Rabu 27 Rabi'uts Tsani 1446 - 30 Oktober 2024
Indonesian

Tatacara Shalat Istikhoroh Dan Penjelasan Doanya

Pertanyaan

Bagaimana cara shalat istikhoroh? Dan apa doa yang dibaca di dalamnya?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Tatacara shalat istikhoroh, telah diriwayatkan Jabir bin Abdullah As-Salami radhiallahu anhu berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُهُمْ السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ : " إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ هَذَا الأَمْرَ ثُمَّ تُسَمِّيهِ بِعَيْنِهِ خَيْرًا لِي فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ قَالَ أَوْ فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ اللَّهُمَّ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّهُ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْنِي عَنْهُ [ واصرفه عني ] وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ رواه البخاري 6841 وله روايات أخرى في الترمذي والنسائي وأبو داود وابن ماجة وأحمد

“Biasanya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada para shahabatnya istikhoroh dalam seluruh urusannya. Sebagaimana mereka diajarkan surat dalam Al-Qur’an, seraya bersabda, “Kalau salah seorang diantara kamu ingin suatu masalah, maka hendaknya shalat dua rakaat bukan wajib kemudian bacalah:

Ya Allah saya istikhoroh (meminta petunjuk) kepadaMu dengan ilmu-Mu dan meminta takdir dengan kemampuan-Mu serta saya memohon kepada-Mu dari keutamaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang mampu sementara saya tidak mampu, Engkau yang mengetahui sementara saya tidak mengetahui. Engkau yang Maha Mengetahui yang Ghoib. Ya Allah kalau sekiranya Engkau mengetahui bahwa masalah ini kemudian ‘menyebutkan permasalahannya itu sendiri’ itu baik bagiku urusannya segera atau nanti berkata atau dalam agamaku, kehidupanku atau akibat dari urusanku. Maka takdirkan ia untukku, mudahkan ia untukku kemudian berkahi untukku di dalamnya. Kalau Engkau mengetahui bahwa ia adalah jelek untukku, baik agama, kehidupan dan akibat urusannya untukku atau mengatakan baik segera urusannya atau nanti, maka palingkan dariku darinya (dan palingkan ia dariku). Dan takdirkan kebaikan untukku apapun juga kemudian berikan keredoaan untukku dengannya.” HR. Bukhori, 6841. Dan banyak riwayat lainnya di Tirmizi, Nasa’I, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad.

Ibnu Hajar rahimahullah dalam penjelasan hadits ini beliau mengatakan, “Istikhoroh adalah nama, istikhorollah adalah meminta kepadaNya kebaikan. Maksudnya adalah meminta kebaikan diantara urusan, bagi yang membutuhkan salah satu diantara keduanya. Ungkapan ‘Biasanya Nabi sallallahu alai wa sallam mengajarkan kepada kami istikhoroh … dalam seluruh urusannya. ‘ Ibnu Abi Jamrah mengatakan, “Ia adalah umum mengingikan yang khusus. Karena wajib dan sunah tidak diminta itsikhoroh dalam melaksanakannya. Sementara haram dan makruh juga tidak diisitkhorohi dalam meninggalkannya. Sehingga urusannya terbatas pada yang mubah, dan yang sunah kalau terjadi kontradiksi dalam dua urusan, mana yang akan dimulai dan difokuskannya. Saya mengatakan, “Sehingga cakupan umum yang besar dari urusan yang remeh, terkadang urusan remeh berakibat menjadi urusan yang besar.

Ungkapan ‘Kalau berkeinginan kuat’ sementara dalam hadits Ibnu Mas’ud ‘Kalau salah seorang diantara kamu menginginkan suatu perkata, hendaknya dia mengatakan’

Ungkapan ‘Hendaknya dia shalat dua rakaat bukan wajib’ hal ini mengeluarkan seperti shalat subuh. Ungkapan Nawawi dalam ‘Al-Azkar’ Kalau dia berdoa dengan doa istikhoroh setelah selesai shalat rowatib shalat Dhuhur contohnya atau shalat sunah rowatib lainnya atau mutlak. Yang nampak kalau dia meniatkan shalat itu dan shalat istikhoroh bersamaan, hal itu diterima. Berbeda kalau tidak berniat.

Ibnu Abi Jamrah mengatakan, “Hikmah mendahulukan shalat atas doa maksud dari istikhoroh adalah dapat mengumpulkan dua kebaikan dunia dan akhirat. Sehingga dia membutuhkan untuk mengetuk pintu raja. Hal itu tidak ada yang lebih berhasil dan lebih tepat dibandingkan shalat, karena di dalamnya ada pengagungan Allah, sanjungan kepada-Nya dan membutuhkan kepadanya baik nanti atau sekarang.

Ungkapan (Kemudian berdoa) yang nampak hal itu bahwa doa yang disebutkan itu setelah selesai dari shalat. Ada kemungkinan berurutan terkait dengan zikit shalat dan doanya, maka dia membacanya setelah selesai (doa) sebelum salam.

Ungkapan (Ya Allah saya beristikhoroh kepada-Mu dengan ilmu-Mu) huruf ba’ untuk taklil maksudnya karena Engkau yang lebih mengetahui. Begitu juga dalam ungkapan ‘Dengan takdir-Mu’ ada kemungkinan ‘untuk meminta pertolongan’

Ungkapan ‘Dan saya meminta kekuatan dari-Mu’ maknanya adalah saya memohon kepada-Mu agar menjadikan diriku kuat dalam mencarinya. Ada kemungkinan maknanya adalah saya meminta kepada-Mu agar mentakdirkan ia untukku. Maksud takdir adalah memudahkan.

Ungkapan (Saya memohon kepada-Mu dari keutamaan-Mu) memberikan isyarat bahwa pemberiaan Tuhan adalah keutamaan dari-Nya. Tidak ada seorangpun yang berhak dalam kenikmatan-Nya sebagaimana dalam mazhab ahlus sunnah.

Ungkapan (Sesungguhnya Engkau yang mampu dan saya tidak mampu, Engkau yang mengeetahui dan saya tidak mengetahui) memberikan isyarat bahwa ilmu dan kekuasaan milik Allah semata. Seorang hamba tidak memilikinya kecuali apa yang telah Allah takdirkan baginya.

Ungkapan (Ya Allah kalau Engkau mengetahui urusan ini) dalam rekdaksi lain ‘Kemudian disebutkan keperluannya tersebut’ yang nampak dalam teksnya mengucapkannya dan ada kemungkinan cukup menghadirkan dalam hatinya ketika berdoa.

Ungkapannya (Maka takdirkan ia untukku) maksudnya berikan ia untukku. Ada pendapat lain maknanya adalah mudahkan ia untukku.

Ungkapan (Maka palingkan ia dariku dan palingkan diriku darinya) maksudnya agar hatinya ketika telah dipalingkan tidak terikat dengan urusan tersebut.

Ungkapan (Dan berikan keredoaan untukku) maksdunya jadikan diriku akan hal itu redo tidak menyesal ketika mencarinya dan ketika terjadi. Karena saya tidak mengetahui akibatnya. Meskipun ketika waktu mencarinya redo akan hal itu.

Rahasianya agar tidak tersisa dalam harinya ketergantungan dengannya sehingga hatinya tidak tenang. Dan redo adalah ketenangan jiwa ke qodo’. Selesai ringkasan dari Syarkh Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam penjelasan hadits di kitab Da’awat dan kitab Tauhid di Shoheh Bukhori.

Refrensi: Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid