Donasi untuk situs islamqa.info

Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah

Nasib Lembaran-Lembaran Suci (Kitab) Ibrahim, Dan Zabur Daud ‘Alaihima Assalam

13-01-2025

Pertanyaan 259935

Apakah kitab Zabur dan lembaran-lembaran suci (kitab) Ibrahim mengalami pengubahan (distorsi) ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Allah ta’ala telah menurunkan lembaran-lembaran suci kepada Ibrahim ‘alaihi salam, Allah berfirman:

إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى * صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى

الأعلى/18-19

(Sesungguhnya (penjelasan) ini terdapat dalam suhuf (lembaran-lembaran) yang terdahulu, (yaitu) suhuf (yang diturunkan kepada) Ibrahim dan Musa.) QS. Al-A’la :18-19.

Allah Yang Maha Kuasa dalam kitab-Nya yang mulia telah memberitahu kita tentang sebagian yang ada dalam lembaran-lembaran suci (suhuf) Ibrahim ‘alaihi salam, Dia berfirman:

(Apakah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran (kitab suci yang diturunkan kepada) Musa) – (dan (lembaran-lembaran) Ibrahim yang telah memenuhi janji setianya?) – (Dalam lembaran-lembaran itu terdapat ketetapan) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,) – (bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,) – (bahwa sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),) – (kemudian dia akan diberi balasan atas (amalnya) itu dengan balasan yang paling sempurna,) QS. An-Najm :36-41 … sampai akhir ayat dari Surah an-Najm.

Dan yang semisal, ayat-ayat yang dikenal dalam Surah al-A’la, sebagaimana sudah disebutkan akhir ayat surahnya.

Yang menjadi kewajiban kita adalah mengimani secara umum lembaran-lembaran suci ini (suhuf) yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya Musa ‘alaihi assalam, dan beriman pada apa yang terbukti kebenaranya melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam (wahyu sadiq), yang didalamnya mencakup ajaran dan tuntunan; adapun selain itu dari yang ada uraian detailnya, maka kita tidak dibebankan untuk mengetahuinya, dan kita tidak punya cara untuk mengetahuinya atau mencari tahu rincianya, mencoba mencari hal itu: sama saja dengan melakukan sesuatu yang kita tidak bisa membuktikannya, dan menurut pandangan syariah, kita tidak memerlukannya, karena Allah telah menyempurnakan agama untuk kita, dan telah meridhai Islam sebagai agama kita.

Dan kita tidak mendapatkan informasi dari wahyu tentang masih adanya lembaran-lembaran suci (suhuf) Ibrahim ‘alaihi as-salam, demikian juga dengan ilmu yang ada didalamnya apakah telah sampai kepada salah seorang dari umat Islam, sehingga memungkinkan kita untuk membuktikan kebenaran sumber dan riwayatnya.

Yang sepertinya terjadi adalah bahwa ilmu atau kandunganya sejak lama telah disalin atau dihapus, dan kemudian  hilang dari peredaran manusia.

Bahkan, hal ini juga terjadi pada kitab-kitab bani Israil: seperti Taurat dan Injil, dimana tidak ada sedikitpun yang beredar bisa dijamin keabsahanya, kecuali yang ada pembenaranya dari syariah yang suci (syariat Islam), adapun selain itu, maka ujungnya adalah bahwa kita tidak bisa mempercayai atau mengingkarinya.

Jika demikian posisi kitab-kitab bani Israil, meskipun banyak umat yang mengagungkan, memperhatikan, dan merujuknya; maka lebih besar kemungkinan kondisi itu terjadi pada lembaran-lembaran suci (suhuf) Ibrahim ‘alaihi as-salam; dan kondisi terbaik yang masih  beredar di tengah-tengah manusia yang dinisbatkan kepada lembaran-lembaran suci (suhuf) Ibrahim ‘alaihi as-salam; adalah seperti kondisi lebaran-lembaran suci (suhuf) dan kitab-kitab Bani Israil; maka sikap kita  adalah tidak bisa mempercayai atau mengingkarinya.

Dan untuk penjelasan lebih lengkap, lihat jawaban no. (199116), (126004).

Kedua:

Adapun tentang Zabur Daud ‘alaihi as-salam, itu adalah kitab yang diturunkan oleh Allah kepadanya, Allah ta’ala berfirman:

وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَى بَعْضٍ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا 

(Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Sungguh, Kami telah melebihkan sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain) dan Kami anugerahkan Zabur kepada Daud.) QS. Al-Isra :55.

Zabur berarti mazbur atau yang tertulis (maktub), “Tafsir al-Qurthubi” (6/17).

At-Tahir mengatakan: “ Nama kumpulan ucapan-ucapan Daud ‘alaihi as-salam yang mana sebagianya adalah yang bersumber dari wahyu dan sebagian yang lain bersumber dari kata-kata doa dan permohonan yang mengilhaminya, itulah yang kemudian dikenal saat ini sebagai kitab mazmur dalam perjanjian lama”, akhir kutipan dari “at-tahrir wa at-tanwir” (15/138).

Para ulama ahli ilmu menyebutkan bahwa Zabur Daud berisi pujian dan sanjungan (tahmid dan tamjid) kepada Allah ta’ala, tidak ada tentang halal dan haram, kewajiban dan hukuman, lihat: “Tafsir at-thabari” (14/625).

Al-Qurthubi mengatakan: “Zabur adalah kitab Daud, terdiri dari 150 surah, didalamnya tidak berisi hukum halal dan haram, akan tetpi berisi kata-kata hikmah dan nasihat”

Ada beberapa riwayat yang menyebutkan isi Zabur, dan lembaran-lembaran (suhuf) Ibrahim, tetapi belum terbukti keabsahanya.

Didalam hadis Abi Dzar, radhiyallahu ‘anhu, aku berkata: wahai Rasulullah, apa iti kitab Ibrahim ? beliau bersabda: itu semua berisi peribahasa,

seperti; “Wahai raja yang angkuh lagi sombong, Aku tidak menugaskanmu untuk menumpuk-numpuk harta benda di dunia, tetapi Aku menugaskanmu untuk menghalangi dari-Ku doa orang yang terzalimi, dan Aku tidak akan menolak doanya meskipun doa itu datang dari orang kafir”

dan bagi orang yang berakal, selama belum menjadi gila, wajib memiliki waktu-waktu; sesaat untuk bermunajat memohon kepada Tuhannya, sesaat waktu untuk merenungi diri, sesaat untuk merenungkan ciptaan Allah, sesaat untuk memenuhi kebutuhannya dari makanan dan minuman.

Bagi orang yang berakal tidak seharusnya memusatkan pikirannya kecuali kepada tiga hal: mencari bekal akhirat, bekerja untuk memperoleh nafkah, dan mencari kesenangan terhadap sesuatu yang tidak diharamkan.

Bagi orang yang berakal, hendaknya ia memiliki wawasan tentang zaman dimana dia hidup, fokus terhadap urusanya, dan menjaga ucapan lidahnya,  Barangsiapa yang menganggap perkataannya sebagai bagian dari perbuatannya, maka ia akan berbicara sedikit saja dan hanya berbicara hal-hal yang bermanfaat baginya.

Aku (Abu Dzar) bertanya: “wahai Rasulullah; apa itu lembaran-lembaran suci (kitab) Musa ?”, beliau berkata: “ itu semuanya adalah tuntunan”

“aku takjub pada seseorang yang meyakini akan kematian, namun justru bersuka cita”

“aku takjub pada seseorang yang meyakini siksa neraka, namun justru ia tertawa”

“aku takjub pada seseorang yang meyakini ketentuan (takdir Tuhan), namun justu ia tetap bersikeras”

“aku takjub pada seseorang yang melihat dunia ini dengan dinamika para penghuninya, namun justri ia bisa merasa tenang dengan semua itu”

“aku takjub pada seseorang yang meyakini adanya hari penghitungan kelak, namun justru ia tidak berusaha melakukan sesuatu”

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (361) dan lainnya, Arnaut dalam tahqiq Ibnu Hibban mengatakan: “isnad nya sangat lemah”, syeikh al-Albani juga mengatakah hal yang sama mengenai kelemahan Hadis, lihat “Tafsi Ibn Katsir” (2/472).

Apa yang telah kami nyatakan di atas tentang lembaran-lembaran suci (suhuf) Ibrahim ‘alaihi as-salam berkenaan dengan keabsahannya dan sejauh mana kita dapat mempercayai isinya, dapat kami nyatakan juga berkenaan dengan Kitab Zabur, karena kami tidak memiliki laporan yang menunjukkan bahwa kitab itu masih ada. Apa pun yang telah disampaikan darinya melalui Ahli Kitab berada di bawah hukum yang sama dengan Israa’eeliyyaat (laporan yang diriwayatkan dari sumber-sumber Yahudi), yang terbagi atas tiga kategori:

  1. Dapat diterima (Maqbul): yang keabsahanya dibenarkan dengan riwayat sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
  2. Tidak ada kepastian (Maskut anhu): yang belum diketahui kesahihan dan ketidaksahihannya, Dibolehkan meriwayatkan hadis jenis ini untuk tujuan nasihat dan peringatan, akan tetapi kami tidak meyakini bahwa kasahihan hadis tersebut atau kebatilannya, sesuai dengan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  3. Ditolak (marfud): yaitu yang jelas diketahui ketidaksahihannya; jenis ini tidak bisa dikategorikan sahih, dan tidak bisa diterima, dan juga tidak diperbolehkan meriwayatkannya.

Wallahu a’lam.

Iman kepada kitab-kitab Allah Al-Qur’an dan Ilmu Al-Qur'an
tampilan di situs islamqa.info