Jum'ah 21 Jumadil Ula 1446 - 22 November 2024
Indonesian

Syarat-Syarat Diterimanya Dua Kalimat Syahadat

Pertanyaan

Pertanyaan saya berkaitan dengan materi salah satu khutbah. Imam berbicara tentang kalimat. Dia mengatakan bahwa kalimat itu mempunyai syarat-syarat. Para ulama menerangkan ada 9 syarat atau seperti itu sehingga memungkinkan seseorang masuk surga. Dia berkata bahwa hanya melafadzkan kalimat tidaklah cukup. Saya sangat ingin mengetahui syarat-syarat ini. Dia hanya menerangkan sebagian saja di antaranya: pertama adalah ilmu tentang kalimat. Kedua adalah yakin. Apakah Anda mengetahui tentang hal ini? Mungkinkah Anda menerangkan syarat-syarat lainnya? Saya akan sangat menghargai bantuan Anda insya Allah.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Barangkali yang anda maksud dengan kalimat di sini adalah kalimat tauhid yaitu dua kalimat syahadat :

Laillaha Ilallahu Muhamad Rosulullah

Dan ini pulalah yang dimaksud oleh si khatib.

Dua kalimat syahadat mempunyai beberapa syarat, yaitu :

Pertama : Ilmu.
Yaitu ilmu tentang maknanya dan maksud yang terkandung di dalamnya berupa nafi' (menolak sesembahan lain-red) dan itsbat (menetapkan satu-satunya sesembahan yaitu Allah.-red), sehingga terhapuslah ketidaktahuan tentang hal itu. Allah Ta'ala berfirman:

"Ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan yang sebenarnya kecuali Allah." (Q.S. Muhammad: 19)

Dan firman-Nya pada ayat yang lain:

"Kecuali orang yang menyaksikan al haq .."

yaitu menyaksikan Laillaha Ilallahu dan mereka meyakini dengan hati-hati mereka makna dari kalimat yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka. Dan di dalam shahih Bukhari sebuah hadits dari Utsman Bin Affan Radhiyallahu 'Anhu dia berkata: Telah berkata Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam :

"Barangsiapa yang mati dan dia mengetahui bahwa tiada sesembahan yang sebenarnya kecuali Allah maka dia akan masuk surga."

Kedua : Yakin.
Yaitu keyakinan yang bisa menghapuskan keraguan bahwa orang itu mengucapkan kalimat itu dengan keyakinan terhadap isi kandungannya dengan keyakinan yang pasti, karena iman tidaklah cukup kecuali dengan ilmu yakin dan bukan dengan ilmu dhon (sangkaan), apalagi kalau dimasuki keraguan.
Allah berfirman:

"Orang-orang mukmin itu hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Q.S. Al Hujarat :10)

Dalam ayat ini Allah mensyaratkan tentang keimanan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya bahwa hal itu harus disertai sikap tidak ragu. Adapun orang yang ragu mereka itu adalah termasuk golongan munafik. Na'udzubillah.

Di dalam shahih Bukhari ada hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu dia berkata : Telah berkata Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam :

" Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan tang sebenarnya kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah dengan membawa dua kalimat itu tanpa keraguan tentang keduanya kecuali Alah akan mewajibkan surga untuknya."

Ketiga : Menerima.(Qabul)
Yaitu menerima isi kandungan yang terdapat di dalam kalimat ini dengan hati dan lisannya. Allah Ta'ala berfirman:

"Kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas, bagi mereka ada rizki yang telah diketahui, yaitu buah-buahan sedangkan mereka dimulyakan di surga yang penuh dengan kenikmatan." (Q.S. Ash Shaffat :40-43)

Dan Allah berfirman:

"Barangsiapa yang datang dengan membawa kebaikan maka dia akan memperoleh balasan yang lebih baik daripadanya dan mereka pada hari itu aman dari ketakutan." (Q.S. An Naml :89)

Di dalam shahih Bukhari ada sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu , dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam , bahwa beliau bersabda:

"Perumpamaan hidayah dan ilmu yang Allah telah mengutusku dengan membawa keduanya adalah seperti hujan yang banyak yang menimpa bumi, maka di antara bumi itu ada yang gembur yang menyerap air, lalu dia menumbuhkan banyak rumput dan Ilalang. Di antara bumi itu ada pula yang gersang yang menahan air, lalu Allah memberi manfaat kepada manusia dengan air itu sehingga mereka bisa minum dan menanam. Airpun menimpa jenis tanah yang lain yaitu lembah yang tidak bisa menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput. Maka demikian pula perumpamaan orang yang memahami dienullah dan manfaat yang Allah berikan kepadanya, lalu dia mengetahui dan mengamalkannya, dan perumpamaan orang yang tidak mau mengangkat kepalanya terhadap hal itu dan tidak menerima hidayah dari Allah yang Allah telah mengutus aku dengannya."

Keempat : Tunduk/patuh (Al-Ingqiyad)
Artinya tunduk kepada isi kandungan yang ditunjukkan oleh kalimat itu yang mampu menghapuskan sikap yang sebaliknya.
Allah Ta'ala berfirman:

"Dan taubatlah kalian kepada Rabb kalian dan berserah dirilah (tunduk) kepada-Nya." (Q.S. Az Zumar: 54)

Dan firman-Nya pada ayat yang lain:

"Dan siapakah yang lebih baik dari pada orang-orang yang berserah diri kepada Allah dan dia berbuat kebaikan." (Q.S. An Nisa: 25)

Dan pada ayat yang lainnya lagi:

"Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah dan dia berbuat kebaikan maka dia telah berpegang teguh kepada tali yang kuat." (Q.S. Luqman: 22)

Artinya telah berpegang teguh kepada Lailaha Ilallah. Dan kepada Allahlah kembalinya akibat dari segala urusan. Dan makna berserah diri artinya tunduk dan makna berbuat kebaikan artinya tauhid.

Kelima : Benar. (As-Shidq)
Yaitu benar tentang ucapannya yang menghapuskan dusta dalam hal itu. Maksudnya dia mengatakan kalimat itu benar-benar dari hatinya yang menunjukkan keselarasan hati dan lisan.
Allah berfirman:

"Alif Laam Miim. Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan berkata: 'Kami telah beriman.' Padahal mereka belum diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka dengan ujian itu Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui pula orang-orang yang dusta." (Q.S. Al-Ankabut : 1-3)

Dan di dalam shahih Bukhari dan Muslim ada sebuah hadits yang diterima dari Muadz Bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam beliau barkata:

"Tidak ada seorangpun yang bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dengan sebenarnya dari hatinya kecuali Allah akan mengharamkan neraka baginya."

Keenam : Ikhlas (Al-Ikhlas)
Artinya membersihkan amal dengan niat yang benar dari semua noda syirik.
Allah berfirman:

"Ingatlah kepunyaan Allahlah agama yang bersih." (Q.S. Az-Zumar: 3)

Dan firman-Nya:

"Dan tidaklah mereka diperintahnya kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama kepada-Nya secara lurus." (Q.S. Al Bayyinah : 5)

Dan di dalam shahih Bukhari ada sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam :

"Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengatakan Laaillaaha Ilallaah secara ikhlas dari hati dan jiwanya."

Ketujuh : Cinta. (Al-Mahabah)
Yaitu mencintai kalimat ini serta isi kandungannya, dan orang-orang yang mengamalkannya yang memegang teguh syarat-syaratnya serta membenci hal-hal yang membatalkannya.
Allah berfirman:

"Dan di antara manusia ada yang mengambil tandingan selain Allah. Mereka mencintai tandingan itu seperti mencintai Allah sedangkan orang-orang yang beriman sangat kuat kecintaannya kepada Allah." (Q.S. Al-Baqarah : 165)

Tanda-tanda seorang hamba mencintai Allah adalah lebih mendahulukan apa yang dicintai oleh Allah sekalipun bertolak belakang dengan hawa nafsunya, dan membenci apa-apa yang dibenci Allah sekalipun diinginkan oleh hawa nafsunya, serta berkasih sayang dengan orang yang mencintai Allah serta memusuhi orang yang memusuhi Allah, mengikuti Rasul-Nya Shalallahu 'Alaihi Wassalam, menyelusuri jejak langkahnya dan menerima petunjuknya. Semua tanda ini merupakan syarat mahabbah (cinta) dan tidak terbayang adanya mahabbah (cinta) tanpa adanya syarat-syarat tadi.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam berkata:

"Ada tiga perkara. Siapa yang memiliki tiga perkara tadi maka dia akan merasakan manisnya iman. Yaitu bila Allah dan Rasul-Nya Shalallahu 'Alaihi Wassalam lebih dia cintai dari pada selainnya, dan dia mencintai seseorang hanya karena Allah, serta membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dia darinya sebagaimana dia menbenci dilemparkan kepada neraka." (Dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas Bin Malik).

Sebagian ulama menambah syarat yang kedelapan, yaitu kufur kepada apa-apa yang disembah selain Allah (kufur kepada thaghut).
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:

"Siapa yang mengatakan Laaillaaha Ilallaah dan dia kufur kepada apa-apa yang disembah selain Allah maka haramlah harta dan darahnya serta hisabnya terserah Allah Ta'ala ." (HR Muslim).

Maka terpeliharanya darah dan harta seseorang itu kalau perkataan Laaillaaha Ilallaah nya disertai dengan sikap kufur kepada apa-apa yang disembah selain Allah siapapun dia.

Refrensi: Mukhtashar Ma'arijul Qobul karya Muhammad Bin Said Al Qohthani halaman 119- 122