Sabtu 22 Jumadil Ula 1446 - 23 November 2024
Indonesian

Rumah Dan Ramadan

Tanggal Tayang : 22-04-2018

Penampilan-penampilan : 8351

Rumah Dan Ramadan

Alhamdulillah.

Sesungguhnya di antara nikmat Allah kepada seorang muslim adalah mendapatkan  puasa di bulan Ramadan dan dimudahkan dalam menunaikannya. Ia adalah bulan yang di dalamnya kebaikan dilipatgandakan, derajat dinaikkan dan Allah menetapkan orang yang dibebaskan dari  neraka. Maka hendaklah seorang muslim memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya untuk menambah kebaikan pada dirinya. Segeralah memanfaatkan waktu dan umurnya dengan ketaatan. Berapa banyak orang yang terhalang mendapatkan bulan ini dikarenakan sakit, wafat atau tersesat. Sebagaimana seorang muslim harus bersegera dalam mengisi waktu dan umurnya dalam memanfaatkan di bulan ini, maka, pastinya dia memiliki  kewajiban pula  terhadap anak-anaknya, yaitu, dengan mengayomi dan mendidiknya, serta mengajak dan membiasakanya menuju jalan kebaikan,. Karena seorang anak akan tumbuh sesuai apa yang dibiasakan orang tuanya.

Pertumbuhan para pemuda di antara kami adalah hasil dari pembiasaan orang tuanya.

Pada hari-hari ini, seharusnya kedua orang tua menggunakan waktu semaksimal mungkin.  Kami memiliki beberapa saran, di antaranya;

  1. Memantau puasa anak-anak dan memberikan semangat bagi yang masih kurang menunaikan haknya.
  2. Mengingatkan mereka tentang hakekat puasa, bukan sekedar meninggalkan makan dan minum. Akan tetapi untuk meraih ketakwaan, dan untuk mendapatkan ampunan dari dosa dan kesalahan.

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رقي المنبر فقال : آمين ، آمين ، آمين ، فقيل له : يا رسول الله ، ما كنت تصنع هذا ؟ فقال: قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بَعُدَ دخل رمضان فلم يغفر له ، فقلت : آمين ، ثم قال : رغم أنف عبدٍ أو بَعُدَ أدرك والديه أو أحدهما لم يدخله الجنة ، فقلت : آمين ، ثم قال : رغم أنف عبد أو بَعُدَ ذُكِرت عنده فلم يصل عليك ، فقلت : آمين. (رواه ابن خزيمة، رقم 1888،  واللفظ له، والترمذي، رقم 3545، وأحمد، رقم 7444، وابن حبان، رقم  908، انظر صحيح الجامع، رقم 3510 )

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam naik mimbar dan mengatakan : Amin, amin, amin (semoga Allah kabulkan). Seseorang bertanya kepada beliau: “Wahai Rasulullah, apa yang anda lakukan?” Beliau menjawab: “Malaikat Jibril berkata kepadaku: Semoga Allah mencelakakan seorang hamba atau menjauhkannya, (yaitu) orang yang  mendapatkan bulan Ramadan, tetapi dirinya tidak mendapatkan ampunan. Maka aku pun berkata: “Amin.” Kemudain (Jibril) mengatakan: “Celakalah seorang hamba atau dijauhkan, (yaitu) orang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah salah satu dari keduanya, akan tetapi hal itu  tidak memasukkan ke surga.” Maka aku pun mengatakan, “Amin”. Kemudian (Jibril) mengatakan lagi: “Semoga Allah mencelakakan seorang hamba atau menjauhkannya, disebutkan namaku, tetapi dia tidak bershalawat kepada engkau.” Maka akupun berkata “Amin”. (HR. Ibnu Huzaimah, 1888. Lafadz hadits berasal darinya, dan Tirmizi, no. 3545, Ahmad, 7444, Ibnu Majah, 908. Silahkan anda lihat Shahih Al-Jami, 3510)

  1. Ajarkan mereka adab dan hukum tentang makanan, dengan memakan menggunakan tangan kanan, serta makan apa yang ada di dekatnya. Ingatkan pula haramnya berlebih-lebihan dan dampak negatifnya dalam diri.
  2. Larang mereka terlalu lama dalam berbuka sehingga tidak shalat Magrib berjama’ah. 
  3. Ingatkan kondisi kaum fakir miskin, yang tidak mendapatkan segenggam makanan sekedar  meredam gejolak  lapar meraka. Ingatkan pula kondisi  para pengungsi dan para mujahidin fi sabilillah di mana saja.
  4. Gunakan kesempatan ini sebagai sarana untuk berkumpul dengan para kerabat dan silaturrahim. Kebiasaaan masih ada di beberapa negara. Ini adalah kesempatan untuk memperbaiki hubungan dan menyambung silaturahim (yang sempat) terputus.
  5. Ajaklah mereka untuk membantu ibu dalam membuat dan menyiapkan makanan, begitu juga mengangkat makanan dan menyimpan makanan yang layak untuk dimakan.
  6. Mengingatkan mereka untuk menunaikan shalat malam dan persiapan (sebelumnya)  dengan  makan sedikit dan bersiap-siap dengan waktu yang cukup untuk menunaikannya di masjid.
  7. Berkaitan dengan sahur, kedua orang tua hendaknya mengingatkan tentang barokah sahur, dan bahwa hal itu dapat menguatkan seseorang dalam berpuasa.
  8. Meluangkan waktu yang cukup sebelum fajar, agar dapat menunaikan shalat witir bagi yang belum mengerjakannya, dan agar dapat menunaikan shalat bagi yang mengakhirkan shalat malamnya, juga agar dapat berdoa kepada Tuhannya, apa yang diinginkannya.
  9. Memperhatikan waktu shalat Fajar secara berjama’ah di masjid bagi mukallaf (orang yang terkena kewajiban agama). Sungguh kami telah melihat kebanyakan orang bangun waktu akhir malam  untuk makan, kemudian kembali lagi ke tempat tidurnya dan meninggalkan shalat Fajar.
  10. Di antara petunjuk Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam waktu sepuluh malam terakhir adalah menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya, hal ini sebagai petunjuk bahwa harus ada perhatian khusus terhadap keluarga dengan menyibukan diri pada waktu-waktu yang barokah untuk menggapai keridhaan Allah Azza Wa Jalla. Maka bagi para suami (hendaklah) membangunkan istri dan anak-anaknya untuk menunaikan qiyamullail  yang (dapat) mendekatkan mereka kepada Tuhan Azza Wa Jalla.
  11. Terkadang dalam rumah ada anak-anak. Mereka sangat membutuhkan semangat untuk berpuasa. Maka bagi seorang ayah hendaknya menganjurkannya ikut sahut, dan memberikan semangat untuk berpuasa dengan memberikan sanjungan dan hadiah-hadiah bagi yang menyempurnakan puasa sebulan penuh atau separuhnya, dan begitulah seterusnya.

عن الربيع بنت معوذ قالت : أرسل النبي صلى الله عليه وسلم غداة عاشوراء إلى قرى الأنصار : مَن أصبح مفطراً فليتمَّ بقية يومه ، ومن أصبح صائماً فليصُم ، قالت : فكنا نصومه بعدُ ونصوِّم صبياننا [ الصغار ونذهب بهم إلى المساجد ] ، ونجعل لهم اللعبة من العهن ، فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناه ذاك حتى يكون عند الإفطار .  (رواه البخاري، رقم 1859  ومسلم، رقم 1136،  والزيادة بين المعكوفين له)

Dari Rabi’ binti Mi’waz radhiallah ‘anha, dia berkata: Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus (seorang utusan) waktu siang hari Asyura (tanggal 10 Muharram) ke desa-desa kaum Anshar dan berkata: “Barangsiapa yang pagi hari dalam kondisi berbuka, maka hendaklah dia menyempurnakan sisa harinya (dengan berpuasa). Dan barangsiapa yang pagi harinya dalam kondisi berpuasa, maka hendaklah menyempurnakan puasanya.”  Beliau berkata: “Maka kami berpuasa dan menyuruh anak-anak kami ikut berpuasa (dan mengajak mereka ke masjid). Kami berikan kepada mereka mainan dari kapas. Kalau salah satu dari mereka menangis, kami berikan dia (mainan tersebut) sampai datang waktu berbuka.” (HR. Bukhari, no. 1859. Muslim, no. 1136. Tambahan di antara dua kurung tadi  berasal dari riwayat Muslim).

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Hadits ini menunjukkan bahwa anak-anak hendaknya dilatih dalam menunaikan ketaatan, dan terbiasa dalam beribadah. Akan tetapi mereka belum mukallaf (terkena kewajiban ibadah). Qadhi berkata: Diriwayatkan dari Urwah bahwa jika mereka (anak-anak) telah kuat berpuasa, maka mereka wajib menunaikan puasa. Pendapat ini keliru dan tertolak  dengan hadits shahih ini, “Pena diangkat (kewajiban gugur) dari tiga (orang); anak kecil hingga bermimpi –dalam riwayat lain hingga baligh.“ Wallahu’alam  . (Syarh Muslim, 8/14)

  1. Jika kedua orang tua memiliki kemudahan untuk pergi umrah bersama keluarga pada bulan Ramadan, maka itu merupakan suatu kebaikan bagi dirinya dan keluarganya. Karena umrah di  bulan Ramadan pahalanya seperti melaksanakan haji. Lebih bagus jika pergi di awal (Ramadan) untuk  menghidari keramaian.
  2. Kepada suami jangan memberatkan isterinya yang dia tidak mampu, yaitu dalam hal  mempersiapkan makanan dan kue-kue. Karena kebanyakan orang menjadikan bulan ini untuk membuat  berbagai jenis makanan dan minuman secara berlebih-lebihan. Hal itu dapat menghilangkan kenikmatan bulan ini dan hilangnya kesempatan menggapai hikmahnya bagi orang-orang yang berpuasa, yaitu mendapatkan ketakwaan.
  3. Bulan Ramadan adalalah bulan Al-Qur’an. Maka kami nasehatkan agar pada setiap rumah ada majelis untuk membaca Al-Qur’an di dalamnya, sang suami mengajarkan istrinya membaca Al-Qur’an, lalu berhenti untuk menjelaskan makna ayat. Begitu juga dalam majelis tersebut dibacakan buku tentang hukum dan adab berpuasa. Sungguh Allah telah memudahkan banyak para  ulama dan penuntut ilmu untuk menyusun buku-buku untuk dibaca dalam majelis Ramadan yang sudah disusun menjadi tiga puluh tema, sehingga setiap hari dapat dibaca satu tema. Maka akan didapat darinya kebaikan yang banyak untuk semua.
  4. Menganjurkan untuk berinfak dan mellihat (kondisi) tetangga dan orang-orang yang membutuhkan.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dia berkata,  

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن ، فلَرسول الله صلى الله عليه وسلم أجود بالخير من الريح المرسلة. (رواه البخاري، رقم  6، ومسلم، رقم 2308 )  

“Biasanya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan saat yang paling dermawan adalah di bulan Ramadan ketika bertemu dengan Jibril. Dan beliau bertemu pada setiap malam di bulan Ramadan untuk tadarus (membacakan) Al-Qur’an. Maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam paling dermawan dalam kebaikan melebihi hembusan angin." (HR. Bukhari, no. 6, Muslim, no 2308)

  1. Kepada kedua orang tua, hendaklah melarang keluarganya begadang, menghabiskan waktu tanpa guna, apalagi begadang dengan melakukan perkara yang haram. Karena setan manusia lepas dari belengguhnya pada bulan ini, untuk menawarkan keburukan kepada orang-orang puasa, kefasikan dan kemungkaran waktu malam dan siang Ramadan.
  2. Mengingatkan pertemuan keluarga di surga Allah Ta’ala di akhirat. Kebahagiaan nan agung adalah pertemuan nanti di sana di bawah naungan Arsy-Nya subhanah. Majelis di  dunia ini yang  digunakan sebagai perkumpulan untuk ketaatan kepada-Nya dan mencari ilmu, puasa dan shalat adalah jalan menuju untuk meraih kebahagiaan ini.

Wallahu al-muwaffiq wal hadi ila sawais sabil (dan Allah memberikan taufik serta petunjuk ke jalan  yang lurus)