Alhamdulillah.
, segala puji bagi Allah.Allah Ta'ala berfirman:
"Sebelum mereka, telah mendustakan pula kaum Nuh, maka
mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila
dan dia sudah pernah diberi ancaman". Maka dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya:
"bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah
(aku)". Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air
yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah
air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut
Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. Yang berlayar dengan
pandangan mata Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).
Dan sesungguhnya telah Kami tinggalkan kapal itu sebagai tanda, maka adakah
orang yang mau mengambil pelajaran?" (Q.S. Al-Qamar: 9-15)
Ibnu Katsir berkata ketika menafsirkan ayat ini: "Dan sesungguhnya Kami
tinggalkan dia sebagai tanda,"
maksudnya sebagai pelajaran. Menurut pendapat lain, maksudnya adalah perahu
yang Allah tinggalkan sebagai tanda bagi orang setelah kaum Nuh agar mereka
mengambil pelajaran dari hal itu sehingga tidak mendustakan para Rasul. Berkata
Qatadah: "Allah meninggalkan perahu itu di Baqardi di negeri Jazirah
(satu tempat di negeri Iraq) sebagai pelajaran dan tanda sehingga bisa dilihat
oleh generasi awal dari ummat ini. Betapa banyaknya perahu selain perahu ini,
tetapi kemudian hancur menjadi abu."
Yang jelas bahwa yang dimaksud dengan penjelasan ini adalah sejenis perahu
itu.
Sebagaimana firman Allah:
"Dan satu tanda bagi mereka bahwa Kami membawa keturunan mereka dalam
perahu yang sarat muatan. Dan Kami ciptakan bagi mereka yang akan mereka tumpangi
seperti perahu itu." (Q.S. Yaasiin: 41-42)
Dan dalam ayat lain,
"Sesungguhnya kami, ketika air telah naik (sampai ke
gunung) kami bawa (nenek moyang) kalian ke dalam bahtera. Agar kami jadikan
peristiwa itu sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga
yang mau mendengar." (Q.S. Al-Haaqqah: 11-12)
Oleh karena itu, Allah mengatakan di sini
"adakah orang yang mau mengambil pelajaran".
Ucapan Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat "Dan kami tinggalkan
dia " mencakup tiga makna:
Pertama, maksudnya adalah Kami tinggalkan kisah ini sebagai pejaran
bagi orang setelahnya.
Kedua, maksudnya Kami tinggalkan perahu Nuh agar dilihat oleh ummat
setelahnya agar mereka mengambil pelajaran dari diselamatkannya orang-orang
mukmin oleh Allah dan dihancurkannya orang-orang kafir.
Ketiga, maksudnya adalah Kami tinggalkan sejenis perahu tersebut di
bumi dan Kami beritahukan kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran dari
nikmat Allah kepada mereka dan bagaimana Allah membiarkan hidup keturunan
Nuh dan orang mukmin setelah diselamatkan dengan perahu yang ada dan dikenal
ini. Berdasarkan itu semua maka tidaklah menyimpang dari syariat atau akal
ditemukannya perahu Nuh agar dilihat oleh generasi manusia setelah Nuh agar
menjadi tanda dan pelajaran bagi mereka. Akan tetapi perkara tentang apakah
perahu yang ditemukan ini adalah perahu Nuh, maka hal ini tidaklah berarti
bahwa setiap orang yang menemukan perahu lama lalu dianggap perahu Nuh yang
harus dipercaya pengakuannya. Wallahu a'lam.