Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

Hukum Orang Yang Mengatakan: Sesungguhnya Kemiskinan Kaum Muslimin Akibat Banyak Keturunan

Pertanyaan

Apa hukum syariat dan pendapat anda dengan orang yang berkata, ‘Sesungguhnya kemiskinan yang menimpa kaum muslimin dan kelemahan mereka serta ketertinggalan mereka adalah akibat ledakan jumlah penduduk dan banyaknya keturunan mereka yang melampaui kemajuan ekonommi. Apa nasehat anda kepada orang yang meyakini hal tersebut?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Kami menilai bahwa pandangannya adalah keliru. Hal tersebut karena Allah Taala membentangkan dan mempersempit rizki kepada yang Dia kehendaki. Alasannya bukannya banyaknya jumlah penduduk, karena tidak ada yang melata di muka bumi ini kecuali Allah telah jamin rizkinya, akan tetapi Allah memberi rizki karena hikmanya, dan mencegahnya karena hikmahnya juga.

Nasehat saya kepada yang meyakini keyakinan ini agar dia bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla dan meninggalkan keyakinan batil tersebut. Hendaknya dia mengetahui bahwa alam ini, betatapun banyak penduduknya, maka jika Allah berkendak, Dia akan berikan mereka rizki yang berlimpah, akan tetapi Allah berfirman dalam kitabNya:

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ (سورة الشورى: 27)

“Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakinya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 27)

(Syekh Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin rahimahullah, Fatawa Ulama Al-Baladil Haram, hal. 1084)

“Tidak diragukan lagi bawah kampanye pembatasan keturunan atau menguranginya bertentangan dengan perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang bersabda,

 تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ ، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ (رواه أبو داود، رقم 2050 وصححه الألباني في "إرواء الغليل، رقم  1784)

“Nikahilah (wanita) yang penuh kasih sayang dan berpotensi subur, sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya kalian (umatku) di antara umat-umat yang lain.” (HR. Abu Daud, no. 2050, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwa’ul Ghalil, 1784)

Allah telah menjamin rizki bagi seluruh makhluknya, Dia berfirman, 

ومَا مِن دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا (سورة هود: 6)

“Tidaka ada yang melata di muka bumi kecuali telah Allah tetapkan rezekinya.” (QS. Hud: 6)

Memerangi pertumbuhan penduduk, apakah dengan keharusan menggunakan alat kontrasepsi atau dengan jalan pengguguran, atau selainnya, dengan keyakinan bahwa sumber-sumber kehidupan tidak cukup dengan adanya pertambahan tersebut, atau karena tuntutan kehidupan manusia menuntut adanya pengurangan pertambahan jumlah penduduk, semua itu merupakan bentuk pengumuman atas pengingkaran terhadap rububiah Allah kepada makhluknya dan pengingkaran atas rizkiNya yang luas. Keyakinan ini mirip dengan keyakinan kaum musyrikin dahulu yang membunuh anak-anak mereka karena takut misikin.

Allah Taala berfirman,

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ (سورة الأنعام: 151)

“Janganlah kalian bunuh anak-anak kalian karena takut miskin, kamilah yang memberi rezeki kepada kalian dan kepada mereka.” (QS. Al-An’am: 151)

Allah Taala juga berfirman,

(وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا) الإسراء/31

“Janganlah kalian bunuh anak-anak kalian karena takut miskin, kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra: 31)

Banyaknya jumlah umat merupakan salah satu nikmat Allah Taala yang berhak disyukuri. Karena itu, Allah Taala menyebutkan kisah Nabi Syuaib alaihissalam yang mengingatkan kaumnya atas sebagian nikmat Allah Taala kepada mereka dengan berkata,

وَاذْكُرُوا إِذْ كُنتُمْ قَلِيلًا فَكَثَّرَكُمْ (سورة الأعراف: 86)

“Ingatlah, ketika kalian dahulu sedikit, Lalu kalian dibanyakkan.” (QS. Al-A’raf: 86)

ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمْ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا (سورة الإسراء: 7)

“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” (QS. Al-Isra: 7)

 Banyaknya jumlah umat justeru merupakan di antara faktor kemuliaan dan kemenangan atas musuh. Karena itu, Allah Taala berfirman tentang Bani Israel,

Dalam sebuah kajian masa depan tentang Mesir, DR. Muhamad Sayid Ghulab berkata, “Pertambahan penduduk tidak selamanya menjadi beban, tidak benar juga hal ini diyakini untuk abad mendatang. Justeru inilah yang menjadikan Mesir maju dalam setiap masanya.”

Dalam kajian yang lain, Dr. Musthafa Fiqi memberikan isyarat bahwa di antara faktor yang paling penting dan berpengaruh bagi peran Mesir di wilayah Arab adalah potensi Mesir yang memiliki kekayaan sumber daya manusia.

Profesor Khursyid Ahmad, pakar ekonomi berkata, “Kekuatan yang penting pada masa akan datang hanya akan dimiliki oleh negara yang memiliki penduduk berlimpah dan pada saat yang bersamaan diperkuat oleh ilmu-ilmu praktis. Tidak ada yang dapat menjaga kepemimpinan bangsa-bangsa barat atas dunia ini selain bekerja keras mensosialisasikan gerakan pembatasan keturunan dan pencegahan kehamilan di negeri-negeri Asia dan Afrika. Di satu sisi mereka (bangsa barat) bekerja keras menambah jumlah penduduknya, sementara pada waktu yang sama mereka mengerahkan apa yang terbaik yang mereka miliki untuk melakukan propaganda pembatasan keturunan di negeri-negeri barat dan Afrika.

Dia juga berkata, “Sungguh tepat ucapan Organsky (ilmuan Amerika), ‘Di masa depan, kekuatan akan tersimpan dalam barak yang memiliki personel lebih banyak.”

Dia juga berkata, “Perkara yang tidak tersembunyi bagi penuntut ilmu sejarah, bahwa jumlah penduduk memiliki urgensi politik yang sangat mendasar. Karena itu, setiap peradaban atau kekuatan dunia mengerahkan sebagian besar perhatiannya pada pertumbuhan anggotanya baik pada masa awal pendiriannya ataupun pada masa pembangunannya.

Karena itu, pakar sejarah terkenal, professor Wel Durant menjanjikan bahwa banyaknya jumlah penduduk merupakan sebab terpenting dalam kemajuan sipil. Begitupula hal ini disampaikan oleh Arnold Toynbe sebagai tantangan dasar yang dampaknya akan muncul dalam dunia maju dan peradaban manusia.

Agar ucapan ini tidak dipahami keliru, bukan hanya jumlah penduduk saja yang menyebabkan kemajuan dan peradaban serta kemenangan terhadap musuh. Dia sebab utamanya, namun bukan sebab satu-satunya, akan tetapi hal itu harus diiringi dengan pendidikan bermutu, pembinaan yang benar, meratanya keadilan dan keamanan di tengah masyarakat, perang terhadap korupsi, dan sebelum dari semua itu adalah keimanan dan ketakwaan.

Allah Taala berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنْ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (سورة الأعراف: 96)

“Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya akan kami limpahkan  kepada mereka barakah di langit dan di bumi. Akan tetapi mereka mendustakan  (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)

Propaganda musuh-musuh Islam sangat gencar memperingatkan bahaya banyaknya jumlah kaum musilimin dan bahwa hal itu akan berbahaya bagi kaum muslimin.

Dalam buku ‘Tahawulat Fi Jugrofiyat Asy-Syarqul Ausath’ (Perubahan Demografi Di Timur Tengah), oleh profesor Arnon Safir 1984M, dan ini merupakan buku kajian di negara zionis serta menjadi rujukan lembaga terkait di sana, penulis berpendapat bahwa pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi di Mesir merisaukan Israel karena hal itu memungkinkan mereka membangun militer yang kuat.

Harian Daily Telegraph edisi 19/1/1988 mempublikasikan artikel berjudul ‘Al-Qumbulah As-Sukaniah Al-Mu’aqatah Fi Haudh Al-Mutawasith’ (Bom waktu demografi telaga tengah)’ Penulis berbicara tentang masalah yang merisaukan barat, yaitu bertambahnya jumlah penduduk yang sangat besar di negara-negara yang terletak di timur dan selatan laut Medditerranian, sementara di negara-negara utara terjadi pengurangan jumlah penduduk. Artikel ini mengutip laporan proyek PBB tentang lingkungan bahwa dua pertiga penduduk laut mediterranian pada tahun 50an adalah warga Eropa yang tersebar di negara-negara yang membentang dari selat Jibraltar hingga selat Bosfor. Hanya saja fakta ini akan berubah sejak masuk tahun 2025 karea wilayah mediterranian akan menjadi wilayah Islam, kalau bukan dia wilayah Arab.

Artikel ini memberikan isyarat pada masalah yang tidak diperdebatkan lagi bahwa mereka yang mendorong pembatasan keturunan dan membatasi bertambahnya jumlah penduduk di kalangan kaum muslimin dan mendorong berbagai bentuk propaganda untuk kepentingan tersebut dengan berbagai berbagai nama, seperti ‘Keluarga Berencana’, ‘Penataan Sosial’ ‘Perencanaan Keluarga’ dan slogan-slogan lainnya yang banyak, maka kami katakan bahwa yang mendorong semua itu hanyalah membantu musuh-musuh Islam dan bekerja untuk kebaikan mereka, apakah mereka sadar atau tidak.

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Adapun pandangan tentang pembatasan keturunan, maka hal ini tidak diragukan lagi bahwa dia merupakan penyusupan musuh-musuh Islam yang menghendaki agar kaum muslimin tidak bertambah banyak. Karena jika kaum muslimin bertambah banyak, hal itu akan mengkhawatirkan mereka dan membuat kaum muslimin tidak membutuhkan mereka, mereka yang mengelolah tanahnya, menjalankan perdagangan, kehidupan ekonomi akan bertambah, dan berbagai kemaslahatan lainnya. Jika mereka selalu sedikit jumlahnya, maka mereka akan hina dan bergantung kepada selain mereka dalam segalah hal.”

(Tafsir Surat Al-Baqarah: 2/88)

Akhirnya, kita membutuhkan adanya pertambahan jumlah penduduk disertai upaya islamisasi strategi pembangunan, birokrasi dan undang-undang seraya mengambil manfaat dari ilmu-ilmu modern.

Sebagai tambahan, lihat kitab ‘Harakah Tahdid An-Nasl’ (Gerakan pembatasan keturunan), oleh Abu Al-A’la Al-Maududi, hal. 178-186, Majalah Al-Bayan, edisi 11, 107, 191.

Wallahu a’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam