Ahad 21 Jumadits Tsani 1446 - 22 Desember 2024
Indonesian

Ungkapan ‘Dengan nama Allah Sesungguhnya Saya Berpuasa’

Pertanyaan

Manakah yang benar ungkapan ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa. Atau Dengan nama Allah sesungguhnya saya berpuasa. Dan apa perbedaan keduanya ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Dari Abu Hurairah radhiallahunahu sesungguhnya Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ  - مَرَّتَيْن

رواه البخارى(1894) ومسلم (1151

“Puasa itu tameng/perisai, maka jangan berkata jorok dan jangan (berprilaku) bodoh. Kalau ada seseorang yang mendorong atau menghinanya, maka katakan ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa – dua kali- HR. Bukhori, (1894) dan Muslim, (1151).

Ibnu Abdul Bar rahimahullah ta’ala mengatakan, “Sementara perkataannya (Kalau ada seseorang yang mendorong atau menghinanya, maka katakan ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa) ada dua pendapat:

Salah satunya adalah hal itu dikatakan kepada orang yang ingin menghina atau mendorongnya ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa. Dan puasaku yang menghalangiku untuk meladenimu. Karena puasaku saya menjaga dari pengkhianatan dan perkataan sia-sia. Dengan ini saya diperintahkan, kalau tidak, saya akan menang untuk diri saya sendiri sama seperti apa yang kamu katakan kepadaku dan semisal itu.

Pendapat kedua: bahwa orang puasa mengatakan kepada dirinya untuk dirinya, sesungguhnya saya berpuasa wahai diriku. Tidak ada jalan untuk meredakan kemarahanmu dari cacian. Tidak nampak dari perkataan ‘Sesungguhnya saya berpuasa’ adanya riya’ di dalamnya dan diketahui orang amalannya. Karena puasa termasuk amalan yang tidak nampak. Oleh karena itu Allah memberi pahala bagi orang berpuasa pahala tanpa batas.” Selesai dari ‘At-Tamhid, (19/55 – 56).

Yang rojih bahwa ucapan itu dengan lisan karena mengucapkan dengan lisan itu adalah hakekat perkataan.

Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dikatakan dia mengucapkan dengan lisannya agar didengar orang yang mencacinya agar dia jera. Dikatakan, mengatakan dalam hatinya agar menahan dari berdebat dan menjaga puasanya dan yang pertama itu yang lebih nampak.” Selesai dari ‘Al-Adzkar, hal. 161

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Yang benar adalah dia mengatakan dengan lisannya. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits. Karena ucapan secara umum hanya dengan lisannya. Sementara kalau dalam hatinya itu ada ikatannya. Sebagaimana sabda beliau (Apa yang diungkapkan dalam dirinya) kemudian mengatakan, (Selagi belum berbicara atau melakukannya). Maka ucapan secara umum adalah perkataan yang didengarkan. Kalau dia mengucapkan dengan lisannya ‘Sesungguhnya saya berpuasa’ dia telah menjelaskan alasan menahan diri dari membalasnya, hal itu lebih memberikan efek jera kepada orang yang memulai melakukan permusuhan.” Selesai dari ‘Mihajus Sunnah, (5/197).

Setelah melihat teks hadits dan sebabnya yaitu memeberitahukan kepada orang yang berseteru dengannya agar menahannya. Maka yang lebih utama adalah cukup dengan teks (Sesungguhnya saya sedang berpuasa). Akan tetapi ada tambahan ‘Allahumma’ (dengan nama Allah) tidak merubah artinya. Bahkan hal itu menjadi penguat ucapannya. Dengan kesaksian Allah akan hal itu. Hal ini seperti jawaban Nabi sallallahu’alaihi wa sallam kepada seseorang yang meminta penjelasan tentang syariat Islam.

Orang itu mengatakan kepada Nabi sallallahu’alaihi wa sallam,”Saya bertanya kepada anda dan sangat keras pertanyaannya kepada anda, jangan ada perasaan jelek kepadaku pada diri anda? maka beliau mengatakan, “Silahkan bertanya apa yang nampak pada diri anda!

Dia berkata, “Saya bertanya atas nama Tuhanmu dan Tuhan sebelum kamu, Apakah Allah yang mengutus anda untuk seluruh manusia ?

Maka beliau menjawab, “Dengan nama Allah ya, HR. Bukhori, (63).

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Ungkapan (Dengan nama Allah ya. Jawaban di dapatkan dengan cukup mengatakan ‘Ya’ sesungghunya disebutkan (Allahumma) untuk mengambil keberkahan dengannya. Seakan bersaksi dengan nama Allah akan hal itu untuk menguatkan kejujurannya.” Selesai dari ‘Fathul Barie, (1/151).

Wallahu’alam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam