Jum'ah 3 Rajab 1446 - 3 Januari 2025
Indonesian

Arti Penghambaan dalam Islam

Pertanyaan

saya mohon penjelasan arti penghambaan dalam Islam (Penghambaan (ubudiyah) untuk Allah dan penghambaan untuk manusia)

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Penghambaan seorang muslim kepada Allah azza wajallah adalah apa yang diperintahkan oleh Allah subhanahu dalam kitab-Nya, oleh karena itu (Allah) mengutus para utusan-Nya. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

ولقد بعثنا في كل أمة رسولاً أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت

النحل – 36

“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut. QS. An-Nahl: 36

Penghambaan arti secara bahasa adalah diambil dari kata ‘ta’bid’ dikatakan ‘’Abadtu at-toriq maksudnya adalah saya ratakan dan mudahkan. Sementara penghambaan seorang hamba kepada Allah mempunyai dua arti umum dan khusus. Kalau yang dimaksudkan itu yang disembahnya maksudnya diratakan dan ditundukkan maka itu arti secara umum, masuk di dalamnya semua makhluk dari semua jenis alam baik alam atas maupun alam bawah baik yang berakal maupun tidak berakal dari jenis basah maupun kering, yang bergerak maupun yang diam. Orang kafir maupun orang mukmin, orang baik maupun orang jelek. Maka semuanya adalah makhluk Allah azza wajalla diarahkan sesuai dengan arahan-Nya dan diatur sesuai dengan aturan-Nya, masing-masing mempunyai batasan dimana dia berdiri disisinya.

Kalau yang dimaksudkan itu seorang hamba yang beribadah kepada Allah mentaati perintah-Nya maka (itu adalah) arti secara khusus bagi orang-orang mukmin tidak termasuk orang-orang kafir karena orang-orang mukmin itu adalah hamba-hamba Allah yang benar dimana mereka yang mengesakan dengan kerububiaan-Nya, keuluhiaan-Nya dan nama serta sifat-sifat-Nya. Tanpa menyekutukan apapun juga. Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam kisah Iblis:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ(39) إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ(40) قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ(41) إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ

سورة الحجر

“ Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.” Dia (Allah) berfirman, “Ini adalah jalan yang lurus (menuju) kepada-Ku.” Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat. QS. Al-Hijr: 39 – 42

Sementara ibadah yang perintahkan oleh Allah adalah nama yang mencakup semua apa yang yang dicintai dan diridhoi-Nya baik berupa perkataan maupun perbuatan yang Nampak maupun yang tidak Nampak dan berlepas diri yang meniadakan akan hal itu, sehingga yang termasuk dengan definisi ini adalah dua kalimat syahadat, shalat, haji, puasa, berjihad di jalan Allah, mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Beriman kepada Allah, para Malaikat, para Rasul, dan hari Akhir. Dan pilar ibadah ini adalah ikhlas bahwa maksud seorang hamba itu menggapai keredoan Allah azza wajalla dan kehidupan akhirat. Allah ta’ala berfirman:

ويتجنبها الأتقى الذي يؤتي ماله يتزكى وما لأحد عنده من نعمة تجزى إلا ابتغاء وجه ربه الأعلى ولسوف يرضى

الليل 17-21

“Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya), dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna). QS. Al-Lail: 19 – 21.

Maka harus ikhlas kemudian harus jujur. Dimana seorang mukmin mencurahkan semua kemampuannya dalam merealisasikan apa yang diperintah oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Serta bersiap-siap untuk berjumpa dengan Allah dan meninggalkan kelemahan, kemalasan dan menahan diri dari hwa nafsu sebagaimana firman Allah ta’ala:

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين

التوبة 119

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” QS. At-Taubah: 119

Kemudian harus mengikuti Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam sehingga seorang hamba ketika beribadah kepada Allah azza wa jalla sesuai dengan apa yang disyareatkan Allah azza wajalla tidak sesuai hawa nafsu makhluk dan dengan bid’ah. Dan ini maksud mengikuti Nabi yang diutus disisi Allah yaitu Muhammad sallallahu’aliahi wa salalam, maka harus ikhlas, jujur dan mutaba’ah (mengikuti Nabi). Kalau telah diketahui permasalahan-permasalahan ini, maka akan jelas bagi kita bahwa semua yang bertentangan dengan definisi ini, maka ini termasuk ubudiyah (penghambaan) kepada manusia. Maka riya’ (beramal ingin dilihar orang lain) termasuk ubudiyah kepada manusia, kesyirikan adalah ubudiyah untuk menusia, dan meninggalkan perintah-perintah sehingga mendapatkan kemarahan Tuhan sebagai ganti mendapatkan keredoan manusia. Dan ubudiyah kepada manusia, dan semua orang yang mempersembahkan ketaatan hawa nafsunya atas ketaatan terhadap Tuhannya,maka dia telah keluar dari kandungan ubudiyah (penghambaan) dan menyelisihi manjah (metode) yang lurus. Oleh karena itu Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

تعس عبد الدينار وتعس عبد الدرهم وتعس عبد الخميصة وتعس عبد الخميلة إن أعطي رضي وإن لم يعط سخط تعس وانتكس وإذا شيك فلا انتقش

“Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba pakaian sutera dan celaka hamba ranjang indah. Kalau diberi dia akan redo kalau tidak diberikan maka dia akan marah. Maka celaka dan merugi, kalau terkena duri, maka tidak ada seorangpun yang dapat mencabutkannya.

Dan ubudiyah kepada Allah itu mengumpulkan dan mengandung kecintaan dan rasa takut serta rasa harap, maka seorang hamba mencintai Tuhannya, takut akan siksa-Nya, serta mengharap rahmat dan pahala-Nya. Dan inilah tiga pilar yang tidak bisa berdiri kecuali denganna.

Dan ubudiyak kepada Allah itu merupakan suatu kemulyaan bukan suatu kehinaan seperti apa yang dikatakan seorang syair:

ومما زادني شرفا وتيها          وكدت بأخمصي أطأ الثريا

دخولي تحت قولك يا عبادي          وأن صيّرت أحمد لي نبيا

Diantara yg semakin membuatku mulia dan mabuk kepayang ##

Hingga hampir saja kakiku menginjak bintang kejora

Adalah masuknya diriku dalam golongan firman-Mu: “wahai para hamba-Ku” ###

Dan Engkau jadikan Ahmad sebagai Nabiku

Kita memohon kepada Allah akan kita dijadikan diantara hamba-hamba yang sholeh, dan shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad

Refrensi: Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid