Donasi untuk situs islamqa.info

Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah

Solusi Kejahatan

28-03-2019

Pertanyaan 276820

Bagaimanakah cara menyembuhkan kejahatan di dalam berbicara atau mengobati kejahatan secara umum ?

Ringkasan Jawaban:

Al fujur adalah dorongan untuk berbuat maksiat dan memperluas diri di dalamnya. Penyembuhannya adalah dengan taubat, istiqamah, berteman dengan orang baik dan meninggalkan berteman dengan orang-orang jahat.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Al fujur adalah dorongan untuk berbuat maksiat dan memperluas diri di dalamnya, melakukan semua perbuatan buruk, namun tidak ada keinginan untuk bertaubat dan kembali kepada jalan yang benar.

Ulama bahasa berkata:

“Asal kata dari Al Fujur adalah bermakna berpaling dari tujuan”. (Syarah Nawawi dari Shahih Muslim: 2/48)

Al Hafidz –rahimahullah- berkata:

“Al Fujur adalah banyak melakukan maksiat, mirip dengan letupan air dan disebut juga dengan kedustaan”. (Fathul Baari: 1/165)

Az Zubaidi –rahimahullah- berkata:

“Asal kata Al Fajr adalah terbelah, lalu dipakai untuk dorongan dalam bermaksiat, para mahram, berzina, dan melakukan setiap perkara yang buruk”. (Taaju Al ‘Urus: 13/299)

Ar Raghib Al Asfahani –rahimahullah- berkata:

“Asal dari Al Fajru adalah terbelah, Al Fujur adalah membelah tabir agama, disebut juga dengan kecenderungan kepada kerusakan, dan dorongan berbuat maksiat, dan menjadi nama umum yang melekat padanya semua keburukan”. (Fathul Baari: 10/508)

Kedua:

Kejahatan dalam ucapan adalah dengan berdusta, berkata keji dan mengumbarnya di depan umum, Imam Bukhori (6094) dan Muslim (2607) telah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا .

وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا 

“Hendaknya kalian berlaku jujur, karena kejujuran akan mengarahkan kepada kebaikan, dan sungguh kebaikan itu akan mengarahkan kepada surga, dan seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk berlaku jujur hingga akan tercatat disisi Allah sebagai orang yang jujur.

Jauhilah oleh kalian kedustaan, karena sungguh kedustaan itu akan mengarahkan kepada kejahatan, dan sungguh kejahatan itu mengarahkan kepada neraka, dan seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sampai tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta”.

An Nawawi –rahimahullah- berkata:

“Para ulama berkata: “Maksudnya adalah bahwa kejujuran akan mengarahkan kepada amal sholih yang bersih dari segala hal tercela, sementara Al Birr adalah semua hal yang mencakup semua kebaikan”.

Dikatakan bahwa Al Birr adalah surga, dan bisa juga berarti amal sholih dan surga.

Adapun kedustaan akan mengarahkan kepada kejahatan, yaitu; berpaling dari keistiqamahan, dan dikatakan juga; dorongan untuk berbuat maksiat.

Ketiga:

Penyembuhan dari kejahatan berucap adalah dengan berusaha untuk jujur dan berkata benar, banyak berdzikir kepada Allah, membaca kitab-Nya, disertai dengan taubatan nasuha.

Manusia itu jika lisannya sibuk dengan kejujuran dan dzikir kepada Allah, maka Dia akan menjaganya dari kedustaan dan kekejian.

Penyembuhan kejahatan secara umum adalah dengan:

  1. Pertama kali dengan mendahulukan taubatan nasuha, lalu istiqamah dalam ketaatan kepada Allah, menyibukkan diri dengan dzikir kepada-Nya, membaca kitab-Nya, berteman dengan orang baik dan orang sholih, dan tidak berteman dengan orang jahat dan orang yang berbuat kerusakan.
  2. Kemudian melihat keadaan orang-orang sholih, berqudwah kepada mereka, di sisi lain melihat juga keadaan orang-orang perusak dan jahat, menjauhi jalan mereka, mengambil pelajaran dari keburukan keadaan dan akibat yang akan mereka terima, bahwa seseorang itu sedikit saja berlaku jahat dengan lisan dan kemaluannya atau dengan yang lainnya, kecuali hal itu akan menjadi jalan menuju kehinaan dan kejahatan.
  3. Mengenali sifat-sifat orang yang bertaqwa, termasuk akhlak yang baik, ucapan yang jujur, menjaga kemaluan, menjaga pandangan, baik dalam bergaul, dan yang serupa dengan itu, kita berusaha untuk merealisasikan hal itu di dalam diri kita.
  4. Kemudian kita menjauhi apa saja yang akan memicu ranjau syahwat yang diharamkan, mengajak kepada yang haram, dengan mengumbar pandangan, menonton film dan adegan, berteman dengan orang-orang fasik dan perusak dari para pengangguran.

Yang penting adalah:

Barang siapa yang sibuk dengan sifat-sifat kebaikan, sifat-sifat orang beiman, menemani mereka, nafsunya berpaling dari ketergelinciran dan syahwat yang haram, ucapan dan perbuatan buruk. Orang-orang yang melakukan hal ini ia telah beristiqamah dan baik urusannya.

Dan barang siapa yang masih diuji dengan semua bentuk maksiat di atas, maka bersegera untuk bertaubat nasuha, istiqamaha di dalam syari’at Allah, tidak menunda taubat dan berangan-angan nanti saja, tidak berlebihan dalam maksiat dan menjadi hina karenanya, karena hal itu akan menjauhkannya dari kejahatan.

Wallahu A’lam

Akhlak Tercela
tampilan di situs islamqa.info