Alhamdulillah.
Tidak selayaknya perasaan dan semangat kita dalam membela Kitab suci Allah mendorong keluar dari konteks ayat yang telah Allah Azza wa Jalla turunkan. Al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi kemanusiaan, mengentaskan mereka dari kegelapan syirik dan hawa nafsu menuju cahaya tauhid dan istikamah, memberikan petunjuk kepada mereka dengan petunjuk terbaik yang dengannya mereka akan bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Tujuan ini telah jelas disebutkan di dalam Kitab suci-Nya pada banyak ayat yang mulia, di antaranya firman Allah Azza wa Jalla,
الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
إبراهيم/1
“Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan pada cahaya (terang-benderang) dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim : 1).
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ . يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
المائدة/16
“Telah datang kepadamu untuk menjelaskan banyak hal dari (isi) kitab suci yang kamu sembunyikan dan membiarkan (tidak menjelaskan) banyak hal (pula). Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab suci207) yang jelas. Dengannya (kitab suci) Allah menunjukkan kepada orang yang mengikuti ridha-Nya jalan-jalan keselamatan, mengeluarkannya dari berbagai kegelapan menuju cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan kepadanya (satu) jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah : 15-16).
Siapa yang menetapkan kepada manusia bahwa Kitab yang mulia ini mencakup rincian segala sesuatu di dunia, dengan nama-nama dan sifat-sifatnya, atau sampai pada karakteristiknya yang dikenali, atau pembahasan semua ilmu duniawi, seperti kedokteran, ilmu falak, matematika dan lain sebagainya, maka telah mengaitkan sesuatu yang tidak ada di dalam Al-Qur’an Al-Karim, dan tidak sesuai dengan tujuan-tujuannya.
Dalam Tafsir Ar-Razi (Mafatih Al-Ghaib), 20/258, pada saat menafsirkan firman Allah Ta’ala,
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
النحل/89
“Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang Muslim.” (QS. An Nahl: 89)
Ilmu-ilmu yang bukan ilmu agama tidak ada kaitannya dengan ayat ini, karena seperti yang mendesak untuk diketahui bahwasanya Allah Ta’ala telah memuji Al-Qur’an karena mencakup ilmu-ilmu agama. Adapun yang tidak termasuk ilmu agama, tidaklah dipandang.”
Al-Allamah Muhammad Rasyid Ridha Rahimahullah mengatakan, “Sebagian orang ada yang mengatakan, ‘Sungguh Al-Qur’an mencakup ilmu alam semesta semuanya. Syaikh Muhyiddin bin Al-Arabi terjatuh dari keledainya sehingga kakinya patah. Beliau tidak mengizinkan orang-orang untuk menggendongnya, kecuali mereka menyebutkan ayat dalam surah Al-Fatihah tentang kejadian dirinya terjatuh dari keledainya sehingga kakinya patah.
Pendapat ini belum pernah diucapkan oleh salah seorang sahabat Nabi pun, para ulama kalangan tabi’in, para ulama generasi salafus shalih, dan tidak bisa diterima oleh seorang manusia pun, kecuali orang yang gampang terpengaruh untuk mengikuti apa saja yang didengar dan diucapkan. Mereka memandang bahwa apa saja yang telah ditulis oleh mereka yang sudah meninggal dunia di dalam buku-buku mereka adalah benar, meskipun tidak bisa diterima oleh akal, dan tidak ada petunjuk dalil naqli untuk itu, juga tidak ada petunjuk bahasa. Bahkan para ulama salaf berkata, ‘Sungguh Al-Qur’an tidak mencakup semua cabang-cabang hukum ibadah yang penting dengan petunjuk teks dan konteks. Akan tetapi, Al-Qur’an menetapkan kewajiban untuk mengikuti Rasulullah, sehingga ia menjadi petunjuk atas semua yang telah ditetapkan di dalam Sunah. Al-Qur’an juga menetapkan kaidah-kaidah Qiyas yang benar dan kaidah-kaidah lainnya, sehingga mencakup semua cabang dan bagiannya. Dan tidak ada sesuatu pun yang keluar dari agama.” (Tafsir Al-Manar, 7/330).
Dengan demikian, diketahui bahwa kejadian yang disebutkan dalam pertanyaan sebelumnya, bukanlah jawaban ilmiyah yang berdasarkan dalil yang jelas dari Al-Qur’an Al-Karim, akan tetapi lebih dekat pada kesia-siaan, mengubah firman Allah dari posisi semestinya. Apakah ada orang yang berakal mengatakan, “Sesungguh Al-Qur’an mencakup semua nama manusia, yang disebutkan oleh orang Arab dengan lisan mereka, apalagi nama yang non Arab, tanpa memakai bahasa Arab ?!”
Tidak diragukan lagi bahwa orang yang mengklaim hal itu, atau membebani dirinya dengan hal itu, maka ia telah membebani dirinya dengan sesuatu yang tidak ia ketahui dan pendapat yang serius tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan jika benar ada orang yang mengatakan itu dari kalangan ulama atau yang menisbatkan dirinya sebagai ulama, maka janganlag kita mengira bahwa yang dimaksudkannya adalah mengemukakan dalil yang selayaknya dan menyatakan bukti (hujah) yang sesuai tuntutannya, akan tetapi lebih pada basa-basi dan membungkam lawan bicara, meskipun tidak dengan argumentasi yang tidak lurus.”
Wallahu A’lam.