Ahad 21 Jumadits Tsani 1446 - 22 Desember 2024
Indonesian

Perbedaan Antara Nabi dan Rasul

276445

Tanggal Tayang : 06-08-2024

Penampilan-penampilan : 1139

Pertanyaan

Apakah disana ada perbedaan antara Nabi dan Rasul? Terimakasih

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Para ahli ilmu dalalm hal itu ada perbedaan, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa tidak ada perbedaan antara Nabi dan Rasul. Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa disana ada perbedaan antara Nabi dan Rasul, dan ini yang benar. Karena asalnya dalam perkataan itu taksis (membuat yang baru) bukan ta’kid (penekanan atau penguatan).

Abu Al-Baqa’  al-Kafawi dalam kitab ‘Al-Kulliyat’ (hal. 1062) mengatakan,”Permulaan itu lebih utama dibandingkan dengan penguatan. Karena mendapatkan manfaat itu lebih utama dibandingkan dengan mengulangi. Selesai

Kemudian mereka berbeda pendapat tentang ketentuan perbedaan ini dan penjabarannya.

Pendapat yang paling terkenal tentang hal itu adalah bahwa Nabi dan Rasul keduanya mendapatkan wahyu, Cuma Rasul diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikannya sementara Nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikannya.

Al-Khottobi dalam kitab ‘A’lamul Hadits’, (1/298) mengatakan,”Perbedaan antara Nabi dan Rasul. Bahwa Nabi itu yang diberikan berita besar dari yang memberi berita. Kata ‘Fail yang mempunyai arti ‘Maf’al’ sementara Rasul adalah yang diperintahkan untuk menyampaikan apa yang diberitakan kepadanya. Maka setiap Rasul itu Nabi dan tidak setiap Nabi itu Rasul. Selesai

Ibnu Hajar dalam kitab ‘Fathul Barie’, (11/112) mengatakan,”Al-Qurtubi mengikuti ulama’ lainnya mengatakan,”Ini adalah hujjah bagi orang yang berpendapat yang tidak memperbolehkan menukil hadits dengan maknanya. Dan ini adalah pendapat yang benar dari mazhab Maliki. Karena kata ‘Nubuwwah dan Risalah itu berbeda pada asal penempatannya.

Karena kata nubuwwah dari kata ‘naba’ yaitu kabar. Maka Nabi dalam kebiasaan adalah yang diberi kabar dari sisi Allah dengan suatu urusan yang mempunyai beban kewajiban. Kalau diperintahkan untuk menyampaikan kepada yang lainnya maka dia adalah Rasul. Kalau tidak seperti itu maka ia termasuk Nabi bukan Rasul. Dari sini maka setiap Rasul itu Nabi tidak sebaliknya. Maka Nabi dan Rasul itu bersama dalam urusan umum, yaitu berita besar. Dan berbeda dalam risalahnya. Kalau anda mengatakan,”Seseorang itu Rasul, maka mengandung dia Nabi dan Rasul. Kalau anda mengatakan,”Fulan (seseorang) itu Nabi, maka tidak harus dia itu seorang Rasul. Selesai

Ibnu al-Mulaqin dalam kitab ‘Al-Mu’in ‘ala Tafahumil Arba’in’ (hal. 39) mengatakan,”Kata ‘Ar-Rusul’itu plural dari kata ‘Rasul’ yaitu orang yang diperintahkan untuk menyampaikan wahyu kepada para hamba, dan ia lebih khusus dibandingkan dengan Nabi. Karena ia adalah yang diberi wahyu kepadanya dan mengamalkan serta menyampaikannya. Berbeda dengan Nabi, maka dia adalah yang diberi wahyu untuk mengamalkan saja. Selesai

Diantara mereka ada yang berpendapat keduanya (Nabi dan Rasul) diberi wahyu dan keduanya juga diperintahkan untuk menyampaikannya. Cuma Rasul itu mendapatkan kitab dari sisi Allah. Diantara mereka ada yang mengatakan Rasul itu yang diturunkan kitab kepadanya atau Malaikat mendatanginya sementara Nabi itu diberi wahyu atau dia mengikuti Rasul lainnya.

Al-‘Ainy dalam kitab ‘Al-Binayah Syarkh Al-Hidayah, (1/116) mengatakan,”Perbedaan antara Rasul dan Nabi adalah bahwa Rasul itu orang yang diutus untuk menyampaikan wahyu dan bersamanya Kitab. Sementara Nabi itu adalah orang yang diutus untuk menyampaikan wahyu secara umum. Baik bersamanya Kitab atau tanpa kitab. Begitu yang disampaikan oleh Syekh Qawamuddin Al-Atrozi dalam kitab ‘Syarkhuhu (penjelasannya)….

Kemudian beliau mengatakan,”Yang benar disini adalah bahwa Rasul itu orang yang diturunkan kepadanya Kitab atau orang yang didatangi oleh Malaikat. Sementara Nabi itu orang yang mendapatkan mandat tentang hukum-hukum atau mengikuti Rasul lainnya. Selesai

Mungkin yang terbaik dikatakan dalam kesempatan ini adalah bahwa Nabi dan Rasul keduanya mendapatkan wahyu,yang menunjukkan akan hal itu adalah firman Allah ta’ala:

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا

النساء /163

“Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya. Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunan(-nya), Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Kami telah memberikan (Kitab) Zabur kepada Daud.” QS. An-Nisa’: 163

Begitu juga keduanya diperintahkan untuk menyampaikannya. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

الحج /52

“Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Nabi Muhammad), kecuali apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan (godaan-godaan) ke dalam keinginannya itu. Lalu, Allah menghapus apa yang dimasukkan setan itu, kemudian Allah memantapkan ayat-ayat-Nya (dalam hati orang-orang beriman). Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana,” QS. Al-Hajj: 52

Syekh As-Syinqithi dalam tafsirnya ‘Adhwaul Bayan, (5/29) mengatakan,”Ayat di surat Al-Hajj ini menjelaskan apa yang terkenal dalam perbincangan dikalangan ahli ilmu bahwa Nabi adalah orang yang diberi wahyu dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya sementara Rasul adalah yang yang diberi wahyu dan diperintahkan untuk menyampaikan apa yang diwahyukan kepadanya itu tidak benar. Karena firman Allah Ta’ala:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ

“Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Nabi Muhammad), QS. Al-Hajj: 52.

Menunjukkan bahwa keduanya itu utusan meskipun begitu antara keduanya ada perbedaan.

Sebagian yang lainnya mengungkapkan bahwa Nabi itu adalah Rasul diberikan kepadanya dan syareat secara independen. Disertai dengan mukjizat untuk menetapkan kenabiannya. Bahwa Nabi yang diutus itu bukan Rasul adalah orang yang tidak diberi kitab. Akan tetapi diberi wahyu untuk mengajak manusia kepada syareat Rasul sebelumnya. Seperti para Nabi dari kalangan Bani Israil dimana mereka diutus dan diperintahkan untuk mengamalkan apa yang ada dalam Taurat. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah dengan firman-Nya:

يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا الْآيَةَ

‘yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah. QS, Al-Maidah: 44. selesai

 

Keduanya ada perbedaan bahwa Rasul itu diperintahkan untuk menyampaikan Risalah kepada umat diantara umat-umat yang mendustakannya. Sementara Nabi diperintahkan untuk menyampaikan dan berdakwah. Dimana disana tidak ada risalah secara independen kepada umat baru diantara umat yang mendustakannya.

Syeikhul Islam dalam kitab ‘An-Nubuwwat, (2/714) mengatakan,”Maka Nabi itu adalah orang yang diberi berita (wahyu) dari Allah dia yang memberitahukan dari apa yang Allah beritahukan kepadanya. Kalau dia diutus kepada orang yang menyalahi perintah Allah untuk menyampaikan Risalah dari Allah kepadanya, maka dia adalah Rasul.

Sementara kalau dia mengamalkan dengan syareat umat sebelumnya. Dan dia tidak diutus kepada seseorangpun untuk menyampaikan Risalah dari Allah, maka dia adalah Nabi. Bukan Rasul. Allah ta’ala berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلا نَبِيٍّ إِلاَّ إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ في أُمْنِيَّته

 الحج/52 .

“Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Nabi Muhammad), kecuali apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan (godaan-godaan) ke dalam keinginannya itu.QS. Al-Hajj: 52

Firman-Nya:

مِنْ رَسُولٍ وَلا نَبِيّ  

“Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi.

Disebutkan utusan mencakup kedua macam (Nabi dan Rasul) dimana salah satunya dikhususkan bahwa dia adalah Rasul. Maka dia adalah Rasul secara umum yang diperintahkan untuk menyampaikan Risalah-Nya kepada orang yang menyelisihi Allah seperti Nuh. Telah ada dalam kitab yang shoheh bahwa beliau adalah Rasul pertama kali yang diutus kepada penduduk bumi. Dimana sebelumnya telah ada para Nabi. Seperti Syisy dan Idris alaihimas salam. Dan sebelumnya Nabi Adam dahulu sebagai Nabi yang (langsung diajak berbicara oleh Allah). Ibnu Abbas mengatakan bahwa rentang waktu antara Adam dan Nuh itu 10 kurun semuanya dalam kondisi keislaman.

Maka mereka adalah para Nabi yang mendapatkan wahyu dari Allah dengan apa yang mereka lakukan. Dan orang-orang mukmin diperintahkan apa yang ada pada dirinya. Dikarenakan mereka telah mengimaninya. Sebagaimana pelaku syareat satu menerima apa yang disampaikan oleh para ulama’ dari seorang Rasul.

Begitu juga para Nabi dari kalangan Bani Israil mereka diperintahkan dengan syareat Taurat, salah satu diantara mereka diberikan wahyu secara khusus pada permasalahan tertentu. Akan tetapi mereka dalam syareat Taurat seperti seorang ahli ilmu yang difahamkan oleh Allah pada suatu permasalahan. Arti yang sesuai dengan Al-Qur’an. Sebagaimana Allah fahamkan Nabi Sulaiman dalam menghukumi suatu perkara yang diputuskan oleh beliau dan Nabi Dawud.

Maka para Nabi itu yang diberi kabar oleh Allah dan mereka diberi tahu dengan perintah dan larangan-Nya serta berita-Nya. Dan mereka memberitahukan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang Allah beritahukan kepadanya suata kabar, perintah dan larangan.

Kalau mereka diutus kepada orang-orang kafir dan mengajak mereka kepada ketauhidan kepada Allah, dan beribadah kepada-Nya semata tanpa menyekutukan bagi-Nya. Dan para Rasul pasti ada kaum yang mengingkarinya. Allah ta’ala berfirman:

كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُون

 الذاريات/52

‘Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila". QS. zariyat: 52]

Dan firman-Nya:

مَا يُقَالُ لَكَ إِلاَّ مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ

 فصلت/43

“Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. QS. Fusilat: 43

Maka para Rasul itu diutus kepada orang yang menyelisihinya dan sebagian diantara mereka ada yang mendustakannya. Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا أَفَلَا تَعْقِلُونَ (109) حَتَّى إِذَا اسْتَيْأَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ. يوسف/109- 110

“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?. Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa. QS. Yusuf: 109-110.

Allah berfirman:

إِنّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنا والَّذِينَ آمَنُوا في الحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأَشْهَادُ

غافر/51

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). QS. Gofir: 51

Maka firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلا نَبِيٍّ

الحج/52 .

“Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Nabi Muhammad).QS. Al-Hajj: 52

Sebagai dalil bahwa Nabi itu diutus. Dan tidak dinamakan Rasul ketika disebutkan secara umum. Karena dia tidak diutus kepada suatu kaum yang mereka tidak mengetahuinya. Akan tetapi dia memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang mereka ketahui itu adalah suatu kebenaran. Seperti orang yang berilmu (‘alim).

Oleh karena itu Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

العلماء ورثة الأنبياء

 “Para ulama’ itu adalah pewaris para Nabi.

Bukan merupakan syarat sebagai seorang Rasul itu membawa syareat baru. Karena sesungguhnya Yusuf dahulu dalam agama Ibrohim, Dawud dan Sulaiman dimana keduanya adalah seorang Rasul dan keduanya dalam syareat Taurat. Allah ta’ala berfirman tentang orang mukmin dari keluarga Fir’aun:

وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ في شَكّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولاً

 غافر/34

“Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. QS. Gofir: 34. Selesai

wallahua’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam