Ahad 21 Jumadits Tsani 1446 - 22 Desember 2024
Indonesian

Apakah Disana Ada Pertentangan Antara Penciptaan Untuk Beribadah Dan Penciptaan Untuk Ujian

Pertanyaan

Allah berfirman dalam kitab-Nya bahwa Beliau menciptakan kita hanya untuk beribadah kepada-Nya. Akan tetapi kita dapatkan juga di tempat lain di Al-Qur’an bahwa kita diciptakan untuk menguji kita. Tidakkah ini termasuk kontradiksi?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Disana tidak ada kontradiksi antara penciptaan untuk beribadah dan penciptaan untuk ujian. Ibadah itu sendiri ujian dari Allah ta’ala untuk hambanya. Diketahui siapa yang beriman dan kufur. Siapa yang bermaksiat dan yang taat. Sehingga dibalas orang baik atas kebaikannya dan orang jelek atas kejelekannya.

Ujianpun hikmahnya agar mengetahui kondisi hamba ketika mendapatkan musibah, apakah dia bersabar atau mengeluh? Sehingga terlihat kondisi ketika diuji dengan kenikmatan dan musibah, apakah bersyukur atau mengingkarinya?

Mungkin sebab perkiraan penanya ada kontradiksi diantara dua urusan, dia mengira bahwa ujian hanya pada musibah. Siapa yang bersabar mendapatkan pahala. Siapa yang mengeluh dan mengingkari, mendapatkan dosa dan hukuman.

Ini persepsi dari makna “Ujian”. Persepsi yang benar adalah bahwa ujian yang dimaksudkan disini adalah cobaan dan ini lebih umum daripada musibah. Ujian masuk pada semua urusan Bani Adam dan prilakunya. Dalam urusan detail dalam kehidupan dan urusannya. Hidupnya ujian, keseharan ujian, sakit ujian, kebahagiaan ujian, hartanya ujian, rezkinya ujian, wawasannya ujian dan ilmunya ujian. Semuanya itu ujian dari Allah Ta’ala terhadap prilaku orang ini. Agar dia mendapatkan golongan kanan atau golongan kiri. Taat kepada Rahman atau kepada setan. Oleh karena itu Allah berfirman:

 الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُور  الملك/2

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” Qs. Al-Mulk: 2

Dan firmanNya Azza wajalla:

 وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا هود/7

“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.” QS. Hud: 7

Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” QS. Al-Maidah: 48

Dan firman-Nya:

Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Al-An’am: 165.

Semua ayat ini menunjukkan bahwa “Ujian” adalah rahasia dalam penciptaan seseorang. Ujian ini termasuk kewajiban beribadah juga. Siapa yang menunaikan ibadah – dengan pemahaman sempurna pada semua kebaikan – maka dia telah sukses dan beruntung. Siapa yang menyepelekan, maka dia akan merugi sesuai dengan kadar penyepeleannya.

Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Allah subahanah memberitahukan tentang penciptaan alam, kematian, kehidupan, hiasan yang ada dalam bumi adalah untuk ujian. Menguji makhluk-Nya siapa diantara mereka yang lebih bagus amalannya, sehingga amalannya sesuai dengan hal-hal yang dicintai Allah Ta’ala. Sehingga sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia dan alam semesta ini yaitu penghambaan kepadanya disertai dengan kecintaan dan ketaatan kepada-Nya. itulah amalan terbaik dan tempat-tempat didapatkannya kecintaan-Nya dan keridaan-Nya.” Dinukil dari Raudotul Muhibbin, hal. 61.

Allamah Muhammad Amin Sinqithi rahimahullah dalam tafsir firman Allah Ta’ala:

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ الذاريات/56

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”QS. Ad-Dzariyat: 56

Mengatakan, “Yang tepat –insyaallah- dalam makna ayat yang mulia ini (melainkan untuk beribada kepada-Ku) maksudnya adalah melainkan Saya perintahkan mereka untuk beribadah kepada-Ku dan Saya uji mereka. Saya uji mereka dengan beban-beban syariat. Kemudian Saya balas atas amalannya, kalau baik amalannya maka baik balasannya. Kalau jelek amalannya maka jelek pula balasannya. Kami katakan bahwa ini yang tepat dalam memaknai ayat, karena ditunjukkan dengan ayat-ayat muhkam (jelas, pen) dalam kitab Allah, telah ada ketegasan dalam kitab-Nya, bahwa Dia menciptakan untuk menguji siapakah diantara mereka yang lebih baik amalannya. Dia menciptakan untuk diberi balasan atas amalannya.

Allah Ta’ala berfirman di awal surat Al-Kahfi:

 إنا جعلنا ما على الأرض زينة لها لنبلوهم أيهم أحسن عملا

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” QS. Al-Kahfi: 7.

Ketegasan Allah Jalla wa’ala dalam ayat tadi bahwa hikmah diciptakan makhluk adalah untuk diuji siapakah diantara mereka yang lebih baik amalannya. Penafsiran dari firman-Nya (Agar beribadah kepada-Ku). Dan sebaik tafsir adalah Al-Qur’an dengan Al-Qur’an.

Telah diketahui bahwa hasil dari amalan yang dimaksudkan darinya adalah bahwa tidak sempurna kecuali dengan balasan orang baik dengan kebaikannya dan orang jelek dengan kejelekannya. Oleh karena itu Allah Ta’ala menegaskan bahwa hikmah penciptaan itu yang pertama dan yang kedua adalah kebangkitan mereka adalah memberi balasan orang baik dengan kebaikannya dan orang jelek dengan kejelekannya. Hal itu ada dalam permulaan di surat Yunus:

 إنه يبدأ الخلق ثم يعيده ليجزي الذين آمنوا وعملوا الصالحات بالقسط والذين كفروا لهم شراب من حميم وعذاب أليم بما كانوا يكفرون 

“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.” QS. Yunus: 4.

Dan firman-Nya di surat An-Najm:

ولله ما في السماوات وما في الأرض ليجزي الذين أساءوا بما عملوا ويجزي الذين أحسنوا بالحسنى

“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” QS. An-Najm: 31

Allah mengingkari terhadap persangkaan manusia, bahwa dia akan dibiarkan begitu saja tanpa diperintah dan dilarang. Dijelaskan bahwa pergantian dari satu fase ke fase lainnya sampai ada (keluar di bumi) melainkan untuk dibangkitkan setelah kematian. Maksudnya dibalas atas amalannya. Allah Ta’ala berfirman:

  أيحسب الإنسان أن يترك سدى ألم يك نطفة من مني يمنى   إلى قوله: أليس ذلك بقادر على أن يحيي الموتى

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?. Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), sampai pada ayat (Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati.” QS. Al-Qiyamah: 36-40.

dinukil dari “Adwaul Bayan Fi Idhohil Qur’an Bil Qur’an”, (7/445).

Wallahu a’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam