Kamis 6 Jumadil Ula 1446 - 7 November 2024
Indonesian

Mendoakan Secara Ghoib Kepada Saudaranya Yang Muslim, Kemudian Memberitahukan Setelah itu.

Pertanyaan

Kalau saya katakan kepada orang yang saya doakan secara ghoib (di luar sepengetahuannya), bahwa saya telah mendoakannya, apakah hal itu mengurangi pahala? Atau ada seseorang bertanya kepadaku apakah kamu doakan saya, saya menjawab ya dan saya minta yang sama kepadanya

Alhamdulillah.

Pertama: Doa seorang muslim kepada saudaranya dengan tidak diketahui (ghoib) termasuk dianjurkan dalam agama

Dalam agama sangat menganjurkan seorang muslim mendoakan sebagain ke sebagian orang Islam lainnya secara tidak diketahui (ghoib), sebagaimana dalam hadits Abu Darda’ berkata, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْل   رواه مسلم (2732)

“Tidaklah seorang hamba muslim mendoakan saudaranya secara sembunyi (ghoib) melaikan ada malaikat yang mengatakan ‘Untukmu semisal itu’. HR. Muslim, (2732)

Qodhi Iyyad rahimahullah mengatakan, “Dia mendapatkan pahala seperti apa yang dia doakan kepadanya. Karena dia telah mendoakan orang lain. maka dia telah melakukan dua amalan kebaikan, salah satunya adalah mengingat kepada Allah secara ikhlas kepadanya. Dan fokus dengan lisan dan hatinya kepadanya. Kedua, kesenangan dia kepada kebaikan untuk saudaranya orang muslim dan doanya kepadanya. Ia termasuk amalan kebaikan untuk orang muslim yang diberi pahalanya. Dan hal itu telah ditegaskan termasuk doa yang dikabulkan sebagaimana yang ada dalam hadits. Selesai dari kitab ‘Ikmalul Mu’allim, (8/228).

Hadits ini telah mengikat keutamaan ini dengan cara berdoa secara ghoib (sembunyi). Kalau dia memberitahukan kepada saudaranya muslim dengan prilaku ini, apakah membatalkan keutamaan dan pahala ini?

Dalam kaidah syari’ah bahwa suatu amalan tergantung dari tujuan pelaku dan niatannya. Sebagaimana  sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى    (رواه البخاري (1)، ومسلم (1907)

“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatannya. Dan setiap orang tergantung apa yang diniatkan.” HR. Bukhori, (1) dan Muslim, (1907).

Pemberitahuan orang yang didoakan secara tidak diketahui (ghoib) kepadanya dengan mendoakan untuk kebaikannya.

Dari sini, bahwa pemberitahuan seseorang kepada saudaranya akan hal itu mempunyai beberapa tujuan. Kalau dia bertujuan menampakkan keutamaan dan kelebihan kepada orang yang didoakan, maka menampakkan kelebihan itu termasuk dosa besar. Bisa jadi amalan itu terhapus dari pemiliknya dengan menampakkan kelebihan kepadanya.

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Apa yang terlintas setelah menunaikan suatu ibadah, hal itu tidak berdampak apapun. Kecuali kalau di dalamnya ada permusuhan dengan menyebut-nyebut kebaikan dan menyakitinya dengan memberikan shodaqah. Karena hal ini termasuk permusuhan sehingga pahala setara dengan dosa sehingga dapat membatalkannya. Berdasarakan firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima). QS. Al-Baqarah: 264

Selesai dari ‘Al-Qoul Mufid, (2/126).

Terkadang memberitahukan amalan sholeh ini mendapatkan pahala bagi orang yang memberitahukannya. Seperti memberitahukan bahwa dia mendoakan ketika tidak ada (ghoib) sebagai jawaban atas permintaannya sehingga pemberitahuannya termasuk dari sisi menjaga kejujuran dalam berbicara. Atau dia ingin memperlihatkan kecintaan kepada orang yang didoakan dan memasukkan kegembiraan dalam hatinya dan mendapat tambahan kedekatan dan kecintaan diantara keduanya. Sebagaimana dalam hadits. Dikatakan, “Wahai Rasulullah! Siapa orang yang palig dicintai oleh Allah? maka beliau bersabda:

أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَإِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تَدْخِلُهُ عَلَى مُؤْمِنٍ

Orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang mukmin. HR. Abi Dunya di ‘Qodhoil Hawaij, hal. 47 dinyatakan hasan oleh Syekh Albanii di As-Sislsilah As-Shohehah, (2/575).

Dari sisi ini apa yang diriwayatkan oleh Khotib Al-Bagdady di ‘Tarikh Bagdad, (4/325) dengan sanadnya dari Khottob bin Basyr berkata,”Saya memulai meminta kepada Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal dan beliau mengabulkan untuk diriku. Dan melihat kepada anaknya Syafi’I seraya mengatakan, “Ini yang diajarkan oleh Abu Abdillah kepada kami maksudnya adalah Syafi’i.

Khottob mengatakan, “Saya mendengar Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal mengingat-ingat Abu Utsman tentang masalah ayahnya. Ahmad mengatakan, “Semoga Allah merohmati Abu Abdillah, tidaklah saya menunaikan shalat kecuali saya mendoakan kebaikan kepadanya untuk lima (orang) dan beliau termasuk salah satunya.

Kemaslahatan semacam ini, tidak nampak sesuatu yang dilarang bahkan ia termasuk amalan kebaikan. Dan tidak nampak bahwa hal itu berpengaruh terhadap pahala berdoa kepada orang yang tidak nampak (ghoib). Begitu juga bagi orang yang berdoa seperti apa yang diminta oleh temannya. Akan tetapi selayaknya tidak meminta hal itu untuk didoakan seperti itu, atau mendoakan untuknya. Sebagaimana dia mendoakan dalam kondisi tidak ada (ghoib). Yang nampak ini adalah meminta pahala dan imbalan terhadap amal kebaikan dari orang lain.

Kedua:

Telah ada perincian hukum meminta doa dari orang lain dari jawaban soal no. 163632

wallahua’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam