Senin 6 Rajab 1446 - 6 Januari 2025
Indonesian

Apa Makna Kebenaran Kitab Injil Yang Asli ? Dan Bagaimana Kita Bisa Memastikan Keabsahan Ayat-Ayat Didalam Kitab Injil ?

265035

Tanggal Tayang : 03-01-2025

Penampilan-penampilan : 237

Pertanyaan

Apa makna yang menyatakan kebenaran kitab injil yang asli ? dan bagaimana kita bisa memastikan keabsahan ayat-ayat yang ada dalam injil yang tidak diketahui keaslianya ?

Ringkasan Jawaban

Bahwa selama taurat dan injil yang asli bersumber dari Allah ta’ala, apa pun yang terkandung didalamnya yang belum bisa dibuktikan dengan dalil yang kuat bahwa itu palsu,  kita tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa telah terjadi pemalsuan atau tidak ada pemalsuan kecuali harus ada buktinya, dan apabila kita tidak mendapatkan buktinya, maka dalam hal ini kebenaranya kita serahkan kepada Allah ta’ala.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Beberapa ayat (nash) al-Quran menyebutkan bahwa asal kitab injil adalah dari Allah ta’ala, yang diturunkan kepadda utusan-Nya Isa ‘alaihi as-salam.

Allah ta’ala berfirman:

وَقَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ

المائدة-46

(Kami meneruskan jejak mereka (para nabi Bani Israil) dengan (mengutus) Isa putra Maryam yang membenarkan apa (kitab suci) yang sebelumnya, yaitu Taurat. Kami menurunkan Injil kepadanya (yang) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya; yang membenarkan kitab suci yang sebelumnya, yaitu Taurat; dan menjadi petunjuk serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.) QS. Al-Maidah :46.

Allah ta’la berfirman:

ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

الحديد 27.

(Kemudian, Kami meneruskan jejak mereka dengan (mengutus) rasul-rasul Kami dan Kami meneruskan (pula dengan mengutus) Isa putra Maryam serta Kami memberikan Injil kepadanya. Kami menjadikan kesantunan dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniah (berlebih-lebihan dalam beribadah). Padahal, Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. Akan tetapi, (mereka mengada-adakannya dengan tujuan) mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Maka, kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya dan di antara mereka banyak yang fasik.) QS. Al-Hadid :27.

Dan Allah berfirman:

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ

آل عمران 3

(Dia menurunkan kepadamu (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) dengan hak, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, serta telah menurunkan Taurat dan Injil) QS. Ali Imran :3.

Beriman pada hal ini adalah bagian dari landasan akidah kita.

Allah ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

النساء 36

(Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya (Nabi Muhammad), Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat sangat jauh.) QS, an-Nisa :136.

Dan Allah ta’ala juga berfirman:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

البقرة 285

(Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”) QS. Al-Baqarah :285.

Kedua:

Terjadinya pengubahan, modifikasi, dan distorsi dalam injil adalah perkara yang telah disinggung oleh teks-teks (nash) wahyu, dan diperkuat dengan adanya fakta bahwa hal itu terjadi.

Ibnu al-Qayyim rahimahullah berkata:

“Adapun terkait dengan injil sebagaimana telah disampaikan bahwa yang saat ini berada di tangan orang-orang Nasrani ada empat kitab injil yang berbeda, yang ditulis oleh empat orang yaitu; Yohanes, Mathius, Markus, dan Lukas. Untuk itu bagaimana bisa membantah bahwa telah terjadi modifikasi dan distorsi didalam injil”, akhir kutipan dari “hidayatul khiari” (hlm. 241).

Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

“adapun tentang kitab-kitab injil yang beredar di kalangan umat Nasrani adalah empat kitab injil yaitu: Injil Matius, Yohanes, Lukas, dan Markus, dan mereka sepakat bahwa Lukas dan Markus tidak pernah melihat Al-Masih; hanya Matius dan Yohanes saja yang pernah melihatnya, dan bahwasanya keempat kitab yang mereka sebut Injil, dan masing-masing dari mereka menyebutnya sebagai Injil, mereka baru menulis setelah diangkatnya Al-Masih, dan mereka tidak menyebutkan didalam Injil bahwa itu adalah kalam Tuhan, atau bahwa Yesus menyampaikan itu dari Allah, akan tetapi mereka meriwayatkan didalamnya sebagian dari perkataan Al-Masih, dan sebagian dari apa yang dilakukan Al-Masih, dan sebagian dari mukjizat-mukjizat yang dimiliki Al-Masih.

Dan mereka juga menyatakan bahwa mereka tidak meriwayatkan semua yang mereka dengar dan lihat dari Al-Masih, itu adalah lebih mirip dengan  yang diriwayatkan oleh ahli Hadis, biografi, dan peristiwa peperangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dari ucapan dan perbuatannya yang bukan merupakan Quran.

Demikianlah halnya dengan periwayatan injil yang termasuk dalam jenis ini, maka jika itu adalah perintah dari al-masih, maka perintah al-Masih adalah perintah Allah, dan barangsiapa yang menaati Al-Masih berarti telah menaati Allah.

Dan apa saja yang dikatakan Al-Masih tentang hal yang gaib, maka Allah telah memberitahukan hal itu kepadanya. Karena sesungguhnya dia adalah orang yang terjaga dari melakukan dusta dalam apa yang disampaikannya kepada manusia.

Kitab-kitab mereka yang menceritakan tentang para nabi adalah sejenis dengan hadis-hadis Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam , dan kitab-kitab tersebut riwayatnya tidak mutawatir dan riwayat dari perawi yang tidak maksum tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, mereka juga tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang dusta, sebagaimana yang dilakukan kaum muslim.

Injil-injil yang beredar di kalangan umat nasrani adalah termasuk jenis ini, didalamnya banyak memuat ucapan-ucapan al-masih, perbuatan-perbuatan, dan mukjizat-mukjizatnya, dan tentu saja didalamnya pasti ada yang keliru, walaupun penulis yang pertama menulis adalah tidak termasuk orang yang diduga sengaja berdusta, riwayat satu, dua, tiga, atau empat orang tetap rentan terhadap terjadinya kekeliruan dan kelalaian dari mereka, terlebih pada apa yang seseorang lihat dan dengar, lalu setelah beberapa tahun kemudian baru diceritakan kembali, kekeliruan semacam ini jamak terjadi, dan kondisi umat pada saat itu belum terjaga, sehingga memungkinkan untuk menerima dan membenarkan suatu perkara atas dasar pengetahuan yang jelas, dan semestinya tidak terjadi konsensus atas suatu hal yang salah, sedangkan kelompok pengikut al-hawariyuun hanya berjumlah du belas orang.

Riwayat  yang diriwayatkan oleh satu, dua, tiga, atau empat orang itu tetap saja rentan terhadap kekeliruan dan kekeliruan, khususnya ketika seseorang mendengar atau melihat sesuatu, lalu membicarakannya bertahun-tahun kemudian. Kekeliruan dalam skenario semacam itu biasa terjadi, dan bangsa mereka pada waktu itu tidak terlindungi dari kekeliruan jika terjadi konsensus atas suatu masalah, sehingga jika mereka semua menerima sesuatu dan menyetujuinya, maka hal itu dapat dianggap sebagai bukti. Terlebih lagi, para pengikut (al-hawwaariyyoon) hanya berjumlah dua belas orang. Akhir kutipan dari “aj-jawab as-sahih” (3/21-27).

Untuk penjelasan lebih, lihat fatwa no. (47516).

Ketiga:

Walaupun terjadi distorsi, akan tetapi ada beberapa teks-teks yang tidak mengalami distorsi pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagiamana yang terdapat dalam teks-teks Al-Quran dan Sunnah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

“Naskah mutawaatir Al-Qur’an dan Sunnah menunjukkan bahwa Kitab Taurat dan Injil yang ada pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berisi kata-kata yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak mungkin menegaskan bahwa telah terjadi distorsi itu di semua Salinan naskah yang beredar di dunia, kami tidak perlu menyebutkannya, dan kita juga tidak mengetahui hal tersebut” akhir kutipan dari “al-Jawaab as-Shahih” (2/449).

Diantaranya yang menunjukkan hal tersebut; adalah firman Allah ta’ala:

فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ مِمَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

يونس 94

(Jika engkau (Nabi Muhammad) berada dalam keraguan tentang apa (kisah nabi-nabi terdahulu) yang Kami turunkan kepadamu, tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sungguh, telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu. Maka, janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu.) QS. Yunus :94.

Dan firman-Nya:

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

الأعراف 157.

[1].

Syeikh al-Islam Ibnu Taimiah rahimahullah ta’ala berkata:

Dan firman-Nya:

إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا 

(jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya), QS. Al-Hujurat; 6.

ini mencakup semua kabar berita yang dibawa oleh seorang fasik, meskipun ia seorang kafir, tidak boleh mengatakan bahwa ia membawa kabar bohong kecuali ada buktinya, sebagaimana tidak boleh langsung mempercayai kebenerannya kecuali ada buktinya.

Di dalam Sahih Buhari, dari [Abu Hurairah radliallahu ‘anhu] berkata;

كان أهل الكتاب يقرؤون التوراة بالعبرية، ويفسرونها بالعربية، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: إذا حدثكم أهل الكتاب فلا تصدقوهم ولا تكذبوهم، فإما أن يحدثوكم بحق فتكذبوه، وإما أن يحدثوكم بباطل فتصدقوه، وقولوا :

آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“Orang-orang ahlu kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan menjelaskannya kepada orang-orang Islam dengan bahasa arab. Melihat hal itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Janganlah kalian mempercayai ahlu kitab dan jangan pula mendustakannya. karena bisa jadi mereka menceritakan kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka menceritakan kedustaan lalu kalian membenarkannya. Katakan saja: ‘Kami beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kalian; Tuhan kami dan Tuhan kalian satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.’ (QS. Al-‘Ankabut: 46).”

Hal ini sesuai dengan apa  yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah, bahwa  seseorang hendahknya menahan diri untuk meyakini sesuatu yang tidak diketahui kebenarannya atau kesalahannya. Akhir kutipan dari “al-Jawaab as-Shahih” (6/461-462).

Kesimpulan:

Bahwa selama taurat dan injil yang asli bersumber dari Allah ta’ala, apa pun yang terkandung didalamnya yang belum bisa dibuktikan dengan dalil yang kuat bahwa itu palsu,  kita tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa telah terjadi pemalsuan atau tidak ada pemalsuan kecuali harus ada buktinya, dan apabila kita tidak mendapatkan buktinya, maka dalam hal ini kebenaranya kita serahkan kepada Allah ta’ala.

Wallahu a’lam.

الحاشية السفلية

الحاشية السفلية
^1 Yaitu,) orang-orang yang mengikuti Rasul (Muhammad), Nabi yang ummi (tidak pandai baca tulis) yang (namanya) mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Dia menyuruh mereka pada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan bersamanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung.) QS. Al-A’raf :157.

Keempat:

Resume dari uraian diatas adalah bahwa ada beberapa ayat injil yang bisa kita pastikan telah mengalami pengubahan karena adanya bukti yang kuat mengenai hal itu.

Dalam injil ada juga beberapa ayat yang tidak sulit untuk menduga bahwa itu berasal dari Allah ta’ala, dalam hal ini kebenaranya kita serahkan kepada Allah ta’ala, kita tidak bisa memastikanya, tidak juga membenarkan atau mengingkarinya.

dari [Abu Hurairah radliallahu ‘anhu] berkata;

كَانَ أَهْلُ الكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالعِبْرَانِيَّةِ، وَيُفَسِّرُونَهَا بِالعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الكِتَابِ وَلا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: ( آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا ) الآيَةَ  رواه البخاري (4485

“Orang-orang ahlu kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan menjelaskannya kepada orang-orang Islam dengan bahasa arab. Melihat hal itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Janganlah kalian mempercayai ahlu kitab dan jangan pula mendustakannya. Tetapi ucapkanlah; “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah diturunkan kepada kami. (Hadis riwayat Bukhari :4485).

Dari  [Ibnu Abu Namlah Al Anshari] dari [Ayahnya] bahwa ketika ia sedang duduk di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu di sisi beliau ada seorang Yahudi, lewatnya jenazah di hadapan beliau. Lalu orang Yahudi itu berkata, “Wahai Muhammad, apakah jenazah ini berbicara?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian menjawab: “Allah lebih mengetahui.” Orang Yahudi itu pun berkata, “Sesungguhnya jenazah tersebut berbicara.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا حَدَّثَكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَلَا تُصَدِّقُوهُمْ، وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: آمَنَّا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ، فَإِنْ كَانَ بَاطِلًا لَمْ تُصَدِّقُوهُ، وَإِنْ كَانَ حَقًّا لَمْ تُكَذِّبُوهُ رواه أبوداود (3644) ، وصححه الألباني في “سلسلة الأحاديث الصحيحة” (6 / 712

“Apa yang diceritakan oleh orang-orang ahli kitab kepada kalian maka janganlah kalian percayai atau kalian dustakan. Tetapi katakanlah, ‘aku beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya’. Jika mereka dusta maka kalian tidak mempercayainya dan jika benar maka kalian tidak mendustakannya.” (Hadis riwayat Abu Daud (3644), dan digolongkan sahih oleh al-Albani dalam “silsilah al-ahadis as-sahihah” (6/712

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam