Kamis 27 Jumadil Ula 1446 - 28 November 2024
Indonesian

Tempat dan Redaksi Doa Dalam Umrah

Pertanyaan

Saya akan pergi ke Mekah untuk melakukan umrah, tapi saya tidak mengetahui doa-doanya, mungkin bisa dibantu?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Terdapat dalam sunah yang shahih doa dan zikir yang dibaca dalam manasik umrah, dimana seorang muslim dapat mengambil faedah dengan menghafalkan dan memahami serta mengamalkan isinya, di antaranya:

  1. Di miqat ketika waktu memulai ihram

Dianjurkan bagi seorang muslim bertasbih dan bertahlil serta bertakbir sebelum berihram dengan umrah dan haji.

Dari Anas radhiallahu anhu berkata:

صلَّى رسول الله صلى الله عليه وسلم ونحن معه بالمدينة الظهر أربعا والعصر بذي الحليفة ركعتين ثم بات بها حتى أصبح ثم ركب حتى استوت به على البيداء حمد الله وسبح وكبر ثم أهل بحج وعمرة وأهلَّ الناس بهما (رواه البخاري، رقم 1476)

“Rasulullah sallallahualaihi wa sallam shalat zuhur empat (rakaat) sementara kami bersama beliau di Madinah dan (shalat) Ashar dua rakaat di Zulhulaifah kemudian menginap sampai pagi. Kemudian beliau naik (kendaraan) dengan tepat sampai tanah lapang, lalu beliau memuji Allah, bertasbih dan bertakbir, kemudian memulai ihram untuk haji dan umrah. Dan orang-orang berihram dengan keduanya (haji dan umrah).” (HR. Bukhari, no. 1476).

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, “Hukum ini –yaitu anjuran bertasbih dan dzikir yang disebutkan bersamanya sebelum memulai ihram sedikit sekali orang melakukannya padahal telah ada ketatapannya.” (Fathul Bari, 3/412)

  1. Di perjalanan menuju Mekah; Antara miqat sampai ke Mekah.

Dianjurkan bertalbiyah dan memperbanyak (talbiyah) dengan mengeraskan suara bagi lelaki sementara bagi wanita melirihkan suaranya sampai tidak terdengar oleh para lelaki asing.

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma sesungguhnya Nabi sallallahu’aliahi wa sallam:

كان إذا استوت به راحلته قائمة عند مسجد ذي الحليفة أهلَّ فقال : لبيك اللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك (رواه البخاري، رقم 5571 ومسلم، رقم 1184)

“Biasanya beliau mulai ihram ketika telah naik kendaraannya di sisi masjid Zulhulaifah, seraya membaca:

لبيك اللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك

“Kami penuhi panggilan-Mu Ya Allah, kami penuhi penggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu kami penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya semua pujian, kenikmatan dan kerajaan hanya milik-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu.” (HR. Bukhari, no. 5571 dan Muslim, no. 1184)

  1. Ketika thawaf
  2. etiap kali berada di posisi sejajar dengan hajar aswad pada setiap putaran, membaca ‘Allah Akbar’.

Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 1613, dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu:

أن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ بِالْبَيْتِ . كُلَّمَا أَتَى الرُّكْنَ ( أي الحجر الأسود ) أَشَارَ إِلَيْهِ بِشَيْءٍ كَانَ عِنْدَهُ وَكَبَّر

“Sesungguhnya Nabi sallallahu’alaihi wa sallam setiap kali sampai di rukun (maksudnya hajar aswad) beliau memberikan isyarat dengan sesuatu yang ada padanya, lalu beliau bertakbir.

Hendaknya  mengucapkan di antara rukun Yamani dan hajar aswad sebagaimana riwayat dari Abdullah bin Saib, dia berkata, saya mendengar Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam mengucapkan diantara dua rukun:

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

“Ya Allah tuhan kami, karuniakan kebaikan di dunia dan kebaikan akhirat. Dan jagalah kami dari siksa api neraka.” (HR. Abu Dawud, no. 1892, dihasankan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)

  1. Sebelum naik ke bukit Shofa.

Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata; “Kemudian beliau (maksudnya adalah Nabi sallallahu’alaihi wa sallam) keluar dari pintu (masjidilharam) menuju shafa. Ketika telah dekat dengan shafa beliau membaca:

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ أَبْدَأً بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ

“Sesungguhnya Shofa dan Marwa diantara syiar-syiar Allah. saya memulai dengan apa yang Allah memulai dengannya.

Maka beliau memulainya dari Shafa mendaki sedikit hingga tampak baginya Baitullah. Lalu beliau menghadap kiblat dan bertakbir, kemudian membaca,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ

“Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah saja, tiada sekutu bagi-Mu. Hanya milik-Mu semua kerajaan dan semua pujian. Dan Dia mampu terhadap segala sesuatu. Tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah semata. Yang telah menunaikan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan sekutu Sendirian.”

Kemudian beliau berdoa di antara bacaan di atas. Beliau membacanya sebanyak tiga kali.” (HR. Muslim, no. 1218)

  1. Di Marwah.

Melakukan seperti apa yang dilakukan di bukit Shofa tanpa menyebutkan ayat sebelum naik ke Shofa.  Dari Jabir radhiallahu anhu, dia berkata:

ثم نزل إلى المروة حتى إذا انصبت قدماه في بطن الوادي سعى حتى إذا صعدتا مشى حتى أتى المروة ففعل على المروة كما فعل على الصفا (رواه مسلم، رقم 1218)

“Kemudian beliau turun (dari bukit Shafa) menuju Marwah hingga ketika kedua kakinya turun ke lembah (sekarang ditandai lampu hijauh di area sai) beliau berlari dan ketika sudah naik kembali, belia berjalan biasa sampai ke Marwah. Lalu beliau melakukan di Marwah sebagaimana apa yang dilakukan di Shafa.” (HR. Muslim, no. 1218).

Ketika minum air zam zam beroda sesuai yang dikehendaki, baik berupa kebaikan dunia maupun akhirat, sebagaimana sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam:

ماء زمزم لما شُرب له   (رواه ابن ماجه، 3062 وصححه الشيخ الألباني، رقم 5502)

“Air Zam zam (dapat diminum) sesuai maksud orang yang meminumnya.” (HR. Ibnu Majah, no. 3062, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani, no. 5502)

Begitu juga disyariatkan memperbanyak zikir kepada Allah – di antanya juga berdoa – dalam thawaf dan sa’i. seorang muslim berdoa pada keduanya dengan apa yang Allah bukakan kepadanya. Tidak mengapa membaca Al-Qur’an dalam thawaf dan sa’inya. Adapun apa yang dikatakan oleh sebagian orang tentang adanya doa khusus pada setiap putaran dalam thawaf dan sa’i, hal itu tidak ada landasannya dalam syariat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dianjurkan dalam thawaf berzikir kepada Allah dan berdoa dengan apa yang disyariatkan. Kalau membaca Qur’an secara lirih tidak mengapa. Tidak ada zikir khusus dari Nabi sallallahu alaihi wa  sallam (dalam thawaf dan sai), tidak dengan perintahnya juga tidak dengan perkataannya, juga tidak dengan mengajarkannya. Artinya dibolehkan berdoa dengan semua doa yang disyariatkan. Adapun apa yang disebutkan kebanyakan orang adanya doa tertentu di bawah talang air (yang terdapat di atas Ka’bah) dan semisal itu, tidak ada landasannya.”

Biasanya Nabi sallallahu alaihi wa sallam mengakhiri thawafnya di antara dua rukun dengan membaca:

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

“Ya Allah Tuhan kami, karuniakan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungi kami dari siksa neraka.”

Sebagaimana kebiasaan beliau mengakhiri dalam semua doa dengan hal itu. Maka, tidak ada zikir yang wajib sesuai dengan kesepakatan para imam (mazhab).” (Majmu Fatawa, 26/122, 123).

Wallahu a’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam