Jum'ah 21 Jumadil Ula 1446 - 22 November 2024
Indonesian

Meyakini Bahwa Nabi Isa alaihissalam Lebih Baik Dari Nabi Muhamad Shallallahu alaihi wa sallam, Bahkan Menuduh Nabi Kita

Pertanyaan

Mengapa kalian mengatakan bahwa Muhamad adalah makhluk Allah yang paling baik. Saya tidak berpendapat demikian. Sebab sebaik-baik makhluk haruslah orang yang tidak memiliki dosa, dan hal ini bertentangan pada diri Muhamad, karena dia banyak berdosa. Sebaik-baik makhluk adalah orang yang tidak dikuasai setan, dan dia adalah Isa Al-Masih. Kalian sendiri mengetahui dan Al-Quran menyatakan demikian. Demikian pula, sebaik-baik makhluk Allah adalah orang yang tidak menerima ayat-ayat dari setan tanpa dia ketahui, demikian pula sebaik-baik makhluk adalah tidak menentang perintah dari Allah, dan sebaik-baik makhluk adalah orang yang tidak mungkin terkena sihir. Bagaimana dikatakan sebaik-baik makhluk jika kedua orang tuanya adalah musyrik dan mati dalam keadaan musyrik? Demikian pula, sebaik-baik makhluk adalah orang yang tidak menyebarkan agama Allah dengan pedang atau dengan harta yang dia jual. Kaliang sangat berlebih-lebihan. Jika kalau minta saya akan sampaikan ayat-ayat yang membenarkan ucapan saya.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Kami telah baca apa yang anda tulis semua hurufnya, kami ulangi lagi membacanya. Maka kami punya hak yang menjadi kewajiban anda untuk membaca pembelaan kami terhadap agama dan Nabi kami shallallahu alaihi wa sallam. Dan hak kami yang menjadi kewajiban anda untuk memperhatikan ucapan-ucapan kami sebagaimana kami memperhatikan ucapan-ucapan anda. Bukankah demikian? 

Kedua:

Adalah baik ketika anda mengakhiri tulisan anda dengan pengakuan bahwa Isa adalah sebaik-baik makhluk Allah Taala. Sebab mengakui bahwa dia adalah makhluk berarti menolak keyakinan bahwa dia adalah Tuhan, Tuhan yang disembah. Karena anda akui bahwa dia adalah makhluk, maka tidak mungkin berkumpul dalam dirinya sebagai pencipta dan yang dicipta, yang berkuasa dan yang dikuasai. Semoga dengan keyakinan ini, anda juga menyakini batilnya keyakinan bahwa makhluk tersebut adalah tuhan, bukankah demikian?

Sesungguhnya Al-Masih yang anda sebutkan dalam pertanyaan, bukanlah Al-Masih yang diimani umumnya orang-orang Nashrani. Al-Masih manakah yang ingin anda bicarakan, karena dialog kita akan erat kaitannya dengan; Hamba Allah yang bernama Isa bin Maryam, seorang makhluk, atau seorang anak yang mereka jadikan sebagai tuhan?!

Ketiga:

Kita tidak sedang membandingkan antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad alaihimassalam. Dalam syariat kami dilarang untuk melebihkan antara satu nabi dengan nabi yang lain, khususnya jika hal tersebut terkandung makna merendahkan yang lain. Inilah yang anda lakukan, anda hendak menyebutkan Isa alaihissalam sebagai makhluk Allah terbaik  namun dengan menuduh Nabi kami Muhammad shallallahu alaihi wa sallamm. Hal ini ditolak dalam syariat kami, walaupun jika akibatnya pihak lain yang lebih rendah. Adapun jika diiringi dengan tuduhan terhadap salah seorang Nabi, maka siapa yang melakukannya akan menyebabkan kufur dan keluar dari agama. Agama kami yang suci menjaga kemuliaan para Nabi dan Rasul serta meninggikan mereka semua. Beriman kepada mereka merupakan salah satu rukun iman. Tidaklah seseorang dikatakan beriman jika dia mengingkar seorang nabi saja. Syariat kami yang suci hanya menyebutkan kebaikan tentang para nabi kami. Dalam kitab kami Al-Quran menyebutkan kebaikan-kebaikan para nabi kami, ibadah mereka, doa mereka, perjuangan mereka, dakwah mereka, amar ma’ruf dan nahi munkar mereka. Tidak ada, baik dalam Al-Quran maupun sunah yang menyebutkan sesuatu yang buruk pada mereka. Justeru pada keduanya terdapat perintah untuk memuliakan dan mengangungkan mereka.

Keempat: 

Mencari mana yang lebih utama antara Nabi Isa dan Nabi Muhamad alaihimassalam bukan merupakan tujuan dalam agama kami. Dan hal itu tidak semestinya terjadi. Sebabnya adalah bahwa kami diperintahkan untuk mengikuti Nabi kami Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dan sebelum itu kami diperintahkan untuk bersyahadat bahwa beliau adalah utusan Allah. Hal ini tidak ada kaitannya apakah dia makhluk Allah yang paling baik atau tidak. Bahkan ini tidak berlaku dalam agama kami saja, tapi pada setiap kaum yang Allah utus rasul kepada mereka, mereka diperintahkan untuk beriman dan mengikutinya, walaupun dia bukan merupakan sebaik-baik makhluK Allah. Apakah syarat seorang nabi dia harus merupakan sebaik-baik makhluk Allah?! Jika demikian, bagaimana halnya keadaan umat terdahulu pada pada masa itu berkumpul sejumlah Nabi dan Rasul?! Kami bersaksi bahwa Nabi Muhamad shallallahu alaihi wa sallam sebagai utusan Allah bukan karena beliau sebaik-baik makhluk Allah, diapun tidak mengatakan, ikuti aku karena aku sebaik-baik makhluk Allah. Tapi kami mengetahui hal itu karena Allah angkat derajatnya dan tinggikan kedudukanya. Kami akan sebutkan ayat, kejadian atau hadits yang menguatkan hal tersebut. 

1.Adapun ayat, dia adalah firman Allah Ta’ala,

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (سورة آل عمران: 81)

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: "Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai Para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". QS. Ali Imron: 81. 

“Ini adalah perjanjian yang Allah Taala ambil dari para Nabi seluruhnya, yaitu agar mereka beriman kepada Nabi Muhamad shallallahu alaihi wa sallam dan membelanya dalam dakwahnya.” 

2.Adapun peristwa, maka peristiwa shalatnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai imam bagi seluruh para nabi, yaitu dalam perjalanan Isra Mi’raj, maka kedudukan beliau shalat sebagai imam atas mereka, tak lain menunjukkan kebaikan dan keutamannya. Jika tidak menunjukkan demikian, kami tidak tahu, petunjuk apa selain itu.

3.Adapun hadits; terdapat riwayat shahih dari beliau, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang peritiwa yang terjadi di hari kiamat nanti, ketika para nabi tidak bersedia untuk memberi syafaat kepada umat manusia dengan memberikan alasannya. Semua mereka mengatakan, ‘diriku… diriku”. Lalu majulah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk memberikan syafaat Uzma (syafaat terbesar) seraya berkata, “Akulah, akulah…” Kemudian tuhannya memuliakannya dengan menerima syafaatnya untuk seluruh manusia di padang mahsyar. Inilah ‘maqom Mahmud’ (kedudkan tertinggi) yang tidak Allah berikan kepada manusia selain kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam… 

Inilah sebagian dalil dalam agama kami tentang keutamaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam atas saudara-saudaranya para nabi yang lain alaihimussalam. Mereka sendiri, para nabi, tidak mengingkari hal tersebut. Perhatikan Nabi Musa alaihissalam, dalam sebuah hadits shahih, dia mengakui hal tersebut. Begitu pula halnya dengan Nabi Isa alaihissalam, dia menolak mengimami kaum muslimin, bahkan dia ridha menjadi makmum, karena dia akan beramal berdasarkan perjanjian yang Allah ambil darinya. Maka ketika dia diturunkan di akhir zaman, dia akan membunuh babi, mematahkan Salib dan shalat menjadi makmum di belakang salah satu imam kaum muslimin.

Terdapat riwayat dalam kitab yang paling shahih dalam ajaran kami, yaitu kitab Bukhari dan Muslim, penjelasan semua itu, seraya tetap memuliakan Nabi Isa alaihissalam dan seberapa jauh keterikatannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka perhatikanlah hadits ini; 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى بْنِ مَرْيَمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى ، وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ (رواه البخاري ومسلم)

“Aku lebih dekat terhadap Isa bin Maryam di dunia dan akhirat, Seluruh nabi adalah saudara sebapak, ibu-ibu mereka berbeda-beda, sedangkan agama mereka satu.” (HR. Bukhari Muslim)

Makna hadits adalah bahwa asal iman keimanan para nabi itu satu sedangkan syariat-syariatnya berbeda-beda.

Maka, anda dengan ucapan yang anda sampaikan dalam pertanyaan anda yang mengira terjadi pertentangan antara para nabi dan rasul dengan Nabi kami, Muhamad shallallahu alaihi wa sallam, kenyatannya mereka tidak demikian. Justeru mereka semua adalah bersaudara, mereka datang membawa risalah aqidah yang satu, yaitu sama-sama menyeru untuk beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik kepada Allah.

Kelima:

Adapun ucapan anda tentang Nabi kami shallallahu alaihi wa sallam bahwa dia banyak dosanya. Itu adalah perkataan yang mungkin dapat saja dikatakan oleh setiap orang. Jika anda mengambil sikap ilmiah secara sungguh-sungguh, niscaya anda tidak mengatakan demikian. Jika kami mensucikan para Nabi dan Rasul yang diutus kepada umat selain kami, bahwa mereka bukanlah ahli maksiat dan dosa, bagaimana halnya dengan orang keadaanya kami anggap sebagai orang yang paling baik di antara mereka? Perhatikanlah perbedaan besar antara kami dan anda, ketika anda menuduh nabi kami Muhamad shallallahu alaihi wa sallam tanpa bukti, maka kami mengingkari semua itu sebagai akhlak para nabi dan rasul yang diutus untuk selain kami. Justeru agama kami mengajarkan kami untuk menghormati seluruh nabi dan memuliakan mereka.

Kami tidak merasa aneh dengan tuduhan anda terhadap nabi kami, karena mencaci maki para nabi adalah kebiasaan kalian, menuduh para nabi adalah pedoman kalian. Sungguh, Yahudi dan Nashrani telah mencampuradukkan untuk kalian, mereka telah melakukan penyimpangan lalu kalian ikuti membabi buta. Semua yang terdapat dalam kitab taurat yang berisi caci maka terhadap para nabi, langsung kalian benarkan, lalu kalian tambahkan dalam kitab kalian yang telah diselewengkan itu tuduhan terhadap manusia paling suci..

1.Disebutkan dalam Injil Matheus, bahwa Isa merupakan keturunan Sulaiman bin Daud, sedangkan kakek mereka adalah orang tua ang merupakan keturunan hasil zina dari Yahuza bin Yakub. (Ishah matheus pertama, edisi 10)

2.Dalam Injil Yohana, bab 2 pasal 4; Yesus menghina ibunya di tengah kerumunan manusia!

3.Dalam Injil Yohana, bab 10 ayat 8; Yesus bersaksi bahwa para nabi yang diutus ke Bani Israil adalah para pencuri! 

Dalam kitab Talmud, ini kitab yang yang sangat tebal dan menjadi rujukan dasar dalam syariat Yahudi, dan pada masa sekarang dianggap sebagai rujukan agama bagi kaum Yahudi militan dan esktrim, baik di Israil atau seluruh dunia, bahkan kedudukannya lebih tinggi dari kedudukan Taurat; 

1.“Sesungguhnya ajaran-ajaran Yesus adalah kufur, muridnya; Yakub adalah kafir, dan kitab-kitab Injil adalah kitab-kitab kaum kafir.”

2.Disebutkan pula di dalamnya (kita berlindung kepada Allah darinya); “Sesungguhnya Yesus kaum Nashara berada di neraka jahim paling dasar neraka. Ibunya; Maryam mendapatkan anak tersebut melalui seorang tentara ‘Bandera’ dengan cara yang salah. Adapun gereja-gereja Nashrani adalah tempat kotoran-kotoran, sedangkan para pemberi nasehatnya mirip dengan anjing yang menggonggong. 

3.Rabi Abariyanil berkata, “Orang-orang masehi adalah orang-orang kafir, karena mereka meyakini bahwa Allah terdiri dari daging dan darah.”

4.Disebutkan dalam kitab Talmud, “Seluruh bangsa-bangsa selain Yahudi adalah para penyembah berhala, ajaran-ajaran para rabi menyatakan demikian.”

5.Disebutkan di tempat lain dalam Talmud, “Sesungguhnya Al-Masih adalah penyihir dan penyembah berhala, maka dia melahirkan orang-orang masehi yang menyembah berhala juga seperti dirinya.” 

6.Disebutkan pula dalam kitab Talmud, “Surga adalah tempat ruh kaum Yahudi, tidak ada yang masuk surga kecuali orang-orang Yahudi. Adapun neraka adalah tempat kaum kafir dari kalangan Nashara, kaum muslimin, tidak ada bagian mereka selain tangisan karena di dalamnya terdapat kegelapan dan kekacauan.”  

Bagaimana kitab-kitab kalian ini menuduh para nabi mulia, sementara kalian menuduh Nabi kami shallallahu alaihi wa sallam sebagai orang yang banyak berdosa. Lihat jawaban soal no. 42216.

Ketujuh: 

Adapun ucapan anda, “Demikian pula, sebaik-baik makhluk Allah tidak akan menyampaikan ayat-ayat dari setan melalui lisanya tanpa dia ketahui.”

Yang anda maksud adalah ‘Kisah Gharaniq’. Kesimpulan kisah tersebut adalah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membaca firman Allah Taala;

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى . وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى (سورة النجم: 19 ، 20)

“Maka Apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? QS. An-Najm: 19-20. 

Lalu setan menambahkan ke lisannya engan menambah ayat tersebut dengan tambahan;

تلك الغرانيق العلى ، وإن شفاعتهن لترتجى

“Itulah garaniq yang agung, pertolongan mereka diharapkan.”

Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya juga kaum musyrikin bersujud setelah itu!

Kisah ini dinyatakan lemah orang banyak ulama dan para pakar.

Al-Baihaqi berkata, “Kisah ini tidak kuat dari sisi periwayatannya.” (Lihat tafsir Al-Fakhurrazi, 23/44)

Ibnu Hazm berkata, “Adapun hadits yang di dalamnya terdapat ungkapan, 

تلك الغرانيق العلى ، وإن شفاعتهن لترتجى

“Itulah garaniq yang agung, pertolongan mereka diharapkan.” 

Adalah dusta dan palsu, karena sama sekali tidak shahih dari segi periwayatannya, tidak ada nilainya menyibukkan diri dengannya, karena membuat hadits palsu, tidak ada seorang pun yang tidak mampu.” (Al-Fishal Fil Milal wan-Nihal, 2/311)

Al-Qadhi Iyadh berkata, “Hadits ini tidak diriwayatkan oleh siapapun dari para perawi yang shahih, bahkan tidak pula oleh para perawi tsiqah dengan sanad yang selamat dan bersambung. Para mufasir yang tabiin yang menyampaikan riwayat ini satupun tidak ada yang menyebutkan sanadnya, tidak juga mengaitkannya terhadap seorang sahabat. Mayoritas jalurnnya terdapat kelemahan.” (Asy-Syifa Fi Ahwalil Mushtafa, 2/790

Al-Hafiz Ibnu Katsir berkata, “Banyak kalangan mufasir berkata tentang ‘kisah garaniq’ yang menyebabkan kembalinya kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah, sebab mereka mengira bahwa kaum musyrikin Quraisy telah masuk Islam. Akan tetapi riwayat ini semua jalurnya adalah mursal, tidak saya ketahui ada sanadnya yang sahih. Wallahu a’lam.

(Tafsir Ibnu Katsir, 3/239)

“Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata, “Tidak ada hadits shahih yang dapat dijadikan patokan, sepanjang yang saya ketahui, yang menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengucapkan kalimat tersebut. Akan tetapi, disampaikan tentang Nabi shallallahu alahi wa sallam dalam hadits-hadits mursal. Sebagaimana dinyatakan hal itu oleh Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam tafsir tentang ayat haji, akan tetapi terkait ‘ilqo’ setan dalam bacaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam ayat-ayat surat An-Najm, sebagaimana dalam firman Allah Taala;

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آَيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (سورة الحج: 52)

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” QS. Al-Hajj: 52 

Maka, yang dimaksud firman Allah

إِلا إِذَا تَمَنَّى

“Melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan.” 

Yang dimaksud adalah: Beliau membaca.

Adapun firman Allah Taala,

أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ

“Setan memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu…” 

Yang dimaksud adalah (setan menggodanya) saat beliau tilawah. Kemudian Allah menghapus apa yang digoda setan tersebut dan menjelaskan kebatilannya di ayat lainnya, kemudian Dia kokohkan ayat-ayatNya sebagai ujian dan cobaan. Sebgaimana firman Allah Taala setelah itu,

لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ (سورة الحج: 53)

“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya.” QS. Al-Hajj: 53 

Maka, wajib bagi setiap muslim berate-hati dari godaan setan berupa syubhat yang (boleh jadi) keluar dari lisan para pembawa kebenaran atau lainnya dan hendaknya dia hanya berpedoman pada kebenaran yang sudah jelas kebenarannya dan menafsirkan perkara yang samar dengan perkara-perkara yang sudah jelas agar syubhat tidak tertanam. Sebagaimana firman Allah Taala,

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آَيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ (سورة آل عمران: 7)

“Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” QS. Ali Imron: 7. 

Terdapat riwayat shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallamm dari hadits Aisyah radhiallahu anha, beliau bersabda,

إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى الله فاحذروهم (متفق عليه)

“Jika kalian melihat orang-orang yang suka mengikuti perkara-perkara yang masih samar, mereka orang-orang yang Allah sebut ‘Berhati-hatilah terhadap mereka.” (Muttafaq alaih)

Semoga Allah memberi taufiqNya (Majmu Fatawa Syekh Bin Baaz, 8/301-302) 

Syekh Al-Albany dalam kitabnya yang bermanfaat ‘Nashbul Majaniq Fi Buthlani Qishatil Garaniq’ telah berbicara tentang riwayat ini baik dari sisi sanad ataupun matan dan menjelasakan bahwa sanadnya dhaif dan matannya aneh.”

Kalaupun ada sebagian ulama yang menyatakan shahih riwayat ini, maka dia tidak mengatakan bahwa firman Allah tersebut zahirnya mengandung adanya perubahan dan penyimpangan dan adanya kekeliruan yang dialami Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Tapi mereka jelaskan pandangan-pandangan yang sesaui dengan keyakinan kaum muslimin seluruhnya tanpa merubah Al-Quran dan merusak kemaksuman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terkait dengan apa yang disampaikan tuhannya kepadanya. Di antara bentuk penafsiran yang disebut sebagian ulama adalah bahwa setan menggoda dengan kalimat-kalimat tersebut ke pendengaran kaum muslimin, bukan menggodanya melalui lisan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Penafsiran ini disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah dalam Majmu Al-Fatawa, 2/282.

Adapun sebab sujudnya kaum musyrikin di akhir bacaan surat, perhatikanlah apa yang dikatakan para ulama tentang hal itu;

Syekh Al-Albany rahimahullah berkata dalam akhir kitabnya yang telah disebutkan sebelumnya,

“Betapa banyak penanya yang berkata, ‘Jika terbukti batilnya godaan setan melalui lisan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam ungkapan,

تلك الغرانيق العلى وإن شفاعتهن لترتجى

“Itulah garaniq yang agung, pertolongan mereka diharapkan.”

Lalu mengapa kaum musyrikin bersujud bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam padahal itu bukan merupakan kebiasaan mereka?

Jawabannya adalah sebagaimana ucapan ulama peneliti Al-Alusi setelah beberapa baris ucapannya yang baru saja aku kutip; “Tidak ada seorang pun yang berkata, sesungguhnya sujudnya kaum musyrikin menunjukkan bahwa surat tersebut secara zahir memuji tuhan-tuhan mereka. Jika tidak, tentu mereka tidak bersujud. Karena kita mengatakan bahwa dapat dikatakan mereka sujud karena dahsyatnya apa yang mereka rasakan dan takutnya apa yang mereka alami saat mendengarkan bacaan surat tersebut, karena di dalamnya terdapat firman Allah Taala, 

وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الْأُولَى . وَثَمُودَ فَمَا أَبْقَى . وَقَوْمَ نُوحٍ مِنْ قَبْلُ إِنَّهُمْ كَانُوا هُمْ أَظْلَمَ وَأَطْغَى . وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَى . فَغَشَّاهَا مَا غَشَّى ........ إلى آخر الآيات (سورة النجم: 50- 54) 

“Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Aad yang pertama, dan kaum Tsamud. Maka tidak seorangpun yang ditinggalkan nya (hidup). Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka, dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah. Lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya.” QS. AN-Najm: 50-54. 

Mereka merasa bahwa semua itu terjadi pada diri mereka, tampaknya mereka belum pernah mendengarnya sebelum itu dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat beliau berdiri di hadapan Rabnya dalam posisi yang agung dan di depan orang banyak. Mereka mengira, berdasarkan urutan perintah untuk bersujud sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, bahwa sujud mereka walau tidak berdasarkan iman yang cukup, dapat menolak apa yang mereka kira. Kemungkinan juga sebabnya adalah ketakutan mereka tatkala mendengarnya hal seperti itu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Telah diturunkan setelah itu surat Haamiim Sajadah, sebagaimana dengan jelas disampaikan dalam hadits Ibnu Abas yang dikutip oleh As-Suyuti di awal kitab Al-Itqan. Ketik Utbah bin Rabiah mendengar firman Allah Taala yang didalamnya terdapat ayat;

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ (سورة فصّلت: 13)

“Jika mereka berpaling Maka Katakanlah: "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Aad dan Tsamud". QS. Fusilat: 13 

Beliau lantas menutup mulut Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan mengingatkan hubungan kekerabatan antar mereka serta membelanya ketika kaumnya menuduhnya keluar dari agama mereka. Dia berkata, “Bagaimana (bisa demikian), padahal kalian mengetahui bahwa Muhamad jika berkata sesuatu tidaklah dusta?” Maka azab yang diturunkan kepada mereka diringankan.” (Al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitab Ad-Dalail, Ibnu Asakir dalam hadits yang panjang dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu) 

Kedelapan:

Adapun ucapan anda, “Demikian juga makhluk Allah yang paling baik tidak menentang perintah Allah.” Kami tidak ketahui apa perintah Allah yang Allah perintahkan kepada NabiNya kemudian beliau tidak laksanakan. Sementara Allah telah memberinya sifat seagai hamba dan memujiNya dan beliau adalah orang yang paling tahu tentang Rabbnya serta orang yang paling takwa dan takut kepada kepadaNya. Perintah apakah gerangan yang beliau tentang?! Sungguh ini hanya bualan saja.

Kesembilan;

Adapun ucapan anda; “Makhluk yang paling baik tidak mungkin mengalami  terkena sihir.” Adalah ucapan yang batil. Sihir yang terjadi pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidaklah anda ketahui kecuali setelah diberitahu oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan tidaklah Nabi shallallahu alaihi wa sallam kecuali Allah izinkan untuk mengabarkannya. Ini termasuk perkara yang dapat menimpa manusia, hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah manusia. Sebagian ahli bid’ah dari kalangan kaum muslimin ada yang menolak hadits ini, mereka mengira bahwa hadits ini bertentangan dengan kedudukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang maksum dan pundak kedudukan ukhuwah. Sebenarnya para ulama telah membantah argumen mereka sejak dahulu dan juga kepada anda zaman sekarang.

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Imam Al-Maziri berkata, ‘Sebagian ahli bid’ah mengingkari hadits ini dengan sebab lain. Mereka beranggapan bahwa perkara tersebut merusak kedudukan kenabian dan menimbulkan keraguan padanya dan membolehkan kejadian tersebut dapat menghalangi kepercayaan terhadap syariat. Anggapan oleh ahli bid’ah ini adalah batil. Karena dalil-dalil yang pasti menunjukkan kejujurannya, keshahihannya dan kemaksumannya terkait dengan perkara tabligh dan mukjizat menjadi saksi terhadap hal tersebut. Membolehkan terjadinya sesuatu yang bertentangan dengan dalil adalah batil. Adapun terkait sebagian urusan dunia yang tidak menjadi sebab diutusnya beliau dan bukan menjadi faktor yang menunjukkan keutamaan beliau adalah perkara yang umum dapat dialami oleh manusia. Maka tidaklah mustahil dia beranggapan terhadap sesuatu dalam perkara dunia yang sebenarnya tidak terjadi. Ada yang mengatakan bahwa dia telah menggauli salah seorang isterinya, padahal sesungguhnya tidak.

Seseorang dapat mengalami hal ini dalam mimpinya, maka tidak mustahil jika hal ini terjadi saat dia terjaga, yaitu menganggap sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada yang berpendapat bahwa beliau mengira telah melakukan sesuatu, padahal beliau tidak melakukannya, akan tetapi dia tidak meyakini kebenaran dugaannya tersebut, sehingga keyakinannya dianggap benar.

Qadhi Iyadh berkata, “Terdapat berbagai riwayat tentang hadits ini yang menjelaskan bahwa sihir yang terjadi hanya menimpa fisik anggota badannya saja, tidak menimpa akalnya, hati dan keyakinannya. Maka makna ucapannya dalam hadits,

حتى يظن أنه يأتي أهله ولا يأتيهن

“Hingga dia mengira bahwa dia mendatangi isterinya, padahal dia tidak mendatanginya.” 

Ada pula riwayat,

يُخيل إليه

“Dia berfantasi.”

Maksudnya, tampak pada beliau karena kegesitannya, dan kebiasaannya beliau mampu mendatangi isteri-isterinya. Namun beliau sempat terkena pengaruh sihir sehingga tidak mendatanginya dan tidak mampu menggaulinya sebagaimana halnya yang dialami orang terkena sihir. Semua yang terdapat dalam berbagai riwayat bahwa beliau berfantasi, namun dia tidak melakukannya, atau semacamnya, yang dimaksud adalah fantasi pandangan, bukan karena ada kerusakan yang menimpa akalnya dan hal ini bukan perkara yang dapat menimbulkan gangguan dalam risalah atau tugasnya, dan bukan pula perkara yang layak dijadikan tuduhan oleh kaum yang sesat.” (Syarah Muslim, 14/174-175) 

Imam Ibnu Qayim rahimahullah berkata,

“Sejumlah orang mengingkari hal ini (Nabi shallallahu alaihi wa sallam terkena sihir). Mereka mengatakan bahwa hal ini tidak boleh terjadi pada beliau. Mereka mengira bahwa hal tersebut dapat menunjukkan adanya kekurangan dan cacat pada beliau. Tapi perkaranya tidak sebagaimana mereka kira, tapi ini adalah termasuk jenis yang mungkin dapat dialami oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana halnya penyakit pada umumnya. Dia termasuk salah satu bentuk penyakit. Orang yang terkena perkara ini, sebagaimana dirinya terkena racun, tidak ada perbedaan pada keduanya. Terdapat riwayat shahih dari Aisyah radhiallahu anha, dia berkata,

سحر رسول الله صلى الله عليه وسلم حتى إن كان ليخيل إليه أنه يأتي نساءه ولم يأتهن ، وذلك أشد ما يكون من السحر (زاد المعاد، 4/113)

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam disihir hingga dia berkhayal bahwa dirinya mendatangi isterinya, padahal dia tidak mendatanginya. Ini adalah sihir yang paling berat.” (Zadul Maad, 4/113)

Kini kami bertanya kepada anda, jika anda bersungguh-sungguh dalam berdialog, mana yang paling berat bagi pengikutnya dan lebih menunjukkan kerendahannya, terjadinya sihir seperti ini sedangkan dia merupakan salah satu penyakit saja yang disebabkan oleh orang Yahudi, atau Yahudi yang berhasil menguasai Isa bin Maryam yang kami anggap nabi dan kalian anggap sebagai anak tuhan, sehingga mereka berhasil menyalibnya dan membunuhnya disambut riang gembira dan penghinaan mereka terhadap beliau.

“Orang-orang yang lalu lalang menghinanya dan mencaci makinya, mereka berkata, ‘Jika engkau adalah anak Allah, selamatkan dirimu dan turunlah dari salib.’ Para tokoh dukun dan pengajar syariat serta orang-orang tua juga ikut menghinanya Mereka berkata, ‘Dia menyelamatkan orang lain, tapi tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri?! Dia adalah raja bani Israil, turunlah sekarang dari salbi agar kami dapat beriman kepadanya . Dia pasrah kepada Allah seraya berkata, ‘Aku adalah anak Allah, Allah akan menyelamatkannya jika dia ridha kepadanya.’ Bahkan dua orang pencuri yang disalib bersamanya juga mencacinya dan mengucapkan ucapan yang sama.”

Saat zuhur seluruh muka bumi diliputi kegelapan hingga pukul 3. Lalu sekitar pukul 3 sang Yesus teriak dengan suara keras; Tuhanku, Tuhanku, mengapa engkau tinggalkan aku?!!” (Injil Matta, 27/38-47, juga, Markus, 15/29-35)

Maka kami katakan, “Tidak mungkin terjadi peristiwa dusta  dan kehinaan semacam ini pada nabi yang mulia; Nabi Muhamad dan saudaranya Isa serta saudara-saudara mereka para nabi alaihimussalam.” 

Kesepuluh: 

Adapun ucapan anda, “Bagaimana mungkian kedua orang tua makhluk Allah yang paling mulia dalah orang musyrik dan mati dalam keadaan musyrik?” Inipun merupakan keanehan. Apa urusannya bahwa beliau adalah manusia paling baik dengan masalah bahwa kedua orang tuanya adalah musyrik?! Apakah Allah memilihnya ataukah memilihnya dan memilih keluarga serta kerabatnya?! Perhatikanlah nabi Ibrahim alaihissalam, bapaknya mati dalam keadaan musyrik, namun hal itu tidak mengurangi derajat dan kedudukannya. Beliau tetap dikenang sebagai Abul Anbiya (bapak para nabi). Perhatikan pula Nuh alaihissalam, isterinya dan puteranya meninggal dalam keadaan kafir. Begitu juga isteri nabi Luth meninggal dalam keadaan kafir. Kalau sudah begini, mau apalagi?!

Perhatikan pula, apa yang disampaikan oleh kitab-kitab suci kalian dan milik Yahudi, apa yang mereka katakana tentang Maryam alaihissalam, bahkan terhadap diri para Nabi itu sendiri, agar anda wahai penanya, kelompok mana yang paling benar perkataannya dan lebih lurus petunjuknya.

Kesebelas:

Adapun ucapan anda, “Begitupula, manusia makhluk Allah yang paling baik tidak akan menyebarkan agamanya dengan pedang atau dengan harta yang dia jual.”

Kami telah sebutkan hal ini dalam diskusi kami di situs ini. Silakan rujuk kedua jawaban dari kedua pertanyaan terkait; no. 43087 dan 100521

Jika anda selesai menyimak kedua jawaban tersebut, maka alangkah baiknya jika anda perhatikan teks-teks dari kitab-kitab anda, boleh jadi anda akan memiliki pandangan lain;

1.Al-Masih alaihissalam berkata, “Jangan kalian kira aku datang untuk menebar kedamaian di muka bumi. Tidaklah aku datang kecuali untuk menebar kedamaian, tetapi pedang. Sungguh aku akan hunuskan pedang kepada seseorang yang melawan bapaknya, seorang puteri yang melawan ibunya, menantu melawan mertuanya, musuh manusia terhadap keluarganya. Siapa yang lebih mencintai bapak atau ibunya melebihi terhadapku, dia tidak berhak terhadap aku. Siapa yang mencintai putera puterinya lebih dari aku, maka dia tidak berhak terhadap aku. Siapa yang tidak mengambil salib dan mengikuti aku, maka dia tidak berhak terhadap aku. Siapa yang mendapati kehidupannya dia kehilangannya, dan siapa yang menyia-nyiakan kehidupannya demi aku, dia akan mendapati kehidupannya.” (Injil Matta, pasal 10, paragraph 35 dan sesudahnya)

2.Al-Masih alaihissalam berkata, “Siapa yang memiliki pedang, hendaknya dia mengambilnya. Siapa yang tidak memilikinya, hendaknya dia menjualnya dan membeli pedang.” (Lukas, 22/36,37)

3.Al-Masih alaihissalam berkata, “Adapun musuh-musuhku adalah mereka yang tidak menginginkan aku menguasai mereka. Bawalah mereka ke sini dan sembelihlah mereka di hadapanku.” (Lukas, 11)

Berikutnya dengarkanlah para cendikiawan non muslim, baik para penulis, sastrawan, pakar sejarah, apa yang mereka katakan; 

1.Thomas Carlel berkata dalam bukunya ‘Pahlawan dan ritual kepahlawanan’, ‘Tuduhan terhadapnya (Nabi Muhamad shallallahu alaihi wa sallam) bahwa dia menggunakan pedang untuk mengajak manusia menerima seruan dakwahnya adalah tuduhan serampangan yang tidak dapat dipahami. Karena, tidak dapat dipahami bahwa jika seseorang dihunuskan pedang kepadanya lalu dia masukkan pedangnya untuk dibunuh orang atau mereka menurutinya. Jika telah beriman kepadanya orang yang mampu memerangi musuhnya, maka sungguh berarti mereka telah beriman dengan sukarela dan jujur. Merekapun terancam diperangi oleh orang lain sebelum mampu melakukannya.” 

Lihat “Haqa’iqul Islam Wa Abathilu Khusumihi”, Abbas Aqad, hal. 227. 

2.Sejarawan Prancis, Gustav Lebon, dalam bukunya ‘Peradaban Arab’, berbicara tentang rahasia menyebarluasnya Islam di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan di zaman-zaman penaklukan sesudahnya, dia mengatakan, “Sejarah telah mencatat bahwa agama-agama tidak disebarluaskan dengan kekuatan. Maka, Islam pun tidak tersebar oleh pedang, tapi tersebar dengan dakwah semata. Dengan dakwah sematalah bangsa-banga yang tadinya menundukkan bangsa Arab jadi masuk Islam, seperti bangsa Mogol dan Turki. Al-Quran tersebarluas di India, yang hanya dilintasi saja oleh bangsa Arab, kini populasi kaum muslimin di sana lebih dari 500 juta jiwa. Begitupula di Cina, Islam tidak kurang menyebarnya, padahal bangsa Arab, tidak menundukkan satu daerah pun di sana. Anda akan saksikan di masa lain, cepatnya dakwah di sana. Kini populasi kaum muslimin di sana lebih dari 20 juta jiwa.

Apakah telah jelas bagi anda, sejauh mana tuduhan terhadap Islam?! Apakah telah jelas bagi anda, bagaimana para pendeta dan media masa telah memberikan informasi sesat?  

d. Yang saya tangkap, anda justeru ingin cuci tangan dari kenyataan bahwa agama andalah yang tersebar luas dengan pedang! Dan anda ingin mengesankan bahwa agama anda membawa misi kasih sayang! Semua itu tidak benar. Anda dapat menyimak contoh-contoh berikut dari realita anda;

1.Raja Olaf telah Menyembelih siapa yang menolak memeluk agama Nashrani di Norwgia. Dia potong tangan mereka, kaki mereka, lalu dia buang dan usir hingga Nashrani menjadi agama satu-satunya gi Negara tersebut.

2.Di gunung Aswad di Balkan, seorang pastur penguasa ‘Danial Peter Waftch memimpin operasi pembantaian terhadap orang-orang non masehi pada malam Natal.

3.Di Habasyah, raja Saif Ar’ad (1342-1370) mengekskusi siapa saja yang menolak masuk ke dalam agama Nashrani atau membuang mereka dari negeri tersebut.

4.Juga kita ketahui, bahwa orang-orang Nashrani lah, bukan Islam, yang membantai orang-orang Indian di Amerika.

5.Juga kita ketahui bahwa Nashrani lah yang mengusir bangsa Palestina dari tanah airnya dan kemudian diserahkan kepada musuuh bersama bagi Al-Masih dan Nabi Muhamad alaihimassalam.

6.Siapakah yang memantik perang dunia? Pada perang dunia pertama terbunuh tidak kuran dari 10 juta orang, sedangkan pada perang dunia kedua, tewas sekitar 70 juga orang..

7.Berapakah manusia yang terbunuh akibat bom atom yang dijatuhkan di kedua kota ‘Nagasaki’ dan ‘Hiroshima’ di Jepang?

8.Anda juga mengetahui kaum Nashrani dalam perang Salib, ketika mereka mengepung Baitul Maqdis dan memperketat pengepungan, lalu penduduknya sudah mengira bahwa mereka telah kalah, maka mereka meminta perlindungan kepada panglima perangnya ‘Tankard’, baik terhadap diri maupun harta mereka. Maka sang panglima menjanjikan keamanan bagi mereka dengan syarat mereka berlindung di Masjidil Aqsha sambil mengibarkan bendera damai. Maka penuhlah Masjidil Aqsha dengan orang tua, wanita dan anak-anak, lalu mereka disembelih bagaikan domba betina, hingga darah mereka mengalir dari tempat ibadah hingga mengenai lutut kuda, jalan-jalan penuh dengan mayat bergelimpangan serta bagian-bagaian tubuh yang terpotong dan tercabik-cabik. Para sejarawan menyebutkan bahwa yang terbunuh di dalam Masjidil Aqsha saja berjumlah 70 ribu orang. Para sejarawan barat tidak ada yang mengingkari peristiwa tercela ini.

9.Pada zaman kita sekarang ini adalah sebaik-baik saksi dari semua itu. Mereka telah menyerbu Afghanistan, lalu berpindah ke Irak untuk membinasakannya, mereka memerangi dan membunuh serta membuat kerusakan di muka bumi. Tokoh mereka bahkan berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan memerintahkan mereka untuk invasi Irak’ Maka nasehat Al-Masih yang sering mereka sebut-sebut dan agungkan itu?!

10.Bukankah Lorb Allenby, perwakilan tentara sekutu; Inggris,Prancis, Italia, Rumania, Amerika, pada tahun 1918 berdiri di Baitul Maqdis ketika mereka berhasil menguasainya di akhir perang besar pertama, seraya berkata, ‘Hari ini, telah selesai perang Salib.” 

11.Bukankah jenderal Goro, orang Prancis yang juga perwakilan tentara sekutu, saat masuk Damaskus dia berdiri di atas kuburan pahlawan muslim ‘Shalahudin Al-Ayyubi’ seraya berkata, “Wahai Shalahudin, kami telah kembali.”

12.Bukankah di Bosnia Herzegovenia, rumah-rumah diruntuhkan, darah ditumpahkan dan kehormatan dirampas atas nama salib?

13.Bahkan dimana mereka dengan kejadian yang terjadi di Checen dan hingga sekarang terjadi, juga di Afrika, Indonesia dan lainnya? Apakah mereka dapat mengingkari bahwa perang yang terjadi di Kosovo adalah perang salib? Bukankah Bush pada perang terakhir berkata, ‘Perang ini dapat menjadi perang salib.’.

Kejahatan dan pelanggaran-pelanggaran ini tidak terjadi pada jihad kaum muslimin terhadap musuh-musuh mereka. Mereka tidak membunuh kaum wanita, juga anak-anak dan orang tua. Layak untuk disimak pesan Abu Bakar Ash-Shidiq, ketika dia berkata kepada Usamah bin Zaid dan tentaranya;

 “Janganlah kalian berkhianat, menelikung, melampaui batas, mencabik-cabik mayat, membunuh anak kecil, orang tua, wanita, jangan tebang pohon korma, jangan tebang pohon berbuah, jangan sembelih kambing, sapi, onta keuali untuk dimakan. Jika kalian melewati kaum yang sedang total beribadah di tempat-tempat ibadah mereka, biarkan mereka dalam ibadah mereka.”

Lihat: ‘Mausu’ah Syubuhat An-Nashara Haulal Islam’ dan ‘An-Nabawiah’, Syekh Muhamad Abu Syahbah.

Adapun ucapan anda tentang harta, sesungguhnya perkara ini harus membuat malu orang yang menyebutkannya. Semua dunia tahu, siapakah mereka mendatangi Negara-negara miskin sambil membawa roti di tangan kanannya sementara tangan satunya lagi membawa injil! Seluruh dunia tahu, siapa yang di tangannya membawa pil obat dan sejumlah uang dollar sementara tangan lainnya membawa Injil! 

Akhirnya, sepertinya kami sudah tampilkan kekeliruan dari apa yang telah anda sampaikan tentang Nabi kami Muhamad shallallahu alaihi wa sallam. Dan tampaknya anda hanyalah korban media penipu sehingga anda berpendangan negative kepada orang yang tidak berhak dipandang negatif, lalu anda bisu terhadap mereka yang berhak dibeberkan kejahatannya. Ketahuilah bahwa Islam adalah agama dalil dan argumen, bukan agama tuduhan dan kepalsuan. Sadarilah dan ikutlah bergabung dalam rombongan para nabi dan orang-orang salih. Upayakan, jangan sampai anda mati kecuali di atas agama yang diyakini para Nabi dan Rasul, dia adalah tauhid. Upayakan anda bergabung dalam kafilah pengikut sebaik-baik agama dan syariat agama penutup.

Kami mohon kepada Allah semoga anda diberikan hidayah dan dilapangkan dada menerima Islam, juga semoga anda diperlihatkan kebenaran sebagai kebenaran dan diberikan karunia untuk dapat mengikutinya, lalu diperlihatkan kebatilan sebagai kebatilan dan diberikan karunia untuk menjauhinya.

Wallahul muwaffiq.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam