Ahad 21 Jumadits Tsani 1446 - 22 Desember 2024
Indonesian

Bagaimana Penciptaan Nabi Isa –‘alaihis salam-

Pertanyaan

Bisakan anda memberitahukan kepada saya, bagaimana penciptaan Nabi Isa dari sisi kehamilan ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

  1. Allah Ta’ala telah memerintahkan Jibril yang terpercaya untuk meniupkan di saku pakaiannya yaitu; sisi leher pakaian dan tempat masuknya kepala, maka turunlah tiupan dengan izin Allah, lalu tiupan ini masuk ke rahimnya, dan menjadi ruh yang telah Allah ciptakan. Dan Allah –‘Azza wa Jalla- telah menjelaskan dasar dari penciptaan Isa –‘alaihis salam- dalam firman-Nya:

والتي أحصنت فرجها فنفخنا فيها من روحنا 

“Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami”. (QS. Al Anbiya’: 91)

Kemudian Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa tiupan ini telah sampai kepada farjinya, lalu Allah –‘Azza wa Jalla- berfirman:

ومريم بنت عمران التي أحصنت فرجها فنفخنا فيه من روحنا

“dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami”. (QS. At Tahrim: 12)

Dan firman Allah Ta’ala telah menunjukkan:

إنما أنا رسول ربك لأهب لك غلاماً زكيّاً  

 “Ia (jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (QS. Maryam: 19)

Bahwa yang meniupkan adalah Jibril, dan beliau tidak melakukan kecuali atas perintah dari Allah.

  1. Dan telah ada pendapat dari sebagian ahli tafsir pada masa kehamilan, dan hanya beberapa saat saja, dan hal ini tidak jelas dan tidak ada nash yang menunjukkan hal itu. Kalau lah memang demikian maka akan ada pada ayat itu juga, dan mungkin bisa diterima bahwa tidak seperti hamil biasa sebagaimana para wanita pada umumnya dan setelahnya mereka tidak akan menuduhnya berbuat zina, sebagaimana yang telah mereka katakan:

قالوا يا مريم لقد جئت شيئاً فريّاً  

“Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar”. (QS. Maryam: 27)

Dan setelah itu, pendapat dari kedua imam yang agung dari ahli tafsir -salah satunya ada yang telah berlalu- yaitu Ibnu Katsir -rahimahullah- dan yang lainnya termasuk ulama kontemporer yaitu; Asy Syinqithi -rahimahullah- dalam menjelaskan masalah ini.

  1. Imam Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata:

Para ahli tafsir telah berbeda pendapat terkait dengan masa kehamilan Isa –‘alaihis salam-, maka yang terkenal dari Jumhur ulama adalah beliau hamil selama 9 bulan, dan Ibnu Juraij berkata: “Al Mughirah bin Utbah bin Abdullah Ats Tsaqafi telah mengabarkan bahwa ia telah mendengar dari Ibnu Abbas dan telah ditanya tentang kehamilan Maryam, ia berkata: “Tidak lah ia hamil kecuali tidak lama melahirkan !!

Hal ini aneh, karena seakan diambil dari tekstual firman Allah Ta’ala:

فحملته فانتبذت به مكانا قصيا فأجاءها المخاض إلى جذع النخلة 

“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma,”. (QS. Maryam: 22-23)

Huruf Fa’ ini menunjukkan urutan selanjutnya secara langsung, namun urutan segala sesuatu itu menyesuaikan dengannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ولقد خلقنا الإنسان من سلالة من طين ثم جعلناه نطفة في قرار مكين ثم خلقنا النطفة علقة فخلقنا العلقة مضغة فخلقنا المضغة عظاما  

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang”. (QS. Al Mukminun: 12-14)

Maka huruf Fa’ ini untuk urutan langsung sesuai dengan (tahapannya) dan telah ada ketetapannya di dalam kedua kitab shahih Bukhori (3208) dan Muslim (2643) bahwa:

“Di antara kedua sifat ini adalah 40 hari”, dan Allah Ta’ala berfirman:

ألم تر أن الله أنزل من السماء ماء فتصبح الأرض مخضرّة  

“Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau?”. (QS. Al Hajj: 63)

Maka yang masyhur secara dzahir -dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu- bahwa Maryam hamil Nabi Isa sebagaimana para wanita hamil dengan anak-anaknya.

Pada saat Maryam merasa diragukan oleh kaumnya lalu beliau menyendiri di tempat yang jauh, sehingga ia tidak bisa melihat mereka dan mereka pun tidak bisa melihatnya, … dan beliau membelakangi masyarakat dan menutup diri dari mereka sehingga tidak seorang pun melihatnya dan ia pun tidak melihatnya”. (Tafsir Ibnu Katsir: 3/122)

Syeikh Asy Syinqithi -rahimahullah- berkata:

“Dan pendapat para ulama terkait dengan masa kehamilan Maryam kepada Isa, kami tidak menyebutkannya; karena tidak satu pun dalil yang menunjukkan hal tersebut, dan yang paling nampak adalah kehamilan seperti kehamilan para wanita biasanya, meskipun awal mulanya diluar kebiasaan pada umumnya. Wallahu A’lam. “. (Adhwa’ul Bayan: 4/264)

  1. Dan sebagian orang-orang bodoh menjadikan firman Allah:

ونفخت فيه من روحي  

“dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku”. (QS. Shad: 72 )

Sebagai dalil bahwa Al Masih ini bagian dari ruhnya Allah !!

Ibnul Qayyim -rahimahullah- telah menjelaskan kesesatan pengambilan dalil seperti ini, dalam ucapannya:

“Dan adapun kesimpulan dalil mereka dengan menyandarkan beliau (Maryam) kepada Allah -subhanahu- dalam firman-Nya:

ونفخت فيه من روحي  

“dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku”. (QS. Shad: 72 )

Maka sebaiknya diketahui bahwa yang disandarkan kepada Allah subhanahu ada dua macam:

  1. Sifat-sifat yang tidak bisa berdiri sendiri, seperti: ilmu, kekuasaan, firman, pendengaran, penglihatan, dan hal ini menyandarkan kata sifat kepada Dzat yang disifati, maka ilmu-Nya, firman-Nya, kehendak-Nya, kekuasaan-Nya, kehidupan-Nya, dan sifat-sifat Allah bukanlah makhluk, demikian juga wajah-Nya, Tangan-Nya -subhanahu-.
  2. Penyandaran benda-benda terpisah dari-Nya, seperti; rumah, onta, hamba, Rasul, Ruh, maka penyandaran ini adalah makhluk kepada sang penciptanya, dan hasil produksi kepada pembuatnya, akan tetapi penyandaran yang menuntut adanya pengkhususan, kemuliaan, yang membedakan dengan yang disandari dengan yang lainnya; seperti; rumah Allah, meskipun semua rumah pada hakekatnya adalah milik-Nya, demikian juga ontanya Allah, dan semua onta adalah milik dan ciptaan Allah, akan tetapi penyandaran ini kepada (Ilahiyatihi) Ketuhanan-Nya menuntut akan cinta-Nya kepadanya, dan pemuliaan-Nya, berbeda dengan penyandaran secara umum kepada Rububiyahnya (Ketuhanan-Nya) yang menuntut untuk menciptakannya, menjadikannya ada, maka penyandaran umum ini, menuntut menjadikannya ada, dan penyandaran khusus ini menuntut sebagai pilihan, dan Allah Maha menciptakan apa saja yang Dia kehendaki dan memilih apa saja dari makhluk-Nya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وربك يخلق ما يشاء ويختار 

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya”. (QS. Al Qashash: 68)

Dan penyandaran ruh kepada-Nya ini termasuk penyandaran jenis khusus ini, tidak penyandaran umum, dan juga tidak dari sisi penyandaran sifat, maka pikirkanlah posisi ini, maka hal itu akan menyelamatkan anda dari banyak kesesatan yang telah terjadi di dalamnya dari manusia yang dikehendaki oleh Allah. Selesai.

(Ar Ruh: 154-155)

Kesimpulan:

Bahwa sifat Nabi Isa –‘alaihis salam- bahwa beliau sebagai ruhnya Allah, adalah dari sisi memuliakan kepada Isa dan penyandaran ini adalah (penyandaran kata ruh kepada lafadz Allah) bukan penyandaran sifat kepada yang disifati, seperti; tangan Allah, wajah Allah, akan tetapi penyandaran makhluk kepada Penciptanya, seperti; sifat Ka’bah, sebagai rumah Allah, demikian juga ontanya Allah, yaitu; mu’jizat yang telah Allah datangkan kepada Nabi-Nya yang bernama Sholeh –‘alaihis salam-.

Wallahu A’lam

Refrensi: Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid