Ahad 21 Jumadits Tsani 1446 - 22 Desember 2024
Indonesian

Keabsahan Berakhlak Dengan Apa Yang Dicintai Oleh Allah Dari Akhlak Itu, Termasuk Arti Dari Nama Dan Sifat-Nya

26348

Tanggal Tayang : 20-11-2012

Penampilan-penampilan : 6992

Pertanyaan

Saya mendengar sebagian khatib Jumat menganjurkan agar kita bersifat dengan sifat-sifat Allah serta berakhlak dengan akhlak-Nya. Apakah ungkapan seperti itu dibenarkan dan apakah adalah ulama yang pernah mengatakan demikian?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Ungkapan yang anda sebutkan tidak pantas, akan tetapi dia memiliki sisi yang benar, yaitu agar kita berakhlak dengan sebagian kandungan sifat-sifat Allah. Yaitu dengan memperhatikan sifat-sifat yang bagus dipraktekkan oleh makhluk. Berbeda dengan sifat-sifat khusus bagi Allah, seperti 'Pencipta', 'Pemberi rizki', 'Tuhan', dan semacamnya. Karena sifat-sifat itu tidak mungkin dimiliki makhluk dan tidak dibenarkan jika ada yang mengaku memilikinya. Demikian pula halnya dengan nama-nama yang serupa dengan itu. Yang dimaksud dengan meniru sifat-Nya adalah sifat-sifat yang Allah suka jika ada hamba-Nya yang memiliki sifat dengan apa yang terkandung pada sebagian sifat-Nya, seperti ilmu, kuat dalam kebenaran, kasih sayang, pemaaf, dermawan, mulia, pemaaf dan semacamnya. Maka Allah Ta'ala maha mengetahui, Dia menyukai ilmu, Dia dermawan menyukai orang-orang yang dermawan, Dia kuat, mencintai mukmin yang kuat melebih cinta-Nya kepada mukmin yang lemah. Dia penyayang, menyayangi orang-orang yang memiliki kasih sayang. Dia pemaaf, menyukai orang-orang yang suka memaafkan, dan sifat-sifat lainnya. Akan tetapi Allah Ta'ala lebih sempurna dan lebih agung, bahkan tidak dapat dibandingkan antara Dia dengan makhluk-Nya, karena tidak ada satupun yang menyerupainya dalam sifat dan perbuatan-Nya, begitupula, tidak ada yang menyerupai-Nya dalam dzat. Akan tetapi, cukuplah bagi sang makhluk untuk mendapatkan sedikit dari makna sifat-sifat tersebut sesuai dengan kedudukan dalam batasan syariat.  Akan tetapi, jika melampaui batas, dalam hal kedermawanan misalnya, maka dia akan dikatakan sebagai pemboros, jika dia melampui batas dalam kasih sayang, dapat membatalkan ketentuan hukum dan peringatan syariat dan jika dia melampaui batas dalam pemberian maaf dapat dikatakan menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Contoh-contoh ini berlaku untuk sifat-sifat lainnya.

Al-Allamah Ibnu Qayim telah menyatakan hal ini dalam kitabnya, "Al-Wabil Ash-Shayib" dan "Uddatush-Shabirin". Beliau nyatakan dalam kitabnya "Uddataush-Shabirin" hal. 310, "Karena Allah memiliki sifat 'الشكور' (bersyukur) berdasarkan hakikat, maka makhluk yang paling Dia sukai adalah yang memiliki sifat bersyukur, sebagaimana makhluk yang paling Dia benci adalah yang menggugurkan sifat tersebut atau yang memiliki sifat kebalikannya. Inilah kenyataan nama-nama Allah yang mulia, yang paling Dia cintai adalah siapa yang bersifat dengan kandungan yang terkandung di dalamnya. Maka yang paling Dia benci adalah apabila ada makhluk yang memiliki sifat sebaliknya. Karena itu Allah membenci orang kafir, orang zalim, orang bodoh (agama), orang yang keras hatinya, bakhil, penakut, hina dan tercela. Dan Allah indah, menyukai keindahan, Dia Maha mengetahui, mencintai para ulama, dia maha penyayang, mencintai para penyayang, Dia Maha berbuat baik, mencintai orang-orang yang berbuat baik, Dia maha menutupi aib mencintai orang yang suka menutupi aib, Dia maha kuasa, mencela sikap lemah, Dia lebih mencintai mukmin yang kuat dibanding mukmin yang lemah, Dia maha pemaaf, suka permaafan, dia ganjil, suka (ibadah) yang ganjil. Apa yang disukainya, maka semua itu pengaruh dari nama dan sifat-sifat serta kandungan yang terkandung di dalamnya, sedangkan yang dia benci, maka dia adalah yang bertentangan dengan nama dan sifat-Nya." 

Kemudian dia berkata dalam "Al-Wabil Ash-Shayyib" pada halaman 43, "'الجود' (dermawan) termasuk di antara sifat-sifat Allah Jalla Jalaaluh. Dia maha pemberi, tidak mengambil, memberi makan tidak diberi makan, Dia adalah paling derwaman di antara para dermawan, Dia yang paling mulia di antara yang memiliki kemuliaan. Makhluk yang paling Dia cintai adalah yang memiliki sifat-sifat yang terkandung dalam sifat-sifat-Nya. Maka dia mulia, mencintai hamba-hamba-Nya yang mulia, Dia maha mengetahui, mencintai para ulama. Dia berkuasa mencintai orang-orang yang berani. Dia indah menyukai keindahan." Saya berharap apa yang saya sebutkan sudah cukup dan dapat mendatangkan kesimpulan. Saya mohon kepada Allah, semoga kita diberikan pemahaman dalam masalah agama dan menunaikan seluruh hak-haknya, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Dekat. Alhamdulillahi rabbil aalamiin.

Refrensi: Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Syekh Bin Baz rahimahullah. Lihat 1/133)