Kamis 20 Jumadil Ula 1446 - 21 November 2024
Indonesian

Apa Hukum Seseorang Menyerupai Shahabat?

Pertanyaan

Apakah diperbolehkan saya menyerupai dengan salah seorang shahabat Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam?

Ringkasan Jawaban

Seseorang menyerupai salah seorang shahabat dari sisi akhlaknya atau perbuatannya atau bentuk tubuhnya, tidak mengapa, tidak ada larangan akan hal tersebut, karena dia termasuk menyerupa sebagain sisinya saja.

Alhamdulillah.

  • Kedudukan para shahabat

Tidak asing lagi bahwa para shahabat Rasulullah shallallalahu alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang mulia dan tinggi. Allah juga menyanjung mereka dan memberikan sifat sebagai pribadi yang baik dan akhlak nan mulia. Allah ta’la berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ 

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Dan firman-Nya:

فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللهِ وَاللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ 

“Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS. Alii Imron: 195)

Firman Allah lainnya:

لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 8-9)

Firman Allah Ta’ala:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS: Al-Fath: 29)

Ibnu Mas’ud pernah mengatakan, “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla melihat hati para hamba, maka Allah memilih Muhammad, sehingga (Dia) mengutus dengan risalah-Nya dan dipilih dengan ilmu-Nya. Kemudian Dia melihat hati manusia setelahnya, maka (Allah) memilih para shahabatnya, dan menjadikan mereka sebagai penolong agama-Nya dan pembantu Nabi-Nya sallallahu’alaihi wa sallam.” HR. Toyalisi di Musnadnya, (1/199) dan Ahmad di Musnadnya, (3600).

Sebagai tambahan silahkan baca: Para shahabat adalah umat terbaik setelah nabinya .

  • Hukum menyerupai shahabat

Menyerupai shahabat termasuk suatu kebaikan yang agung dan kenikmatan besar. Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata,”Siapa di antara kalian yang ingin mencontoh, maka contohlah shahabat Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam, karena mereka termasuk paling bagus hatinya, paling dalam ilmunya, tidak berlebih-lebihan, paling lurus petunjuknya dan terbaik kondisinya. Suatu kaum yang Allah pilih untuk mendampingi Nabi-Nya sallallahu’aliahi wa sallam. Maka kenalilah keutamaan mereka dan ikutilah jejak langkahnya. Karena mereka berada dalam petunjuk yang lurus.” (Jami’ Bayanil Ilmi, 2/947).

Hasan mengatakan, “Mereka adalah sahabat Muhammad, mereka paling bagus hatinya, paling dalam ilmunya, tidak berlebih-lebihan. Suatu kaum yang Allah azza wajalla pilih untuk mendampingi Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya. Maka serupailah akhlak dan jalan mereka. Karena mereka dan demi Tuhan Ka’bah dalam petunjuk yang lurus.” (As-Syari’ah karangan Ajury, 4/1685).

  • Hukum seseorang menyerupai shahabat

Seseorang menyerupai dengan salah seorang shahabat, dari sisi akhlaknya atau amalannya atau bentuk tubuhnya, hal itu tidak mengapa. Tidak nampak akan larangan hal itu, karena dia menyerupai sebagian tanpa sebagian lainnya. Kalau sekiranya anda menyerupai seseorang dia adalah pemberani seperti Kholid, atau Alim (mempunyai kedalaman Ilmu) seperti Muad, atau kuat seperti seseorang dari shahabat atau mempunyai suara nan merdu seperti Abu Musa. Hal ini diperbolehkan dan tidak mengapa.

Bahkan kalau penyerupaan semacam ini terjadi dengan orang yang lebih mulya dan lebih agung yaitu Nabi sallallahu’alaihi wa  sallam, tidak menghalangi akan hal itu. Kalau maksudnya adalah menyerupai sebagian sifat Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dan amalannya. Serta akhlaknya.  Dan bukan termasuk sesuatu sifat yang khusus kenabian.

Hal ini telah ada banyak dari para shahabat.

Dari Anas bin Malik berkata:

لَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَشْبَهَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ (رواه البخاري، 3752)

“Tidak ada seorangpun yang lebih menyerupai Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dibandingkan dengan Hasan bin Ali.” (HR. Bukkhari, no. 3752).

Dan dikatakan tentang Husain bin Ali:

كَانَ أَشْبَهَهُمْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه البخاري، 3748)

“Beliau adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam.” (HR. Bukhori, no. 3748).

Ibnu Al-Jauzi mengatakan:

وَكَانَ من التَّابِعين رجل يُقَال لَهُ كابس بن ربيعَة السَّامِي،… كَانَ يُشبههُ، فَبعث إِلَيْهِ مُعَاوِيَة فَقبل بَين عَيْنَيْهِ، وأقطعه قطيعة، وَكَانَ أنس بن مَالك إِذا رَآهُ بَكَى

“Dahulu dari kalangan tabiin ada seseorang dinamai Kabis bin Rabi’ah As-Sami,.. beliau mirip (Nabi). Lalu dia dibawa menghadap Muawiyah, maka beliau mencium di antara dua matanya dan menyerahkan kepadanya sebidang tanah. Sementara Anas bin Malik menangis jika melihatnya.” (Kasyful Masyakil Min Hadits As-Shahihain, 1/42).

Begitu juga terkadang menyerupai dari petunjuk dan sifatnya.

Hudzaifan bin Yaman mengatakan:

إِنَّ أَشْبَهَ النَّاسِ دَلًّا، وَسَمْتًا، وَهَدْيًا، بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَابْنُ أُمِّ عَبْدٍ (رواه البخاري، رقم 6097 أي: عبد الله بن مسعود رضي الله عنه وأرضاه)

“Sesungguhnya orang yang paling mirip dengan perangai dan petunjuk Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam adalah Ibnu Ummi Abdi (Ibnu Mas’ud).” (HR. Bukhari, no. 6097, maksudnya adalah Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu wa ardhohu)

Dari Aisyah Ummul mukminin berkata:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشْبَهَ سَمْتًا، وَدَلًّا، وَهَدْيًا، بِرَسُولِ اللَّهِ فِي قِيَامِهَا وَقُعُودِهَا مِنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه الترمذي، رقم 3762 وقال: هذا حديث حسن صحيح، وصححه الألباني)

“Saya tidak melihat seseorang yang paling menyerupai dengan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam dari sisi perangai, petunjuk dan cara duduknya dibandingkan dengan Fatimah binti Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam.” (HR. Tirmizi, no. 3762, dia berkata, ‘Hadits ini Hasan shahih’. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

Kata ‘دَلًّا، وَسَمْتًا، وَهَدْيًا ‘Ini merupakan lafaz yang maknanya berdekatan, artinya perangai, dan sikap dan prilaku.  (Silahkan lihat kitab Aunul Ma’bud, 14/87).

Seakan dengan kata السَّمْتِ ‘ memberikan isyarat dari  sisi kekhusyuan dan tawadhu karena Allah, dan dengan kata ‘الْهَدْيِ memberikan isyarat dari sisi ketenangan dan wibawa, dan dengan kata ‘الدَّلِّ memberikan isyarat akhlak mulia dan perkataan yang lembut. (Mirqotul Mafatih Syarkh Misykatul Mashobih, 7/2969).

Wallahu a’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam