Kamis 6 Jumadil Ula 1446 - 7 November 2024
Indonesian

Tata Cara Shalat Gerhana (Kusuf)

Pertanyaan

Bagaimana tata cara shalat gerhana (Kusuf)?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Diriwayatkan Bukhori, (1041) dan Muslim, (911) dan redaksi darinya dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

( إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ ، وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُم

“Sesungguhnya matahari dan bulan diantara tanda-tanda (kekuasaan) Allah, dimana Allah menakut-nakuti dengan keduanya kepada hamba-Nya. Keduanya tidak gerhana karena kematian salah seorang manusia. Kalau kamu semua melihat sesuatu (gerhana) maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah sampai tersingkap (gerhananya) dari kamu.

Diriwayatkan Bukhori, (1059) dan Muslim, (912) dari Abu Musa radhiallahu anhu berkata:

خَسَفَتْ الشَّمْسُ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ ، فَأَتَى الْمَسْجِدَ فَصَلَّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ رَأَيْتُهُ قَطُّ يَفْعَلُهُ ، وَقَالَ : ( هَذِهِ الْآيَاتُ الَّتِي يُرْسِلُ اللَّهُ لَا تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ؛ فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِه

“Terjadi gerhana matahari, maka Nabi sallallahu alaihi wa sallam berdiri dengan segera khawatir (terjadi) hari kiamat. Kemudian beliau mendatangi masjid dan shalat. Dan menunaikan shalat berdiri, rukuk dan sujud sangat lama belum pernah sama sekali saya melihat (sebelumnya). Dan beliau bersabda, “Tanda-tanda ini, dimana Allah mengirimkan bukan karena kematian seseorang juga bukan karena kelahirannya. Akan tetapi Allah menakut-nakuti hamba-Nya. Kalau kamu semua melihat sesuatu darinya, maka bersegeralah untuk berzikir, berdoa dan beristigfar kepada-Nya.

Kedua:

Tata cara menunaikan shalat gerhana, takbiratul ihram, membaca doa istiftah (pembuka) kemudian berlindung (dengan nama Allah), membaca Al-Fatihah, kemudian membaca dengan bacaan yang panjang. Kemudian ruku’ dengan ruku’ yang panjang.

Berdiri dari ruku’ seraya mengucapkan:

سمع الله لمن حمده ، ربنا ولك الحمد

“Allah mendengarkan orang yang memuji kepada-Nya. Tuhan kami dan hanya kepada-Nya segala pujian.

Kemudian membaca Al-Fatihah dan membaca bacaan yang panjang. Cuma lebih singkat dari yang pertama. Kemudian rukuk kedua kali, dan memperpanjang rukuknya. Dan lebih singkat dari rukuk pertama. Kemudian berdiri dari rukuk seraya mengucapkan:

سمع الله لمن حمده ، ربنا ولك الحمد

“Allah mengdengarkan orang yang memuji kepada-Nya. Tuhan kami dan hanya kepada-Nya segala pujian.

Dan berdiri lama sekali. kemudian sujud dua kali yang lama sekali. Dan memperpanjang duduk diantara dua sujud. Kemudian berdiri ke rakaat kedua. Dan menunaikan seperti pada rakaat pertama dengan adanya dua kali rukuk dan yang lainnya. Akan tetapi lamanya tidak seperti yang pertama pada semua (gerakan) yang dilakukan. Kemudian tasyahud dan salam.

Silahkan melihat ‘Al-Mugni karangan Ibnu Qudama, (3/323). Al-Majmu’ karangan Nawawi, (5/48).

Yang menunjukkan hal itu hadits Aisyah radhiallahu anha yang diriwayatkan Bukhori, (1046) dan Muslim, (2129) dari Aisyah istri Nabi sallallahu alihi wa sallam berkata:

خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ ، فَكَبَّرَ ، فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، ثُمَّ قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ.
فَقَامَ وَلَمْ يَسْجُدْ ، وَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ، هِيَ أَدْنَى مِنْ الْقِرَاءَةِ الْأُولَى .
ثُمَّ كَبَّرَ وَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، وَهُوَ أَدْنَى مِنْ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ .
ثُمَّ قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ.
ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ قَالَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِثْلَ ذَلِكَ .
فَاسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ، فِي أَرْبَعِ سَجَدَاتٍ ".

“(Terjadi) gerhana matahari pada zaman Nabi sallallahu alaihi wa sallam, maka beliau keluar ke Masjid dan membuat shaf orang dibelakangnya. Maka beliau takbir dan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam membaca dengan bacaan yang panjang. Kemudian takbir dan rukuk panjang. Kemudian membaca ‘سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ’ berdiri dan tidak sujud. Dan membaca dengan bacaan panjang. Ia lebih ringan dari yang pertama. Kemudian takbir dan rukuk yang panjang. Dan ia lebih ringan dari rukuk pertama. Kemudian mengucapkan:

سمع الله لمن حمده ، ربنا ولك الحمد

“Allah mengdengarkan orang yang memuji kepada-Nya. Tuhan kami dan hanya kepada-Nya segala pujian.

Kemudian sujud. Kemudian mengucapkan pada rakaat lainnya seperti (rakaat) pertama itu. Sehingga menjadi sempurna empat rakaat pada empat sujud.”

Wallahu’alam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam