Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

Penentuan Lailatul Qadar, Apakah Memungkinkan Satu Orang Mendapatkan Lailatul Qadar Dua Kali Dalam Satu Ramadan

339526

Tanggal Tayang : 20-04-2022

Penampilan-penampilan : 3414

Pertanyaan

Bagaimana cara kita memahami pendapat para ulama terkait dengan permasalah sepuluh malam akhir dan perbedaan Lailatul Qadar di antara malam-malam ganjil sebagaimana yang Terdapat dalam kitab dan sunah? Apabila seseorang bepergian dan menghabiskan dua malan ganjil berturutan di antara dua negara yang berbeda keduanya dalam rukyat hilal. Begitu juga bagaimana kalau dua malam itu adalah Lailatul Qadar karena terdapat tanda-tanda yang menunjukkan di siang hari dan setelahnya pada dua negara tersebut. Apakah ada kemungkinan satu orang ini mendapatkan dua kali Lailatul Qadar pada satu Ramadan? Tambahan lagi, apa patokan malam-malam ganjil dan genap di sepuluh malam akhir. Karena pada keduanya terjadi perbedaan antara yang ganjil dan genap jika dilihat dari permulaannya artinya berapa hari yang telah berlalu? Atau berpatokan dengan akhir bulan atau berapa hari yang tersisa?

Ringkasan Jawaban

1. Kalau dua negara berbeda waktu awal bulan, maka malam-malam ganjil di satu negera menjadi genap di negara lain. hal ini bukan berarti adanya dua malam, dimana kalau seseorang mendapatkan di satu negara kemudian bepergian dan mendapatkan malam lain di negara lain, akan tetapi itu adalah satu malam saja. 2. Tinggal gambaran yang memungkinkan seseorang mendapatkan satu malam dua kali, seperti pada malam selasa kemudian dia mendapatkannya atau mendapatkan bagian darinya kemudian bepergian ke arah barat, maka dia akan mendapatkan malam lagi karena malam lebih dahulu dari arah timur.

Alhamdulillah.

Pertama:

Penentuan lailatul qadar

Lailatul Qadar berada di sepuluh malam akhir di bulan Ramadan, berada pada malam-malam ganjil maksudnya malam ke dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh dan dua puluh sembilan. Sebagaimana juga kemungkinan ada di malam-malam genap. Karena malam-malam genap juga malam yang ganjil kalau dihitung dengan perhitungan hari yang tersisa dalam satu bulan kalau jika Ramadan sebulan penuh (30 hari). Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari, no. 2022 dari Ibnu Abbas radhiallahu’nahuma berkata. Rasulullah sallallahu alaihi  wa sallam bersabda:

هِيَ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ، هِيَ فِي تِسْعٍ يَمْضِينَ، أَوْ فِي سَبْعٍ يَبْقَيْنَ يعنى لَيْلَةَ القَدْرِ ، وَعَنْ خَالِدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ: التَمِسُوا فِي أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ.

“Dia ada di sepuluh malam akhir, yaitu sembilan yang lewat (maksudnya malam 21) atau tujuh yang tersisa (maksudnya malam 23) maksudnya lailatul qadar. Dan dari Kholid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, “Carilah (Lailatul Qadar) di malam duapuluh empat.”

Maka perhitungan malam itu tergantung dari apa yang telah lewat, begitu juga sesuai dengan perhitungan yang tersisa. Sebagaimana apa yang diriwayatkan Bukhari, no. 2021 dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi  wa sallam bersabda:

التَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ القَدْرِ، فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى، فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى، فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah dia (Lailatul Qadar) di sepuluh malam akhir di bulan Ramadan. Jika sisa sembilan hari (malam 21), sisa ketujuh hari (malam ke23) dan sisa lima hari (Malam ke25)

Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1167 dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu, dia berkata:

اعْتَكَفَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ، يَلْتَمِسُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ قَبْلَ أَنْ تُبَانَ لَهُ، فَلَمَّا انْقَضَيْنَ أَمَرَ بِالْبِنَاءِ فَقُوِّضَ، ثُمَّ أُبِينَتْ لَهُ أَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فَأَمَرَ بِالْبِنَاءِ فَأُعِيدَ، ثُمَّ خَرَجَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّهَا كَانَتْ أُبِينَتْ لِي لَيْلَةُ الْقَدْرِ، وَإِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِهَا، فَجَاءَ رَجُلَانِ يَحْتَقَّانِ مَعَهُمَا الشَّيْطَانُ، فَنُسِّيتُهَا، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ، الْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ  قَالَ قُلْتُ: يَا أَبَا سَعِيدٍ، إِنَّكُمْ أَعْلَمُ بِالْعَدَدِ مِنَّا، قَالَ: "أَجَلْ، نَحْنُ أَحَقُّ بِذَلِكَ مِنْكُمْ"، قَالَ قُلْتُ: مَا التَّاسِعَةُ وَالسَّابِعَةُ وَالْخَامِسَةُ؟ قَالَ: "إِذَا مَضَتْ وَاحِدَةٌ وَعِشْرُونَ، فَالَّتِي تَلِيهَا ثِنْتَيْنِ وَعِشْرِينَ وَهِيَ التَّاسِعَةُ، فَإِذَا مَضَتْ ثَلَاثٌ وَعِشْرُونَ، فَالَّتِي تَلِيهَا السَّابِعَةُ، فَإِذَا مَضَى خَمْسٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِي تَلِيهَا الْخَامِسَةُ" - وقَالَ ابْنُ خَلَّادٍ مَكَانَ يَحْتَقَّانِ: يَخْتَصِمَانِ

“Rasulullah sallallahu alaihi  wa sallam beri’tikaf pada sepuluh malam pertengahan di bulan Ramadan dalam rangka mencari Lailatul Qadar sebelum jelas baginya hal tersebut. Ketika selesai dia perintahkan untuk melipat tenda. Kemudian menjadi jelas baginya bahwa Lailatul Qadar ada pada sepuluh malam terakhir. Maka dia memerintahkan untuk memasang tenda lagi. Kemudia dia menemui para sahabat, lalu berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya saya diberitahu tentang lailatul qadar, sesungguhnya saya keluar untuk memberitahukan kepada kalian semuanya, tiba-tiba ada dua orang datang berselisih, bersama keduanya ada syetan, sehingga saya dilupakannya. Maka carilah dia di sepuluh malam akhir di bulan Ramadan. Carilah di kesembilan, ketujuh dan kelima. Saya bertanya, “Wahai Abu Said, anda lebih mengetahui tentang hitungan daripada kami, beliau menjawab, ”Ya, kami lebih tahu daripada kamu semua. Lalu saya berkata, ”Apa maksud dari ke sembilan, ketujuh dan kelima?” Dia Berkata, ”Kalau sudah melewati 21 maka setelahnya adalah 22 itu adalah kesembilan. Kalau lewat 2, maka setelahnya adalah ketujuh. Kelau lewat 25, maka setelahnya adalah kelima.”

Oleh karena itu siapa yang ingin mendapatkan lailatul qadar , maka hendaknya dia mendirikan sepuluh malam secara penuh.

Ibnu Atiyyah rahimahullah dalam tafsirnya, (5/505) mengatakan, “Lailatul Qadar itu berputar di sepuluh malam akhir di bulan Ramadan, ini yang benar dan dijadikan rujukan. Yaitu ada di malam-malam ganjil, sebulan penuh atau kurang. Maka selayaknya bagi orang yang mencarinya, hendaknya mencari sejak  malam kedua puluh setiap malam sampai akhir bulan. Karena malam ganjil jika bulan sempurna, tidak termasuk ganjil ketika bulannya berkurang. Rasulullah sallallahu alaihi  wa sallam bersabda, ”Untuk hari ketiga yang tersisa, untuk kelima yang tersisa. Untuk hari ketujuh yang tersisa. Dan beliau berkata, ”Carilah di yang ketiga, kelima, ketujuh dan kesembilan.” Malik mengatakan, “Maksud dari kesembilan adalah malam 21. Ibnu Habib mengatakan, “Maksud Malik kalau bulannya berkurang. Yang tampakdari sini, bahwa beliau sallallahu alaihi  wa sallam berhati-hati dengan sempurna dan kurangnya bulan. Maka malam Lailatul Qadar tidak akan diraih kecuali dengan menghidupkan sepuluh malam penuh.”

SyAikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Lailatul Qadar berada di sepuluh malam akhir di bulan Ramadan. Hal ini yang shahih dari Nabi sallallahu alaihi  wa sallam beliau bersabda:

هِيَ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Dia berada di sepuluh malam akhir di bulan Ramadan.”

Hal tersebut berarti ada pada malam ganjil. Akan tetapi malam ganjil patokannya dapat berdasarkan sesuatu telah berlalu, maka mencari Lailatul Qadar di malam 21, malam 23, malam 25, malam 27, malam 29, atau berdasarkan hari-hari yang tersisa. Sebagaimana sabda Nabi sallallahu alaihi  wa sallam, “Sisa sembilan hari, sisa tujuh hari, sisa lima hari dan sisa tiga hari.

Dengan demikian, jika bulan itu ada 30 hari, maka hal itu masuk pada malam-malam genap. Sehingga malam 22 adalah sisa sembilan hari, dan malam 24 adalah sisa tujuh hari. Begitulah apa yang ditafsirkan oleh Abu Said Al-Khudri dalam hadits shahih. Dan begitulah Nabi sallallahu alaihi  wa sallam menghitung bulan. Kalau satu bulan itu ada 29 hari, maka tanggal ditentukan oleh jumlah hari yang tersisa seperti tanggal yang telah berlalu.

Kalau masalahnya seperti itu, maka seorang mukmin hendaknya mencari di sepuluh malam akhir semuanya. Sebagaimana sabda Nabi sallallahu alaihi  wa sallam:

تَحَرُّوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِر

“Carilah di sepuluh malam akhir.”

Maka Lailatul Qadar dapat terjadi pada tujuh hari terakhir atau lebih (Majmu Fatawa, 25/284).

Kedua:

Apakah Lailatul Qadar itu berbeda sesuai perbedaan negara?

Kalau beberapa negara berbeda masuknya bulan (Ramadan), maka malam-malam ganjil di suatu negara menjadi genap di tempat lainnya. Akan tetapi hal ini tidak berarti adanya dua malam karena seseorang mendapatkan satu malam di negaranya kemudian bepergian dan mendapatkan malam tersebut di negara lain,  sejatinya dia adalah satu malam.

Jika Lailatul Qadar terdapat pada malam 27 Ramadan contohnya, maka hari 27 bisa jadi hari selasa atau rabu, karena perbedaan bulan ketika memasuki Ramadan. Maka Lailatul Qadar itu hanya satu dari keduanya. Kalau terjadi malam selasa maka tidak mungkin ada di malam rabu. Begitu juga sebaliknya. Kalau malam selasa itu malam 27 menurut satu kaum dan malam 26 menurut kaum lainnya. Karena itu, jangan sampai meremehkan malam-malam genap karena bisa jadi hal itu adalah malam ganjil yang sebenarnya, bisa jadi juga terjadi kesalahan waktu masuk di awal bulan.

Tinggal satu gambaran lagi seseorang mungkin seseorang mendapatkan satu malam dua kali. Misalnya jika Lailatul Qadar terjadi pada malam selasa, lalu seseorang mendapatkannya atau mendapatkan sebagian darinya kemudian dia pergi ke arah barat, maka dia akan mendapatkannya lagi, karena malam mulai masuk dari arah timur terlebih dahulu.

Wallahu a’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam