Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

Nasab Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam-

Pertanyaan

Saya pernah dengar bahwa ada perbedaan pendapat tentang nasab Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pada nama Ilyas. Ada yang berkata bahwa beliau Alyas, atau Liyas. Saya mohon anda menyebutkan siapa yang menguatkan pendapat masing-masing dan menyebutkan pendapat yang paling kuat dari pendapat para ulama.

Ringkasan Jawaban

Ilyas termasuk kelompok nasabnya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang shahih, yang dikenal dan telah disepakati. Tidak ada perbedaan dalam hal ini. Akan tetapi perbedaan pada pengucapannya, apakah “Ilyas” dibaca I, atau “Alyas” pake A, sesuai dua pendapat ulama. Ini masalah yang luwes, sebagaimana yang dijelaskan. Adapun yang tanpa huruf hamzah sama sekali, seperti yang ada pada soal: “Liyas” maka kami tidak mengetahui ada seseorang yang mengatakannya atau ulama yang menyatakannya.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah anak Adam yang paling mulia dan paling utama nasabnya, dari ayah dan ibunya, sebagaimana dikenal dan ditetapkan oleh para ulama, baik ulama khusus atau umum.

Muslim (2276) telah meriwayatkan, Watsilah bin Asqa’ berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ، وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

“Sungguh Allah telah memilih Kinanah dari anak Ismail, dan memilih Qurasy dari Kinanah, dan telah memilih Bani Hasyim dari Qurasy, dan telah memilih aku dari Bani Hasyim.”

Dan nasab beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada Adnan telah disepakati. Adapun nasab beliau antara Adnan ke Ismail bin Ibrahim –‘alaihima salam- terdapat perbedaan pendapat.

Adz Dzahabi –rahimahullah- berkata:

“Beliau (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib, dan nama Abdul Mutthalib adalah Syaibah, bin Hasyim dan namanya ‘Amr, bin Abdu Manaf dan namanya Al Mughirah, bin Qushai dan namanya Zaid, bin Murrah, bin Ka’ab, bin Lu’ay bin Ghalib, bin Fihr, bin Malik, bin An Nadhr, bin Kinanah bin Khuzaimah, bin Mudrikah dan namanya ‘Amir bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar bin Ma’add bin Adnan, dan Adnan termasuk anak Ismail bin Ibrahim –shallallahu ‘alaihima wa ‘ala nabiyyina wa sallam- sesuai dengan ijma ulama.

Namun para ulama berbeda pendapat antara Adnan dan Ismail, dikatakan: “Di antara keduanya ada 9 ayah”. Mereka berbeda pendapat pada nama-nama sebagian ayah tersebut. Ada yang berpendapat, “di antara keduanya ada 15 ayah”, dan dikatakan: “Di antara keduanya ada 40 ayah. Ini pendapat yang jauh dari kebenaran, tapi ada sekelompok orang Arab berpendapat demikian.”

Adapun Urwah bin Zubair berkata: “Orang yang mengaku tahu siapa nasab setelah Adnan dan Qahthan dia berdusta”.

Abul Aswad, Yatim Urwah: “Saya telah mendengar Abu Bakar bin Sulaiman bin Abu Hatsmah, termasuk tokoh Quraisy dengan nasab-nasab dan sya’ir-sya’irnya berkata:

“Kami tidak mendapatkan seseorang yang mengetahui nasab setelah Ma’d bin Adnan di dalam sya’ir dan juga ilmu seorang ulama”.

Abu Amr bin Abdul Barr berkata: “Yang pendapat para ulama terkemuka dalam masalah ini adalah: Bahwa Adnan bin Adid, bin Muqawwim, bin Nahur, bin Tiirh, bin Yu’rab, bin Yasyjab, bin Nabit, bin Ismail, bin Ibrahim Al Khalil bin Aazar, dan namanya adalah Taarih, bin Nahur, bin Saruh, bin Ra’uu, bin Falikh, bin ‘Aibir, bin Syalikh, bin Arfakhsyadz, bin Saam, bin Nuh –‘alaihis salam- bin Laamik, bin Matusylakh, bin Khonukh, bin Yarid, bin Mihliil, bin Qinan, bin Yaanisy, bin Syits, bin Adam, bapak manusia –‘alaihis salam-.

Inilah yang telah menjadi pegangan Muhammad bin Ishak di dalam sirah, tapi murid-murid beliau berbeda pendapat dengan beliau pada sebagian nama”.

Ibnu Sa’ad berkata: “Yang menjadi pedoman dalam masalah ini menurut kami adalah menahan diri pada nama-nama setelah Adnan sampai Ismail”. (As Siyar: 1/143-145)

Al Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata: “At-Thabrani telah meriwayatkan dengan sanad yang bagus, dari ‘Aisyah berkata: “Nasabnya manusia yang dipercaya sampai pada Ma’ad bin Adnan”. (Fathul Baari: 6/529)

Imam Ibnu Hibban –rahimahullah- berkata:

“Nasab Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang dapat dibenarkan adalah sampai Adnan. Sesudah Adnan, saya tidak mempunyai sanad yang benar yang menjadi rujukan. 

Yaitu: Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, bin Abdullah, bin Abdul Mutthalib –dan namanya Abdul Mutthalib Syaibah-, bin Hasyim –dan namanya Hasyim ‘Amr-, bin Abdu Manaf –dan namanya Abdu Manaf Al Mughirah-, bin Qushai –dan namanya Qushai Zaid-, bin Kilab –namanya Al Muhadzab-, bin Murrah, bin Ka’ab, bin Lu’ay, bin Ghalib, bin Fihr, bin Malik, bin An Nadhr –namanya Quraisy-, bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma’id, bin Adnan.

Sampai sini nasab beliau tidak ada khilafiyah, dan dari Adnan ke atas mereka berbeda pendapat sampai Ibrahim”. (As Siirah An  Nabawiyah wa Akhbar al Khulafa’: 1/39)

Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata: “Beliau adalah Abul Qasim, Muhammad, bin Abdullah, bin Abdul Mutthalib –namanya adalah Syaibah Al Hamd-, bin Hasyim –namanya ‘Amr-, bin Abdu Manaf –namanya Al Mughirah-, bin Qushay –namanya Zaid- bin Kilab, bin Murrah, bin Ka’ab, bin Lu’ay, bin Ghalib, bin Fihr, bin Malik, bin An Nadhr, bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhorr, bin Nizar, bin Ma’id, bin Adnan.

Sampai di sini berakhir nasab yang benar yang tidak ada keraguan di dalamnya”. (As Sirah: 4)

Perhatikan juga;  Dalail an Nubuwwah karya Al Baihaqy (1/177), Syaraf Al Musthafa karya Abu Sa’d An Naisabury (2/12), A’lam An Nubuwwah karya Al Mawardi (hal.202), Al Iktifa’ karya Al Kila’iy (1/8), ‘Uyun al Atsar karya Ibnu Sayyid an Nas: (1/26), As Sirah an Nabawiyyah karya Ibnu Katsir (1/20).

As Suhailiy –rahimahullah- berkata: Ilyas: Ibnu Al Anbary berkata tentangnya: “Ilyas” dibaca kasrah (hamzahnya), dia membacanya sama dengan nama  Nabi Ilyas –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Dia pun berkata terkait akar katanya, di antaranya: Di antaranya dari kata Fi’yaalan dari kata Al Alsi, artinya yang tertipu. Ada juga yang berpendapat dari  Al Alsi artinya, orang yang akalnya tidak jernih, atau If’aalun dari ucapan mereka: “Rajulun Alyasu” yaitu; orang berani dan tidak kabur.

Dan pendapat selain pendapat Ibnul Anbary lebih tepat, yaitu bahwa dia adalah Al Yasu, yang artinya adalah lawan dari harapan, huruf lam-nya dalah laam at-ta’rif dan huruf hamzahnya adalah hamzah washol. Demikian dikatakan oleh Qasim bin Tsabit di dalam Ad Dalail”. (Diringkas dari Ar Raudh Al Anf, 1/57).

Al Qasthalany berkata di dalam Al Mawahib Al Laduniyyah (1/61):

“Ilyas, hamzahnya dibaca kasrah menurut Ibul Anbary, dan dibaca  fathah menurut Qosim bin Tsabit, makananya adalah lawan kata dari Ar Rajaa (harapan) dan huruf laam nya adalah lam ta’rif dan huruf hamzahnya adalah hamzah washal”.

Az Zarqani berkata di dalam Syarh Al Mawahib (1/147):

“Ilyas dibaca kasrah i, dikenal dalam Sirah Mughlathy namanya Habib. Disebut dalam Al Khomis: dinamakan dengan Ilyas, karena ayahnya sudah tua dan belum dikaruniai anak, lalu punya anak dalam usia tua dan suasana putus asa, maka dinamakan dengan Ilyas. Dan julukannya adalah Abu Amr”.

Kesimpulan:

Bahwa Ilyas termasuk nasabnya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang benar dan telah dikenal serta disepakati. Tidak ada perbedaan di sini.

Hanya saja perbedaannya pada penyebutannya, apakah dibaca Ilyas atau Alyas, sesuai dengan dua pendapat para ulama. Masalah ini mudah seperti yang telah dijelaskan.

Adapun yang tanpa huruf hamzah sama sekali, sebagaimana yang ada pada soal di atas, yaitu; Liyas, maka kami belum mengetahui ada seseorang yang telah menyebutkannya, atau dinyatakan oleh seorang ulama.

Wallau A’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam