Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

Satu Hadits Yang Tidak Ada Dasarnya Meriwayatkan Tentang Fadhilah Beberapa Surat Dalam Al Qur’an

82800

Tanggal Tayang : 03-11-2014

Penampilan-penampilan : 16861

Pertanyaan

Bagaimanakah tingkat shahihnya hadits ini?, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
( عشرة تمنع عشرة ) : سورة الفاتحة تمنع غضب الله . سورة يس تمنع عطش يوم القيامة . سورة الواقعة تمنع الفقر . سورة الدخان تمنع أهوال يوم القيامة . سورة الملك تمنع عذاب القبر . سورة الكوثر تمنع الخصومة . سورة الكافرون تمنع الكفر عند الموت . سورة الإخلاص تمنع النفاق . سورة الفلق تمنع الحسد . سورة الناس تمنع الوسواس(
“Sepuluh menghalangi sepuluh, surat al Fatihah menghalangi murka Allah, surat Yasiin menghalangi kehausan pada hari kiamat, surat al Waqi’ah menghalangi kefakiran, surat ad Dukhon menghalangi prahara hari kiamat, surat al Mulk menghalangi adzab kubur, surat al Kautsar menghalangi permusuhan, surat al Kafiruun menghalangi meninggal dunia dalam keadaan kafir, surat al Ikhlas menghalangi kemunafikan, surat al Falaq menghalangi iri hati, surat an Naas menghalangi bisikan syetan”.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Bab keutamaan al Qur’an adalah bab yang paling banyak digunakan untuk memalsukan hadits. Para pemalsu hadits tersebut menisbahkannya (menyandarkannya) kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Banyak di antara mereka mengharap ridha Allah dengan memalsukan hadits, karena mereka sebenarnya bertujuan agar manusia mencintai al Qur’an dan tidak menjauhinya. Padahal sebenarnya apa yang mereka lakukan bertentangan dengan ancaman Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika bersabda:

( مَن كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَليَتَبَوَّأ مَقعَدَهُ مِنَ النَّارِ ) رواه البخاري (1291) ومسلم (933) .

“Barang siapa yang berbuat dusta kepadaku dengan sengaja, maka ambillah tempat duduknya di neraka”. (HR. Bukhori 1291, dan Muslim 933)

Beberapa contoh hadits palsu tersebut:

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh al Hakim dalam kitab “al Madkhol” (54) dengan sanadnya kepada abu ‘Ammar al Mirwazi, bahwa dikatakan kepada Abu ‘Ishmah Nuh bin Abi Maryam: Dari mana engkau dapatkan?, dari ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas tentang fadhilah al Qur’an surat per surat. Ini bukan jalur sahabat ‘Ikrimah ?, maka ia berkata:

إني رأيت الناس قد أعرضوا عن القرآن ، واشتغلوا بفقه أبي حنيفة ، ومغازي ابن إسحاق ، فوضعت هذا الحديث حِسبة .

“Sungguh aku melihat manusia telah berpaling dari al Qur’an, dan sibuk dengan fiqh Abu Hanifah, dan peperangan Ibnu Ishaq, maka aku mengarang hadits ini dengan mengharap ridha Allah –Ta’ala- ”.

Para ulama sepakat akan haramnya meriwayatkan hadits maudhu’ (palsu), haram juga menisbatkannya kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

( مَن حَدَّثَ عَنِّي حَدِيثًا يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ ، فَهُوَ أَحَدُ الكَاذِبَيْن ) رواه مسلم في مقدمة صحيحه .

“Barang siapa yang meriwayatkan hadits yang dusta tentang aku, maka ia adalah salah satu dari para pembohong”. (HR. Muslim dalam muqadimah shahihnya)

Imam Nawawi –rahimahullah- berkata dalam Syarah Muslimnya:

“Diharamkan untuk meriwayatkan hadits palsu, jika ia mengetahui bahwa hadits tersebut palsu, atau kemungkinan besar palsu. Barang siapa yang meriwayatkan hadits yang diketahui atau diduga kuat adalah palsu, dan tidak menjelaskan kepalsuannya, maka ia masuk pada ancaman ini dan termasuk orang-orang yang mendustakan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Kedua:

Adapun hadits yang disebutkan dalam pertanyaan di atas, kami belum mendapatkannya pada semua buku hadits, baik dalam buku hadits-hadits yang shahih maupun yang palsu. Nampaknya hadits tersebut memang tidak ada dasarnya sama sekali. Inilah yang sangat mengherankan, bahwa periwayatan dan pembuatan hadits palsu masih terus berlanjut pada zaman kita ini, dan jumlahnya sangat banyak –wallahul musta’an-.

Dan sebagian surat al Qur’an yang disebutkan pada hadits di atas, keutamaanya tidak benar, di antaranya adalah:

Surat Yasiin, ad Dukhon, al Waqi’ah dan al Kautsar.

Bacalah: “Tadribur Rawi” 2/372, dan kitab “as Shahih wa as Saqiim fi Fadhail Qur’an”, dan baca juga jawaban soal nomor:  6460

Adapun surat al Fatihah banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaannya, namun tidak ada yang menyatakan akan menghalangi murka Allah.

Sedangkan surat al Mulk, ada hadits yang meriwayatkannya. Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu-, bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

(إِنَّ سُورَةً مِنَ القُرآنِ ، ثَلَاثُونَ آيَةً ، شَفَعَت لِصَاحِبِهَا حَتَّى غُفِرَ لَهُ (تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ المُلكُ) رواه الترمذي (2891) وقال : حديث حسن ، وصححه ابن تيمية في "مجموع الفتاوى" (22/277) ، وابن الملقن في "البدر المنير" (3/561) ، وقال ابن حجر "التلخيص الحبير" (1/382) : أعله البخاري وله شاهد بإسناد صحيح ، وصححه الألباني في صحيح أبي داود .

“Sebuah surat dalam al Qur’an, jumlah ayat 30 ayat, ia –diizinkan- untuk memberi syafa’at bagi para penghafal al Qur’an sampai ia diampuni, yaitu; (Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan…)”. (HR. Tirmidzi 2891, ia berkata: hadits hasan, dishahihkan oleh Ibnu Taimiyah dalam “Majmu Fatawa” 22/277, dan Ibnu Mulqin dalam “al Badr al Munir” 3/561, Ibnu Hajar berkata: “at Talkhish al Habir” 1/382, Bukhori memberi catatan, dan hadits ini memiliki saksi (penguat hadits lain) dengan sanad yang shahih, dishahihkan oleh al Baani dalam Shahih Abu Daud)

Baca juga jawaban soal nomor: 26240

Sedangkan surat al Kaafiruun: Fadhilah yang benar pada surat ini adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Naufal –radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda tentang surat al Kaafiruun:

( إِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّركِ ) رواه أبو داود (5055) وصححه ابن حجر في "تغليق التعليق" (4/408) والألباني في صحيح أبي داود .

“Ia akan menjadi pemutus hubungan dengan kesyirikan”. (HR. Abu Daud 5055, dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam “Taghliq at Ta’liiq” 4/408)

Keutamaan surat al Ikhlas tidak ada dalil yang menjelaskan bahwa ia akan menghalangi kemunafikan.

Mu’awwidzatain (al Falaq dan An Naas) akan melindungi dari Syetan, ‘Ain, Hasad dan semua kejahatan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Uqbah bin Amir –radhiyallahu ‘anu- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

(تَعَوَّذ بِهِمَا ، فَمَا تَعَوَّذَ مُتَعَوِّذٌ بِمِثلِهِمَا) رواه أبو داود (1463) وصححه الألباني في صحيح أبي دواد.

“Berlindunglah (kepada Allah) dengan keduanya, maka tidak akan ada yang menandingi orang yang berlindung dengan keduanya”. (HR. Abu Daud 1463, dan dishahihkan oleh al Baani dalam Shahih Abu Daud)

Kesimpulan:

Hadits diatas adalah dusta belaka tidak ada dasarnya.

Syeikh Ibnu Utsaimin telah menyatakan bahwa hadits tersebut adalah bohong dalam “Majmu’ah ar Rabi’ah min Khutabil Jum’at”, dalam rekaman khutbah yang berjudul: “Tanggung Jawab Imam dan Ma’mum dalam Shalat, beberapa kedustaan tentang Allah dan Rasul-Nya”. Khutbah tersebut tertera dalam website beliau –rahimahullah-.

Wallahua a’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam