Alhamdulillah.
Ucapan tersebut atau yang sejenisnya adalah ucapan batil, tidak diragukan lagi. Ucapan itu menunjukkan kebodohan yang amat sangat, atau sikap berpura-pura bodoh dan pandir. Karena kehendak Allah sama sekali bukan merupakan hujjah untuk berbuat maksiat atau meninggalkan ibadah. Selain itu, Allah juta memerintahkan kita menyelamatkan muslim yang terkena musibah atau membantu orang yang membutuhkan. Allah menyalahkan orang yang enggan memenuhi kewajibannya dalam persoalan tersebut. Allah berfirman:
"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, (dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." (Al-Fajr : 17-20)
Enggan memberi makan fakir miskin termasuk sebab masuk Neraka. Allah juga berfirman:
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (naar) Mereka menjawab:"Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." (Al-Muddatsir : 42-44)
Kemudian, harta itu pada dasarnya adalah harta Allah. Bila Allah menghendaki, bisa saja Allah merenggut kembali harta dari orang yang mengucapkan kata-kata di atas. Bila ia sudah demikian membutuhkan harta, apakah ia juga mau bila orang lain mengatakan kepadanya seperti yang dia katakan tersebut? Itu ucapan yang amat keliru sekali, sebuah kesesatan yang besar. Orang yang melontarkan ucapan tersebut persis dengan apa yang difirmankankan oleh Allah:
"Dan apabila dikatakan kepada mereka:"Nafkahkanlah sebagian dari rizki yang diberikan Allah kepadamu", maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: "Apakah Kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesaatan yang nyata". (Yasin : 47)