Alhamdulillah.
Semoga Allah selalu membimbing anda dalam mentaati-Nya, ketahuilah bahwa pengabdian (ibadah) ada dua macam: ibadah yang bersifat khusus, dan ibadah yang sifatnya umum.
Ibadah yang bersifat khusus adalah:
Pengabdian (ibadah) atas dasar kecintaan, ketundukan, dan ketaatan yang dengan itu seorang hamba mendapatkan kemuliaan, hal ini sebagaimana digambarkan dalam firman Allah ta’ala:
الله لطيف بعباده
(Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.) QS. As-Syura /19,
dan firman-Nya:
وعباد الرحمن الذين يمشون على الأرض هوناً
(Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati) QS. Al-Furqon /63,
ini adalah bentuk ibadah yang sifatnya khusus bagi orang-orang mukmin yang taat kepada Allah ta’ala, dalam hal ini tidak termasuk orang-orang kafir yang keluar dari hukum (syariat) Allah, perintah, dan larangan-Nya. Dalam beribadah, manusia berbeda-beda tingkatanya dengan perbedaan yang signifikan, semakin seorang hamba Allah yang mencintai-Nya, taat atas perintah-Nya, tunduk menjalankan syariat-Nya, maka akan semakin besar ibadahnya. Orang-orang yang mencapai derajat tertinggi dalam hal ini adalah para Nabi dan Rasul, dan yang paling tinggi diantara mereka adalah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang digambarkan sebagai hamba Allah yang sejati dalam pengertian yang paling sempurna di dalam Al-Qur’an kecuali dia shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah menggambarkannya sebagai hamba-Nya dalam konteks Wahyu, sebagaimana firman-Nya:
الحمد لله الذي أنزل على عبده الكتاب ولم يجعل له عوجاً
الكهف/1
(Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab Suci (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak membuat padanya sedikit pun kebengkokan.) QS. Al-Kahfi /1
Dan dalam konteks isra’ Dia berfirman:
سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى
(Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa) QS. Al-Isra’ /1.
Dan dalam konteks dakwah, sebagaimana firman-Nya:
وأنه لما قام عبد الله يدعوه كادوا يكونون عليه لبداً
الجن/19
(Sesungguhnya ketika hamba Allah (Nabi Muhammad) berdiri menyembah-Nya (melaksanakan salat), mereka (jin-jin) itu berdesakan mengerumuninya.) QS. Al-Jin /19.
Dan ada beberapa ayat lainya.
Segala kemuliaan dapat ditemukan dalam mencapai pengabdian ini dalam arti yang sepenuhnya, yang hanya dapat dicapai dengan mengakui ketergantungan penuh seseorang kepada Allah dan merasa sepenuhnya mandiri dari orang lain. Ini hanya dapat dicapai ketika seseorang menggabungkan cinta kepada Allah dengan rasa takut kepada-Nya dan harapan akan karunia dan pahala-Nya.
Kemuliaan yang sesungguhnya dapat terwujud dalam kesempurnaan ibadah, dan hal itu tidak akan tercapai kecuai dengan mengakui adanya ketergantungan sepenuhnya dari seorang hamba kepada Allah ta’ala, dan kemandirian sepenuhnya dari makhluk, dan itu tidak terwujud kecuali seorang hamba mampu menselaraskan antara rasa cinta kepada Allah ta’ala dengan rasa takut kepada-Nya dan berharap karunia dan pahala-Nya.
Adapun ibadah yang sifatnya umum adalah:
Yaitu ibadah yang tidak ada satu makhluk pun yang dikecualikan darinya, ibadah ini disebut dengan ibadah yang sifatnya mengharuskan, dalam konteks ini semua makhluk adalah hamba Allah yang berlaku baginya hukum Allah, dan berlaku baginya ketetapan-Nya, sesorang tidak bisa memberi manfaat ataupun mendatangkan bahaya kecuali atas izin dari Tuhannya dan Penguasa Yang mengaturnya. Pengabdian atau ibadah seperti inilah yang digambarkan dalam firman Allah ta’ala:
إن كل من في السماوات والأرض إلا آتي الرحمن عبداً
مريم/93
(Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.) QS. Maryam /93.
Ibadah dalam pengertian ini tidak mengandung makna keutamaan dan kehormatan. Barang siapa yang berpaling dari ibadah yang bersifat khusus, maka ia harus tetap tunduk pada ibadah yang sifatnya umum, dan tidak bisa lepas dari itu dalam situasi dan kondisi apa pun. Dengan demikian, semua makhluk adalah hamba Allah, dan barang siapa yang tidak menyembah Allah karena kesadaran pilihannya maka ia adalah tetap sebagai Allah karena unsur keterpaksaan, kehinaan, dan kekuasaan tertinggi (supremasi).
Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kami termasuk dari hamba-hambaNya yang ikhlas dan wali-waliNya yang dekat, karena Dia Maha Mendengar, Maha Dekat, dan Maha Mengabulkan.
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada hamba-Nya Muhammad dan seluruh keluarga serta sahabatnya.
Lihat (al-ubudiyah li Syeikh Ibnu Taimiyah).