Sabtu 20 Jumadits Tsani 1446 - 21 Desember 2024
Indonesian

Beberapa Etika Dalam Mencari Ilmu

Pertanyaan

Allah telah mengkaruniakan kepada saya untuk menuntut ilmu, maka apa saja etika mencari ilmu yang anda nasehatkan kepada kami agar kami agar kami menghiasi diri dengannya ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Sesunggunya dalam mencari ilmu ada beberapa etika yang selayaknya bagi penuntut ilmu agar menghiasi diri dengannya, berikut ini beberapa wasiat dan etika untuk menuntut ilmu semoga bermanfaat bagi anda:

1. Sabar

Wahai saudaraku yang mulia, sungguh menuntut ilmu termasuk perkara yang bernilai tinggi, derajat yang tinggi itu tidak bisa diraih kecuali dengan kepayahan. Abu Tammam berkata mengajak jiwanya sendiri:

Wahai jiwaku, biarkan aku mendapatkan apa yang tidak didapatkan dari derajat yang tinggi # Maka kesulitan meraih ketinggian tersebut adalah dalam kesulitan, dan kemudahannya dalam kemudahan

Engkau ingin meraih ketinggian derajat dengan harga yang murah # Dan di balik madu harus ada jarumnya lebah.

Beliau juga berkata:

Saya merangkak untuk mengejar kemuliaan # sementara kesungguhan jiwa mereka telah sampai ke sana, mereka telah menggunakan kekuatan untuk meraihnya

Mereka telah bertarung untuk meraih kemuliaan hingga kebanyakan mereka sudah merasa bosan # sementara yang meraih kemuliaan adalah orang yang menepati janjinya dan bersabar.

Jangan pernah mengira kemuliaan itu seperti kurma yang mudah dikonsumsi # kamu tidak akan pernah sampai kepada kemuliaan sampai terikat dengan kesabaran (kesabaran adalah obat yang pahit).

Bersabarlah dan kuatkan kesabaran anda, maka jika jihad membutuhkan kesabaran, maka kesabaran menuntut ilmu sampai akhir usia.

Allah Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(200) سورة آل عمران

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200)

2.Ikhlas Beramal

Berkomitmenlah dengan keikhlasan pada amalmu, dan jadikanlah tujuannya adalah Allah dan negeri akhirat, jauihilah olehmu penyakit riya’, cinta ketenaran, menguasai orang-orang terdekat, karena Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

" مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ " رواه النسائي (2654) وحسنه الألباني في صحيح النسائي .

“Barang siapa yang mencari ilmu agar menyamai para ulama, atau untuk mendebat orang-orang bodoh, atau agar menjadikan mata banyak orang tertumpu kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka”. (HR. Nasa’i: 2654 dan dihasankan oleh Albani dalam Shahih Nasa’i)

Secara umum, anda harus membersihkan lahir batin dari semua dosa besar dan dosa kecil.

3.Mengamalkan Ilmu

Ketahuilah bahwa amal adalah buah dari ilmu, barang siapa yang mengetahui namun dia tidak mengamalkan, maka dia telah menyerupai orang yahudi yang Allah menjadikan mereka perumpamaan yang seburuk-buruk perumpamaan di dalam kitab-Nya:

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ(5) سورة الجمعة .

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”. (QS. Surat Al Jumu’ah: 5)

Barang siapa yang beramal tanpa ilmu maka mereka serupa dengan orang-orang nasrani, dan merekalah orang-orang yang sesat yang disebutkan di dalam surat Al Fatihah.

Berkaitan dengan buku-buku yang anda pelajari, telah disebutkan di dalam soal nomor: 20191 maka silahkan anda menyimaknya karena penting untuk diketahui.

4.Selalu Merasa Diawasi

Anda wajib menghiasi diri dengan merasa selalu diawasi baik dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, menuju Tuhanmu dengan berada di antara penuh harap dan cemas; karena keduanya bagi seorang muslim laksana kedua sayap burung, ia akan menuju Allah dengan keduanya, dan juga hendaknya hatimu dipenuhi dengan rasa cinta kepada-Nya, lisanmu dengan mengingat-Nya, bahagia, senang dan memberikan kabar gembira dengan hukum-hukum dan hikmah-hikmah-Nya.

Perbanyaklah berdoa kepada Allah pada setiap kali sujud, agar Dia membukakan (pintu rahmat) bagimu, memberimu ilmu yang bermanfaat. Sungguh jika anda jujur kepada Allah, Dia akan memberikan taufik kepadamu dan membantumu dan akan menyampaikanmu kepada derajat para ulama yang Rabbani.

5.Pandai Memanfaatkan Waktu

Wahai orang yang cerdas, pergunakan waktu mudamu dan umurmu agar menghasilkan, jangan tertipu dengan tipu daya angan-angan dan bayangan pada masa depan, karena setiap jam yang berlalu dari umurmu tidak ada gantinya, putuslah hubungan dengan semua hal yang menyibukkanmu, rintangan yang menghalangimu untuk meraih kesempurnaan menuntut ilmu, berusahalah dengan sungguh-sungguh agar bisa membuahkan hasil; karena waktu laksana pemisah jalan, oleh karenanya para generasi salaf memilih untuk menjauhi keluarga, jauh dari negeri asalnya; karena pemikiran itu jika terbagi maka akan sulit untuk menerima  kebenaran dan yang detai pun menjadi tidak jelas. Allah tidak pernah menjadikan di dalam diri seseorang terdapat dua hati, demikian juga pernah dikatakan bahwa ilmu itu tidak akan mampu memberimu sebagiannya, sampai kamu memberikan kepadanya semua (yang kau miliki).

6.Berhati-hati

Jauhilah olehmu pada awal mula menuntut ilmu sibuk dengan perbedaan ulama, atau perbedaan yang terjadi kepada semua orang secara umum; karena hal itu akan membingungkan, mengagetkan akal, demikian juga perlu berhati-hati dengan kitab-kitab induk; karena hal itu akan menghabiskan waktumu dan memecah fokus fikiranmu, akan tetapi berikanlah buku yang kau baca atau jurusan yang kau tekuni perhatianmu sampai engkau menguasainya, hindarilah pindah dari buku yang satu kepada yang lainnya tanpa ada kewajiban yang mendesak; karena yang demikian itu menjadi tanda kepicikanmu dan jauh dari keberuntungan. Seharusnya anda memperhatikan dari semua ilmu pada sesuatu yang terpenting dari yang penting.

7.Menghafal dan tekun

Bersungguh-sungguhlah untuk mentashih dengan cermat apa yang akan kau hafal, baik dengan cara di hadapan seorang syeikh atau kepada selainnya yang bisa membantumu, kemudian hafalkanlah dengan hafalan yang kuat lalu perbanyak untuk mengulanginya dan berkomitmen dalam hal itu pada waktu-waktu tertentu setiap hari, agar tidak sampai lupa.

8.Menelaah buku

Setelah anda menghafal buku-buku ringkasan dengan hafalan yang sempurna disertai dengan penjelasannya sekalian, anda mengerti letak permasalahannya, dan pelajaran penting yang terdapat di dalamnya, maka berpindahlah kepada pembahasan yang luas, disertai dengan telaah yang berkesinambungan, dan dengan mencatat pelajaran peting di dalamnya, masalah-masalah yang detail, masalah-masalah cabang yang jarang terjadi, solusi dari permasalahan, perbedaan antara hukum-hukum yang masih mengandung syubhat, dari semua cabang ilmu, dan jangan biarkan pelajaran itu cukup didengarkan, atau kaidah yang dihafalnya, namun segera dicatat dan dihafal.

Hendaknya keinginan anda untuk menuntut ilmu itu tetap tinggi, janganlah merasa cukup dengan sedikit ilmu pada saat memungkinkan untuk mendapatkan yang lebih banyak, janganlah merasa puas dengan warisan para Nabi –shalawatullah ‘alaihim- yang mudah, janganlah menunda manfaat yang bisa anda raih, dan janganlah anda disibukkan dengan angan-angan dan kata nanti saja, karena keterlambatan adalah bencana; dan karena jika anda mendapatkannya pada masa sekarang, maka akan diraih yang lain pada masa ke dua.

Pergunakanlah waktu luangmu dan kegiatanmu, masa sehatmu, masa mudamu, kecerdasan lintasan fikiranmu, sedikitnya kesibukanmu, sebelum datangnya pengangguran dan halangan kepemimpinan.

Sebaiknya anda memperhatikan untuk mendapatkan buku-buku yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuanmu, karena buku adalah alat untuk mendapatkan ilmu, janganlah mudah mendapatkan, banyaknya dan terkumpulnya buku menjadi sia-sia dan tidak bermanfaat bagi ilmu dan pemahamanmu, akan tetapi diwajibkan bagimu untuk mengambil manfaat dari buku-buku tersebut sesuai dengan kemampuanmu.

9.Memilih Teman

Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan teman yang shalih, menyibukkan diri dengan ilmu, perangainya baik, membantumu untuk meraih tujuanmu, membantumu untuk melengkapi pengetahuanmu, menjadikanmu giat untuk menambah ilmu, meringankan kebosanan dan kepenatanmu, agama, amanah dan kemuliaan akhlaknya bisa dipercaya, menjadi penasehat karena Allah, tidak bermain-main dan tidak lalai”. (Baca Tadzkiratus Sami’ karya Ibnu Jama’ah)

Jauhilah olehmu teman yang buruk, karena kedekatan itu mematikan, kebiasaan itu cepat menyebar, karakter itu adalah barang curian, manusia itu laksana segerombolan burung, menjadikan sebagian tabiat mereka serupa dengan sebagian lainnya, maka berhati-hatilah untuk bergaul dengan orang-orang seperti itu, karena akan menjadi penyakit, mencegah lebih mudah dari pada mengobati.

10.Yang Terakhir, berlaku sopan kepada Syeikh

Karena ilmu itu pada awal mulanya tidak diambil dari buku-buku, namun harus kepada syeikh yang bisa mendetailkan kunci-kunci menuntut ilmu, agar anda selamat dari ketergelinciran, maka menjadi kewajiban anda untuk berlaku sopan kepadanya, hal itu akan menjadi tanda kemenangan dan keberhasilan, sukses meraih ilmu dan mendapatkan taufik. Hendaknya syeikh anda menjadi tempat penghormatan anda, pemuliaan dan ramah. Maka ambillah semua adab yang baik pada saat anda duduk bersamanya, berbicara kepadanya, sopan dalam bertanya, menyimak dengan seksama, mempunyai etika yang baik pada saat membuka buku di depannya, tidak bertele-tele di hadapannya, tidak mendahului beliau dengan ucapan, langkah atau banyak berbicara di hadapannya atau menyela pembicaraan dan kajiannya dengan ucapanmu, atau menjawab dengan terus-menerus, menjauhi banyak bertanya apalagi disaksikan oleh banyak orang, karena hal itu akan menjadikanmu gurur (tertipu dengan diri sendiri) dan bagi beliau merasa jenuh, dan janganlah memanggilnya dengan namanya secara langsung atau dengan nama julukannya, akan tetapi katakanlah: “Wahai syeikh kami”. 

Jika nampak ada kesalahan dari syeikh atau keraguan maka janganlah engkau menjatuhkan beliau dalam pandanganmu, karena hal itu akan menjadi penyebab terhalangnya dirimu dari ilmunya, dan adakah orang  yang akan selamat  dari kesalahan ?”. (Baca Hilyah Thalib Ilmi karya syeikh Bakr Abu Zaid)

Kami memohon kepada Allah petunjuk dan ketetapan iman bagi kami dan anda, dan agar Dia memperlihatkan kepada kami pada hari ini seorang ulama dari para ulama kaum muslimin, yang menjadi rujukan dalam agama Allah, seorang imam dari para imam yang bertakwa, Amiin, amiin, sampai jumpa lagi dalam waktu yang singkat in sya Allah.

Wassalamu’alaikum.

Refrensi: Syekh Muhammad Sholeh Al-Munajid