Jum'ah 21 Jumadil Ula 1446 - 22 November 2024
Indonesian

Allah Merinci Malam Lailatul Qadri dari Lauh Mahfudz Kepada Para Malaikat Pencatat Semua Kehendak Allah Pada Tahun Tersebut

233677

Tanggal Tayang : 26-06-2016

Penampilan-penampilan : 9820

Pertanyaan

Apa arti dari: “Karena Allah telah menuliskan rizeki dan semua urusan para hamba-Nya, dan para malaikat mengambil lembaran-lembaran takdir untuk jangka waktu satu tahun penuh pada malam lailatu qadr tahun ini sampai malam lailatul qadr pada tahun depan, tidak ada orang mulia atau orang hina kecuali Allah telah menuliskannya dalam satu tahun penuh”.
Pada saat para malaikat mengambil lembaran-lembaran takdir, apa yang mereka lalukan apakah mereka membukanya ?, apakah para malaikat mengetahui hal ghaib yang terjadi pada tahun tersebut, apakah hal itu termasuk pengetahuan Allah atau seperti apa ?

Ringkasan Jawaban

Kesimpulan: Bahwa Allah –Ta’ala- menginformasikan kepada sebagian malaikat-Nya (malaikat pencatat) tentang apa yang akan terjadi pada tahun tersebut dan menyuruh mereka untuk menyalin dari lauhil mahfudz. Adapun selebihnya dari mulai pemberian kepada setiap malaikat lembaran yang menjadi tugasnya, maka hal itu tidak ada dalil yang menguatkannya. Wallahu Ta’ala A’lam.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Allah –Ta’ala- berfirman:

( إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ) الدخان/ 3، 4

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”. (QS. Ad Dukhon: 3-4)

Bahwa Allah telah menyuruh para malaikat penulis untuk menyalin apa yang akan terjadi dalam satu tahun dari lauhil mahfudz, demikianlah yang diriwayatkan oleh sebagian generasi salaf dan para ahli tafsir.

Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dalam tafsirnya (18527) dari Ibnu Abbas bahwa dia berkata tentang firman Allah:

(فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ)

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”. (QS. Ad Dukhon: 4)

Dia berkata:

“Ditulis (disalin) dari ummul kitab pada malam lailatul qadar dalam kurun waktu satu tahun, tentang rizeki, kematian, kehidupan, atau hujan, termasuk tentang seseorang yang naik haji, fulan ini berangkat haji, fulan ini juga berangkar haji”.

Al Hakim (3678) telah meriwayatkan dan menshahihkannya dari Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhuma- berkata:

“Sungguh kamu akan melihat seseorang yang berjalan di pasar sedangkan namanya telah masuk dalam daftar nama yang telah meninggal dunia, kemudian beliau membaca:

( إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ، إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ)

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”. (QS. Ad Dukhon: 3-4)

Maksudnya adalah pada malam lailatul qadar, pada malam itu urusan dunia diperinci dalam jangka waktu yang sama untuk yang akan datang”.

Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata:

“Yaitu, pada malam lailatul qadar diperinci dari lauhil mahfudz kepada para malaikat penulis urusan selama satu tahun ke depan, dalam hal ajal, rizeki, dan apa saja sampai terakhir, demikianlah yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Abu Malik, Mujahid, Dhahhak dan lain sebagainya dari generasi salaf. Firman Allah (حكيم  ) adalah berarti muhkam (tetap) tidak bisa berubah”. (Tafsir Ibnu Katsir: 7/246) dan yang serupa dengannya perkataan Ath Thahir bin Asyur dalam At Tahrir wa Tanwir: 6/422 dan Syeikh Ibnu Utsaimin dalam Fatawanya: 20/344.

Kedua:

Tidak ada yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah. Dia berfirman:

( قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ) النمل/65 .

“Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan”. QS. An Naml: 65)

Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata:

“Allah –Ta’ala- berfirman kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- agar berkata sebagai pengajar kepada semua makhluk, bahwa tidak seorang pun yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah –‘Azza wa Jalla- karena hanya Dia saja yang Maha Mengetahui hal itu tidak ada sekutu bagi-Nya”. (Tafsir Ibnu Katsir: 6/207)

Akan tetapi Allah –Ta’ala- memberitahukan kepada siapa saja dari makhluk-Nya yang dikehendaki oleh-Nya, tentang apa saja yang dikehendaki oleh-Nya dari hal ghaib yang ada, Allah berfirman:

( عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا * إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا ) الجن/26،27 .

“ (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. (QS. Al Jinn: 27-28)

Ulama Lajnah Daimah lil Ifta’ berkata:

“Ilmu ghaib itu menjadi kekhususan Allah dan tidak seorang pun dari makhluk-Nya yang mengetahuinya, tidak juga dari bangsa Jin maupun yang lainnya, kecuali apa yang diwahyukan oleh Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari para malaikat atau para Rasul-Nya”. (Fatawa Lajnah Daimah: 1/346)

Maka yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa para malaikat yang menyalin (takdir) tentang apa yang akan terjadi secara umum, bahwa Allah –Ta’ala- memberitahukan kepada malaikat penulis tentang apa saja yang akan terjadi selama satu tahun, dan Dia menyuruh mereka untuk menyalin dari Lauhil Mahfudz.

An Nawawi –rahimahullah- berkata:

“Para ulama berkata: “Dinamakannya lailatul qadri dengan lailatul qadri; karena para malaikat menuliskan takdir, rizeki, dan ajal yang akan terjadi pada tahun tersebut, seperti firman Allah:

(فيها يفرق كل أمر حكيم)

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”. (QS. Ad Dukhan: 4)

Dan firman Allah –Ta’ala-:

(تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ ربهم من كل أمر)

"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”. (QS. Al Qadr: 4)

Maksudnya adalah bahwa dinampakkan kepada para malaikat apa yang akan terjadi di dalamnya, dan memerintahkan mereka agar melakukan apa yang menjadi tugas mereka, dan semua itu sesuai dengan ilmu Allah dan takdir-Nya yang telah terdahulu”. (Syarhu Nawawi ‘ala Muslim: 8/57)

Ketiga:

Sebagian ulama telah menyebutkan bahwa Allah –Ta’ala- memerintahkan kepada para malaikat pencatat, jika mereka sudah selesai mencatat apa yang akan terjadi pada tahun itu, Dia memerintahkan kepada mereka agar memberikan kepada setiap malaikat apa yang menjadi haknya dari lembaran-lembaran tersebut, akan tetapi mereka tidak menyebutkan dalil akan hal itu.

Syeikh Muhammad Amin Asy Syinqithi –rahimahullah- berkata:

“Dan penjelasan ayat tersebut adalah bahwa Allah –Tabaraka wa Ta’ala- pada setiap malam telah mentakdirkan untuk jangka waktu satu tahun dengan menjelaskan kepada para malaikat, dan menuliskan untuk mereka dengan rinci dan dengan jelas apa yang akan terjadi pada tahun itu sampai malam lailatul qadar pada tahun berikutnya.

Maka menjadi jelas dalam takdir tersebut tentang ajal manusia, rizeki, kemiskinan, kekayaan, suburnya (tanah) dan tandusnya, kesehatan dan masa sakit, peperangan dan gempa dan semua yang terjadi pada satu tahun tersebut apapun itu.

Az Zamakhsyari dalam Al Kasysyaf berkata:

“Dan arti dari "يفرق" adalah merinci dan mencatat, “كل أمر حكيم  “ dari semua rizeki semua makhluk dan ajal mereka dan semua urusan mereka dalam satu tahun tersebut sampai tahun depan.

Sampai beliau berkata: “Maka lembaran rizeki diberikan kepada Mikail, dan lembaran peperangan kepada Jibril, demikian juga dengan gempa, halintar, pembenaman ke bumi, lembaran amal diberikan kepada Ismail yang berada di langit pertama, ia adalah malaikat yang agung, dan lembaran kematian diberikan kepada malaikat maut

Maksud kami adalah menjelaskan makna ayat, tidak mengharuskan kebenaran pendistribusian lembaran-lembaran tersebut kepada para malaikat yang telah disebutkan sebelumnya; karena kami tidak mengetahui hal itu ada sanadnya”. (Adhwa’ul Bayan: 7/271)

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam