Kamis 25 Jumadits Tsani 1446 - 26 Desember 2024
Indonesian

Makna Firman Allah: ( وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ... ) “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul”. Dan Menjawab Kelompok Rafidhah

125877

Tanggal Tayang : 18-03-2015

Penampilan-penampilan : 48510

Pertanyaan

Bagaimanakah penafsiran firman Allah:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? “. (QS. Ali Imran: 144)
saya pernah membaca tafsir orang-orang Syi’ah pada ayat ini, bahwa mereka menuduh para sahabat –radhiyallahu ‘anhum-, maka saya menjadi bingung karena belum mengetahui penafsiran yang benar. Bagaimanakah penafsiran ayat ini menurut penafsiran kita , Apakah ada salah seorang dari mereka yang murtad sepeninggal Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ? Siapakah mereka? Apakah penyebutan hadits berikut ini:
ما تدري ماذا فعلوا من بعدك
“Kamu tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”.
Bisa diterapkan kepada mereka yang dilahirkan setelah masa Rasulullah ?, yaitu; bahwa Rasulullah belum menyaksikan keshaihan mereka , bagaimana dikatakan: “setelahmu” ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Adapun firman Allah –Ta’ala- :

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئاً وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ  (سورة آل عمران: 144)

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (QS. Ali Imran: 144)

Ayat di atas adalah termasuk ayat muhkamat, untuk mengetahui maknanya dengan rinci, kami sebutkan beberapa hal berikut ini:

1. Ayat-ayat di atas diturunkan setelah perang Uhud, ayat tersebut adalah muqaddimah dan persiapan untuk menghadapi wafatnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, di dalamnya terdapat pengingat bahwa Islam tidak boleh berhenti dengan wafatnya atau terbunuhnya Nabi kalian, ayat di atas juga menjelaskan apa yang terjadi kepada para Nabi terdahulu bahwa terbunuhnya mereka tidak mempengaruhi pengikut mereka, peringatan dan pengingat tersebut tidak akan bermanfaat bagi mereka yang murtad dari beberapa kabilah, maka mereka akan merasakah kerugian di dunia dan di akherat.

            Ibnul Qayyim –rahimahullah- berkata: “Perang Uhud merupakan muqaddimah, dan kejadian luar biasa sebelum meninggalnya Rasulullah –shallallahu’alaihi wa sallam-, maka Allah menjadikan mereka tsabat (tegar),  pada waktu yang sama Dia mencela kemurtadan mereka jika Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah meninggal dunia atau terbunuh. Maka menjadi kewajiban mereka agar tsabat terhadap agama-Nya, mengesakan-Nya, dan meninggal dalam keadaan bertauhid, atau terbunuh dalam keadaan bertauhid, karena mereka menyembah Rabb Muhammad, Dia Maha Hidup tidak meninggal dunia, maka jika Nabi Muhammad meninggal dunia atau terbunuh, maka tidak sepatutnya mereka kembali murtad dari agama Islam dan apa yang dibawanya, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Tidaklah diutusnya Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- agar menjadi kekal, tidak juga beliau atau mereka, namun agar semuanya meninggal dunia dalam keadaaan Islam dan bertauhid, karena kematian adalah kepastian, baik Rasul sudah meninggal atau belum. Maka dari itu Allah mencela kemurtadan mereka yang murtad pada saat syaithan berteus terang: “Sesungguhnya Muhammad telah terbunuh”. Maka Allah berfirman:

وَمَا مُحَمَّدٌ إلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإن مَّاتَ أوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللهَ شَيْئاً وَسَيَجْزِى اللهُ الشَّاكِرِينَ (سورة آل عمران: 144)

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (QS. Ali Imran: 144)

Orang-orang yang bersyukur: adalah mereka yang mengetahui nilai dari kenikmatan, maka mereka akan tegar menghadapinya sampai akhir hayat atau terbunuh, maka celaan di atas memiliki dampak yang nyata. Hukum ayat di atas terbukti pada saat meninggalnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, sebagian orang menjadi murtad, sedangkan orang-orang yang bersyukur mereka tetap tegar berada pada agama mereka, maka Allah memberikan pertolongan kepada mereka dan memuliakan mereka, menjadikan mereka memenangkan peperang dengan musuh-musuh Allah. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Kemudian Allah menjadikan bagi setiap jiwa yang hidup batas akhir yang akan ditemuinya, maka semua orang akan mendatangi kematian tersebut, meskipun berbeda penyebab masing-masing dari mereka, mereka mendatangi peristiwa kiamat dari berbagai kondisi, maka sebagian masuk surga dan sebagian yang lain masuk ke neraka.

Kemudian Allah juga mengabarkan ada banyak dari para Nabi-Nya terbunuh, juga banyak terbunuh dari para pengikutnya, maka yang tersisa dari mereka tidak merasa lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh. Mereka tidak merasa lemah ketika berperang, tidak lesu dan tidak menyerah, bahkan mereka menjemput syahid dengan penuh kekuatan, azam dan maju, mereka tidak menjemput syahid dengan cara kabur, menyerah dan hina, namun mereka menjemputnya dengan kemuliaan, keperkasaan, maju tidak mundur. Yang benar bahwa ayat di atas mencakup kedua kelompok tersebut. (Zaadul Ma’ad fi Hadyi Khiril ‘Ibaad: 3/224-225).

2.Ayat ini menunjukkan tazkiyah (rekomendasi) untuk Abu Bakar ash Shiddiq secara khusus, dan para sahabat yang mulia secara umum. Yang menjadikan Allah mensifati mereka orang-orang yang tegar dalam menghadapi musibah ini. Dia juga mengetahui bahwa Nabi-Nya adalah manusia yang bertugas menyampaikan risalah Allah, kemudian meninggalkan dunia. Allah mensifati mereka dengan “Asy Syakirin” (sebagai orang-orang yangbersyukur). Adapun bahwa ayat ini mengandung taziyah untuk Abu Bakar ash Shiddiq, bisa dilihat dari dua sisi:

            Pertama: Menjadikan ayat di atas sebagai dalil, ditambah firman Allah –Ta’ala-:

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ

            “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. (QS. Az Zumar: 30)

            Pada saat wafatnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

            Kedua: Agar memerangi mereka yang murtad.

            Syeikh Abdur Rahman as Sa’di –rahimahullah- berkata:

            Di dalam ayat yang mulia ini terdapat petunjuk dari Allah –Ta’ala- kepada hamba-hamba-Nya, agar mereka berada pada kondisi keimanan yang tidak mudah goncang dan rapuh menjaga konsekuensinya, meskipun kehilangan pemimpin atau lainnya. Yang demikian itu tentu membutuhkan persiapan dalam segala urusan agama melalui beberapa orang yang memiliki keahlian di dalamnya, dan jika salah satu dari mereka gugur maka yang lain pun segera menggantikannya, dan seharusnya semua umat mukmin secara umum agar berusaha menegakkan agama Allah, dan jihad di dalamnya, sesuai kemampuannya, tidak memiliki tujuan pada satu pemimpin dan tidak pada pemimpin yang lain, kondisi seperti ini yang menjadikan urusan mereka jelas dan lurus.

Ayat ini juga merupakan dalil yang kuat akan keutamaan ash Shiddiq al Akbar Abu Bakar dan para sahabatnya yang memerangi para murtadin setelah wafatnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ; karena mereka adalah tuan dari orang-orang yang bersyukur. (Tafsir as Sa’di: 150)

Dengan demikian menjadi jelas bahwa para sahabat yang agung telah mengambil pelajaran berharga dari peristiwa “Uhud”, benturan keras yang menimpa sebagian mereka karena wafatnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidak menjadikan mereka murtad kembali, namun karena mereka tidak mampu mendengarkan berita besar tersebut, hingga Allah menetapkan kembali (hati mereka) dengan ayat yang jelas yang diperdengarkan kepada mereka melalui Abu Bakar ash Shiddiq, dan mengabarkan kepada mereka akan tsabatnya orang-orang mukmin:

... فَحَمِدَ اللَّهَ أَبُو بَكْرٍ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ أَلَا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ وَقَالَ إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ وَقَالَ وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ قَالَ فَنَشَجَ النَّاسُ يَبْكُونَ ... (رواه البخاري، رقم 3670)

“…..Maka Abu Bakar memanjatkan puja dan pujinya kepada Allah dan berkata: “Ketahuilah, barang siapa yang menyembah Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maka Muhammad sekarang sudah wafat, dan barang siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup tidak wafat, dan beliau lanjutkan: “Sesungguhnya engkau akan mati, dan sesungguhnya mereka pun akan mati pula”. Dan membaca ayat: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. Beliau berkata: Maka mulai terdengar isak tangis para sahabat yang lain….”. (HR. Bukhori: 3670)

Dengan sepontan mereka kembali ke jalan yang benar, seakan mereka baru pertama kali mendengarkan ayat tersebut, Allah –Ta’ala- telah menyelamatkan kaum Muhajirin dan Anshar dari kemurtadan, beberapa kelompok dari bangsa Arab sampai diperangi oleh ash Shiddiq dan para sahabatnya, maka sebagian mereka kembali ke jalan yang benar, dan sebagian kelompok yang lain tetap pada kekafiran mereka.

Baca juga: jawaban soal nomor: 125919

Wallahu a’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam