Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

ADAB HAJI DAN UMROH

Pertanyaan

Saya telah membaca di website anda tata cara Haji dan umroh. Apakah disana ada adab yang selayaknya dimiliki oleh jamaah haji atau umroh?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Allah berfirman:

( الحج أشهر معلومات فمن فرض فيهن الحج فلا رفث ولا فسوق ولا جدال في الحج وما تفعلوا من خير يعلمه الله وتزودوا فإن خير زاد التقوى واتقون يا أولي الألباب )

‘(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.’ SQ. Al-Baqoroh: 197.

Seyogyanya seorang hamba menunaikan syiar haji dengan cara mengagungkan, mensucikan, (adanya) kecintaan dan ketertundukan kepada Allah Tuhan seluruh alam. Sehingga dia dapat menunaikan dengan tenang, tunduk dan sesui tuntunan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam.

Seyogyanya pada syiar yang agung ini menyibukkan diri dengan zikir, takbir, tasbih, tahmid dan beristigfar. Karena ia adalah ibadah sejak memulai ihrom sampai tahallul darinya. Haji bukan sekedar rekreasi permainan dan melalaikan seseorang yang dia inginkan tanpa batas. Sebagaimana yang nampak pada sebagian orang. Sebagian terlihat terlalu berlebihan dalam permainan, tertawa dan menghina seseorang atau selain itu dari prilaku munkar seakan-akan haji dilakukan untuk kesenangan dan permainan.

Bagi para jamaah haji dan lainnya, diharuskan menjaga apa yang diwajibkan oleh Allah dengan shalat berjamaah pada waktunya, mengajak kepada kabaikan dan melarang dari kemungkaran.

Seyogyanya bersungguh-sungguh untuk memberi manfaat kepada umat Islam, berbuat baik kepadanya dan memberi arahan dan bantuan dikala dibutuhkan. Menyayangi yang lemah terutama di tempat-tempat yang butuh kasih sayang seperti kepadatan dan semisalnya. Karena kasih sayang makhluk dapat mendatangkan kasih sayang kholik. Sesunggunya Allah menyayangi diantara para hamba yang senang menyayangi.

Menghindari perkataan jorok, menghina dan berbuat kemaksiatan, berdebat bukan untuk memenangkan kebenaran. Kalau berdebat untuk memenangkan kebenaran, hal ini merupakan kewajiban pada tempatnya. Menjauhi menyakiti pada sesama. Menjauhi ghibah (mengguncing), namimah (menyebar isu), menghina, menghardik, memukul, melihat wanita asing. Karena semua ini diharamkan waktu ihrom dan diluar ihrom. Keharamannya lebih kuat sewaktu ihrom.

Hendaknya menjauhi apa yang seringkali terjadi pada orang-orang dengan perkataan yang tidak pantas terhadap syiar Islam. Seperti ucapan sebagian orang ketika melempar jumroh. Kami telah melempar syetan, terkadang menghardik tempat syiar atau memukulnya dengan sandal dan semisal itu. Yang menghilangkan sisi ketertundukan dan ibadah. Serta bertolak belakang dengan maksud melempar jumroh yaitu menegakkan zikir kepada Allah Azza Wa Jallah.

Refrensi dari kitab ‘Al-Minhaj Li Muridil Umroh Wal Hajj’ karangan Syekh Muhammad ibnu Utsaimin.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam