Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

Orang Atheis yang Banyak Berbuat Baik, Lebih Jahat dari Orang yang Membunuh Ibunya dan Berbuat Baik Kepada Anjing

10300

Tanggal Tayang : 09-04-2002

Penampilan-penampilan : 25045

Pertanyaan

Kenapa orang-orang yang tidak beriman kepada Allah disiksa? Saya pernah membaca, bahwa amal shalih yang mereka lakukanpun tidak akan diterima. Kalau begitu, apabila seseorang melakukan sebatas kemampuannya menolong orang banyak dan berbakti kepada masyarakat, tetap akan mendapatkan siksa kalau ia tidak beriman kepada Allah? Lalu apakah sebenarnya sebab sesungguhnya dari disiksanya orang yang baik hanya karena kekafirannya?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Al-Hamdulillah. Dapat dimaklumi secara aksiomatik, bahwa manusia itu adalah makhluk. Seorang makhluk itu pasti memiliki khalik (Pencipta). Pencipta manusia adalah Allah, Yang juga menciptakan langit dan bumi, menciptakan segala sesuatu. Manusia harus mengakui kenyataan tersebut. Sebuah konsekuensi yang aksiomatik juga, bahwa Pencipta dari segala yang ada inilah yang berhak untuk diibadahi, ditaati, ditakuti, diharapkan dan dicintai. Orang yang tidak mengakui realita ini, maka ia adalah orang atheis yang bodoh dan rusak. Akalnya telah turun dari derajat sebagai akal manusia. Orang yang tidak menjalankan tugas penghambaan diri kepada Allah sebagai Pencipta langit dan bumi, bahkan ia bersikap takabbur enggan beribadah kepada-Nya, atau masih menyembah juga selain Allah dari kalangan sesama makhluk, maka ia adalah orang yang berpaling dari penghambaan diri kepada Allah. Orang yang berpaling dari ibadah kepada Allah dan orang musyrik, sama-sama kafir. Seperti halnya juga orang yang atheis yang mengingkari adanya Allah. Orang yang mengingkari Pencipta, atau berpaling dari ibadah kepada-Nya, atau musyrik, pasti mendapatkan siksa. Karena semua perbuatan tersebut dan perbuatan menyamakan Allah dengan makhluk adalah dosa manusia yang terbesar dan keyakinan yang paling jelek serta penyimpangan yang paling jahat. Orang semacam itu tidak lagi memiliki harga karena perbuatan baik apapun. Orang Atheis semacam itu yang mengamalkan berbagai amal kebajikan dalam pandangannya, mempersembahkan kepada masyarakat kebajikan dan kebaikan yang dia mampu, sama dengan orang yang membunuh ibu bapaknya, lalu berbuat baik kepada anjing. Tidaklah masuk akal kalau orang semacam itu pantas diberi siksaan? Tak ada gunanya lagi ia berbuat baik kepada anjing. Karena hak terbesar adalah hak Allah, yakni untuk dikenal dan diibadahi. Orang yang menyia-nyiakan hak tersebut, tidak akan mendapat manfaat dari kebaikan yang dia berikan kepada manusia. Dengan dasar itu, seorang Atheis yang tidak beriman dan tidak beribadah kepada Allah tidak bisa menjadi baik dengan amal berguna yang dia berikan kepada orang banyak. Tetapi orang Atheis dan musyrik yang berbuat baik kepada orang banyak itu lebih baik daripada Atheis dan musyrik yang bersikap lalim kepada manusia dan berbuat jahat serta mengambil hak-hak mereka. Bisa jadi mereka diberi ganjaran dengan amal kebaikan mereka dengan makanan dan minuman sebagai rezeki di dunia. Namun di akhirat, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Coba si penanya melihat dirinya sendiri, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, ikutilah petunjuk Allah yang dibawah oleh Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi agar selamat dari siksa Allah. Ketahuilah perbedaan antara seorang mukmin dengan kafir, dan dengan orang musyrik. Karena Allah menandaskan bahwa perbedaan kedua golongan itu seperti perbedaan antara orang yang melihat dan mendengar dengan orang yang buta dan tuli. Apakah keduanya itu sama? Tidakkah kalian ingat?

Refrensi: Syekh Abdurrahman Albarrak