaiamana caranya mengadu kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata ?, dan di dalam surat Yusuf Allah ta’ala berfirman melalui lisan Ya’qub ‘alaihis salam:

إنما أشكو بثي وحزني إلى الله، وأعلم من الله ما لا تعلمون

“Ya`qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya." (QS. Yusuf: 86)

Dan di dalam surat Al Mujadalah:

قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها وتشتكي إلى الله والله يسمع تحاوركما إنّ الله سميع بصير

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al Mujadalah: 1)

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Hendaknya pengaduan itu ditujukan kepada Allah semata, karena hal itu termasuk kesempurnaan ibadahnya seorang hamba, tawakkal, merasa perlu dan butuh kepada Tuhannya, dan termasuk kesempurnaan ketidakbutuhan Tuhan subhanahu kepada manusia.

Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:

“Pengaduan itu hanya kepada Allah ta’ala, sebagaimana ucapan seorang hamba yang sholeh: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. (Minhajus Sunnah an Nabawiyyah: 4/244)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan di dalam kitab-Nya untuk bersabar dengan baik, mendiamkan dengan baik, saya telah mendengar Syeikh Islam Ibnu Taimiyah -semoga Allah mensucikan ruhnya- berkata: Kesabaran yang baik itu adalah yang tidak ada keluhan di dalam dan bersamanya, memaafkan dengan baik itu adalah yang tidak ada celaan bersamanya, mendiamkan dengan baik itu adalah yang tidak ada unsur menyakiti bersamanya”.

Dan mengadu kepada Allah ‘azza wa jalla tidak menafikan kesabaran, karena Ya’qub –alahis salam- telah berjanji dengan kebaran yang indah, dan seorang Nabi jika telah berjanji ia tidak mengingkarinya, kemudian berkata: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. (QS. Yusuf: 86) dan demikian juga Nabi Ayyub, Allah telah mengabarkan bahwa beliau sebagai orang yang sabar di dalam firman-Nya: “"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al Anbiya’: 83)

Dan yang menafikan kesabaran itu adalah mengeluhkan Allah bukan mengadu kepada Allah, sebagaimana sebagian mereka melihat seseorang yang mengeluh pada puncak kemiskinan dan kemelaratannya, lalu ia berkata: wahai kamu, kamu mengeluh kepada Dzat yang menyayangimu kepada orang yang tidak menyayangimu ?, kemudian ia bersyair:

وَإِذَا عَرَتْكَ بَلِيَّةٌ فَاصْبِرْ لَهَا ** صَبْرَ الْكَرِيمِ فَإِنَّهُ بِكَ أَعْلَمُ

وَإِذَا شَكَوْتَ إِلَى ابْنِ آدَمَ إِنَّمَا ** تَشْكُو الرَّحِيمَ إِلَى الَّذِي لَا يَرْحَمُ ؟

Dan jika Anda menghadapi malapetaka, bersabarlah dengan kesabaran yang murah hati, karena Anda tahu yang terbaik
Jika Anda mengeluh kepada anak Adam, Anda mengeluh tentang penyayang kepada yang kejam

Selesai. (Madarikus Salikin: 2/160)

Ia juga berkata:

“Keluhan itu ada dua: salah satunya, mengadu kepada Allah, hal ini tidak menafikan kesabaran, sebagaimana ucapan Ya’kub:

إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ

“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. (QS. Yusuf: 86)

Juga ucapanya:

فصبر جميل

“Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku)”. (QS. Yusuf: 83)

Dan ucapan Ayyub:

مسني الضر

“"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit”. (QS. Al Anbiya’: 83)

Bersamaan dengan Allah mensifatinya dengan kesabaran. Dan pemuka orang-orang yang sabar –shalawatullahi wa salamuhu ‘alaihi- bersabda:

اللهم أشكو إليك ضعف قوتي وقلة حيلتى

“ Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu, lemahnya kekuatanku dan sedikitnya caraku…”.

Kedua:

Mengeluh ujian dengan bahasa ucapan dan kondisi, maka yang demikian ini tidak bertemu dengan kesabaran, bahkan berlawanan dan membatalkannya, maka bisa dibedakan antara mengeluhkan Allah dan mengeluh kepada Allah”. Selesai. (‘Uddatus Shabirin: 17)

As Sa’di berkata:

“Mengadu kepada Allah tidak menafikan kesabaran, namun yang menafikan adalah mengadu kepada para makhluk”. (Tafsir As Sa’di: 411)

Mengadu kepada Allah: bahwa jika seorang hamba ditimpa sesuatu, atau terkena sesuatu atau sedang membutuhkan sesuatu, ia mengadu kepada Allah semata, dan mengangkat keperluannya kepada-Nya dan memasrahkan kepada-Nya –sebagaimana keadaan para Nabi ‘alaihimus salam pada keperluan-keperluan dan pengaduan-pengaduan mereka-, seraya mengingat, berdoa dan bersimpuh kepada Tuhannya, bertaubat dan kembali, mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai macam ibadah; karena hal itu merupakan bentuk kesempurnaan ibadah dan tawakkal kepada Allah.

Lihat juga jawaban soal nomor: 5952  .

Wallahu Ta’ala A’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam